Ketiga penari itu adalah Dina Triastuti, Tita Dian Wulansari, dan Galih Suci Manganti alias Tata. Dina dan Tata adalah mahasiswi Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta yang menekuni tari gaya Jawa Timuran dan gaya Yogya. Adapun Tita berlatar belakang dunia teater. “Kami justru dipertemukan oleh perbedaan latar belakang tersebut,” kata Citra Pratiwi, penggagas sekaligus sutradara Soda untuk Cita.
Citra sendiri adalah seniman tari kontemporer. Mereka berempat kemudian menyusun penggalan-penggalan cerita sehari-hari yang dialami para perempuan utban dan kemudian merangkumnya menjadi sebuah repertoar tari “Soda untuk Cita”.
Soda untuk Cita bercerita tentang kegelisahan, mimpi, dan cita-cita para perempuan urban. Menurut Citra, repertoar tari ini tercipta dari saling-silang berbagai teknik tari yang dukuasai oleh masing-masing personel The Migrating Troop. Hasil akhirnya adalah sebuah repertoar tari bergaya kontemporer yang menggabungkan unsur berbagai gerakan tari mulai dari balet hingga tradisional, dan kemudian digabungkan dengan seni video.
Citra menambahkan, ada empat unsur penting dalam pementasan nanti, yakni komposisi tari, musik, tata cahaya dan seni video. Komposisi tari digarap oleh empat orang (Citra, Dina, Tita dan Tata), musik yang lebih dominan gamelan digarap oleh Ari Wulu dan Septian Dwirima, tata cahaya digarap oleh Banjar Tri Andaru dan seni video digarap oleh Raphael Donny.
Seni video karya Raphael Donny itu “ditembakkan” ke tembok selama pertunjukan, sebagai penegas atas cerita yang sedang dipentaskan dalam bentuk gerakan tari. Karena berfungsi sebagai penegas, maka seni video ini digarap setelah komposisi tarinya selesai digarap. “Kesulitannya adalah memadukan antara seni video dan tata cahaya dalam pertunjukan nanti, karena keduanya memiliki basis sama yakni cahaya,” Citra Pratiwi menerangkan.
Soda untuk Cita terbagi menjadi sembilan scene atau babak. Semuanya merupakan rangkuman dari cerita sehari-hari kaum perempuan urban yang selalu dibayangi oleh ketakutan masa lalunya. “Karena itu, mereka butuh sebuah kesegaran baru. Soda adalah idiom kesegaran untuk sebuah cita-cita,” ujar Citra.
Soda untuk Cita mulai dipersiapkan sejak Juli 2010. Nantinya, pertunjukan repertoar ini akan berdurasi 60 menit. Repertoar ini merupakan produksi pertama The Migrating Troop yang dibentuk sejak tahun 2009. Tiket masuk untuk pertunjukan Soda untuk Cita di Auditorium Lembaga Indonesia Prancis (LIP) Yogyakarta adalah Rp 10.000 per orang.
HERU CN