"Sajian seni dengan berbagai macam warna bisa disaksikan masyarakat urban, termasuk dapat menyerap aspirasi mereka juga," kata Direktur Festival Salihara Nirwan Dewanto.
Dengan tema itu, festival kali ini mengusung keragaman dan kebaruan dalam memilih penampil yang akan disajikan. Mulai seni tradisi, kontemporer, hingga karya seni baru.
Tari Akkarena Sombali, misalnya, akan membuka Festival Salihara malam nanti. Tari karya Wiwiek Sipala ini merupakan tafsir baru yang juga memasukkan sejumlah unsur telaah pribadi dari seni tradisi Makassar, Sulawesi Selatan, yang berkembang pada abad ke-14. "Kami ingin menampilkan pertunjukan yang ramai," ujar Nirwan.
Selain itu, dalam pembukaan festival akan ditampilkan musik Bonita and the hus Band. Grup band indie asal Jakarta ini akan menampilkan musik-musik bernapas akustik, soul, folk, dan R&B dalam setiap aksinya.
Para kurator festival sangat menyadari bahwa mereka tak sekadar memilih penampil. "Festival sebelumnya memang seperti pemadatan acara dalam satu tahun. Kali ini kami memilih dengan hati-hati," Nirwan menjelaskan.
Yang membedakan dengan festival sebelumnya, kali ini hampir setiap hari ada agenda seni ataupun diskusi. Tak hanya teater kecil yang digunakan, tapi galeri juga akan disulap menjadi tempat pertunjukan.
Lalu festival akan menyajikan performance premier, seperti Teater Garasi. Teater dari Yogyakarta ini akan menampilkan lakon Tubuh Ketiga pada 12 dan 13 Oktober mendatang. Selain itu, Komunitas Salihara akan menggarap Opera Tan Malaka karya Tony Prabowo, Goenawan Mohamad, dan Josefino Toledo. "Dalam ketokohan, Tan adalah sosok yang unik dan fenomenal,” kata Nirwan. “Selain itu, musik yang digarap oleh Tony Prabowo sangat kontemporer dan eksperimental," dia menambahkan. Opera ini akan menjadi pertunjukan penutup festival.
Penampil mancanegara juga ikut meramaikan festival ini. Drama Hamlet the Clown Prince, misalnya, akan dimainkan oleh pemain teater dari India, Rajat Kapoor. Aktor sekaligus sutradara Bollywood ini menggunakan para badut untuk menafsir Hamlet, karena baginya itulah jalan yang sangat mudah untuk masuk ke dalam teks dan membawa serta kepekaan di sana.
Ada lagi musisi Margaret Leng Tan dari Amerika Serikat yang akan menampilkan kemampuannya memainkan piano kecil atau toy piano. Piano setinggi 51 sentimeter ini biasanya dimainkan oleh anak-anak. Selain itu, ada Jin Hi Kim dan Gerry Hemingway yang akan menampilkan resital solo komungo atau sitar Korea abad ke-4 dan berkolaborasi dengan perkusi. Mereka berdua mengemasnya dalam pertunjukan musik Digital Buddha.
Nirwan berharap Festival Salihara ini bisa menjadi acara seni yang teragendakan dan bisa dibanggakan di Indonesia. "Paling tidak, festival ini bisa dimiliki seperti halnya warga kota-kota besar yang memiliki festival seni yang bisa dibanggakan," katanya.
Setelah perhelatan ketiga ini, Festival Salihara akan diadakan dua tahun sekali. Bergantian dengan Biennale Sastra Salihara.
ISMI WAHID