Sebanyak 60 penari ballet dari Marlupi Dance Academy menggelar kisah Aladdin itu dalam sebuah pentas bertajuk Aladdin The Ballet. Kisah dari negeri seribu satu malam itu dipentaskan di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Sabtu malam pekan lalu.
“Kami ingin mengenalkan tari ballet kepada khalayak Indonesia. Salah satunya dengan menyuguhkan cerita yang sudah mereka kenal,” kata koreografer Fifi Sijangga. Malam itu, panggung pertunjukan disulap menjadi bersuasana Arabian.
Pertunjukan malam itu melibatkan animasi komputer. Gambar bergerak itu ditembakkan dari proyektor di depan panggung. Ya, malam itu adalah pergelaran ballet pertama di Indonesia yang melibatkan animasi. Meski hanya gambar bergerak sederhana, latar animasi yang muncul berganti-ganti sangat menjelaskan latar tempat cerita yang dibangun.
Alkisah tersebutlah negeri seribu satu malam. Di sana berdiri sebuah kerajaan dengan seorang putri Raja yang sangat cantik bernama Jasmine. Ia sangat menginginkan mencicipi kehidupan di luar istana. Sekedar melihat dan berjalan-jalan, begitu pintanya kepada Baginda Raja. Namun, keinginannya ditolak.
Seketika, latar panggung berubah menjadi suasana pasar yang hiruk pikuk. Orang-orang berbaju gamis padang pasir tergambar pada layar panggung. Di situlah Jasmine, yang diperankan oleh penari senior, Claresta Sijangga, bertemu dengan pencuri pintar dan lincah, Aladdin. Penari yang memerankan Aladdin, Yang Beng, harus didatangkan dari Cina. "Penari ballet laki-laki di Indonesia sangat jarang," kata Fifi.
Karena kesalahpahaman, Jasmine ditangkap oleh penyihir jahat, Jakfar. Aladdin bermaksud menyelamatkannya tetapi dengan satu syarat, sang putri ditukar dengan lampu ajaib yang berisi Jin Biru.
Pertarungan memperebutkan sang putri pun tak terlakkan. Aladdin mampu merebut sang putri tanpa menyerahkan lampu ajaib itu. Berdua mereka bersama-sama melarikan diri dengan karpet terbang. Visualisasi Jasmin dan Aladdin terbang dengan permadani kemudian tergambar dalam animasi di belakang layar itu. Tentu, setelah pemain aslinya masuk ke dalam panggung.
Aladdin betul-betul jatuh cinta dengan sang putri. Dengan kekuatan sihir yang dimiliki Jin Biru, Aladdin diubah menjadi saudagar kaya. Singkat cerita, Aladdin kemudian berhasil mempersunting Jasmine. Dan tentu membebaskan Jin Biru itu.
Begitulah, malam itu Aladdin The Ballet menjadi pertunjukan ballet yang meriah. Properti panggung digarap sedemikian rupa, sehingga menjadi menarik. Suasana di pasar, misalnya, gerobak dorong maupun lapak kayu disiapkan agar mendekati suasana pasar yang hiruk pikuk.
Koreografi tari juga digarap dengan matang. Ketika terjadi adegan duet menari antara Aladdin dan Jasmine, mereka mempertunjukkan gerakan-gerakan rumit. Suasana romantis terbangun. Berkali-kali, penonton bertepuk tangan melihat aksi mereka.
Sayang, cerita yang dibangun tidak padat. Sesekali ada sela cerita yang terlalu lama digunakan untuk adegan menari. Memang tak dipungkiri, dalam pertunjukan semacam itu, kelihaian menari lebih dominan diperlihatkan dibandingkan dengan alur cerita. Walaupun keduanya sebetulnya saling terkait sebagai sebuah pertunjukan.
ISMI WAHID