Mengusung 27 lukisan bergaya ekspresionisme, Rukmini, 49 tahun, bak sedang menghadirkan kembali ayahnya. Gaya lukisan Rukmini nyaris tak berbeda dengan karya ayahnya. Rukmini juga menggunakan teknik plothotan (menggoreskan langsung cat ke kanvas dari tubenya), meski ia lebih banyak menggunakan cat akrilik, bukan cat minyak seperti ayahnya.
Rukmini sebenarnya tak ingin mengekor ayahnya. Ia mengaku pernah mencoba berbagai gaya melukis, termasuk naturalisme. "Tapi tetap saja tak bisa menampung semua emosi dan ekspresi saya," katanya.
Lukisan Papi dan Tujuh Matahari dibuat Rukmini saat peringatan 100 tahun Affandi pada 2007. Ia menempatkan wajah Affandi di tengah kanvas dengan tujuh matahari di atas kepalanya. Matahari itu digambarkan warna-warni, dari kuning, cokelat, merah, hijau, biru, hingga hitam.
Rukmini juga melukiskan aktivitas ayahnya semasa hidup, seperti naik becak dan saat melukis. "Keseharian Affandi memang tak lepas dari becak," kata Juki Affandi, adik kandung Rukmini, yang juga kurator pameran ini. Menurut dia, ada perbedaan mendasar di antara keduanya. "Ibarat binatang, Affandi itu jantan dan liar. Sedangkan Rukmini feminin dan lembut. Affandi biasa menggunakan warna tegas, sementara Rukmini memilih warna cerah," katanya.
Rukmini, anak sulung Affandi dan Rubiyem (istri kedua Affandi), sebenarnya ingin melanjutkan pendidikan ke Akademi Seni Rupa Indonesia, tapi Affandi tak setuju. Meski akhirnya kuliah di akademi keuangan, darah seni Rukmini tak terbendung. Ia tekun melukis di bawah bimbingan Affandi, yang sering berkunjung ke Tasikmalaya--tempat Rukmini dan suaminya menetap--(1982-1988). Dia juga sempat dididik oleh pelukis Barli Sasmitawinata (1990-1991) di studio Rangga Gempol, Bandung.
Sebagian besar karya Rukmini ini bertema lanskap di Jawa Barat, Bali, Hong Kong, dan Mekah. Hanya beberapa lukisan yang mengangkat fenomena sosial, seperti Nanggap Wayang, Keluarga Nelayan Cari Kutu, dan Nanggap Pengamen Boneka. Pameran ini merupakan rangkaian program tahun Kunjungan Museum 2010.
HERU CN