Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Protes Ucup yang tak lagi Meledak-ledak  

image-gnews
Pameran tunggal Aku dan You
Pameran tunggal Aku dan You
Iklan
TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Perupa Muhammad “Ucup” Yusuf, 35 tahun, menggelar pameran tunggal bertema Aku dan You di Tembi Contemporary Gallery, Bantul, Yogyakarta, 24 Agustus – 14 September 2010. Meski masih setia dengan protest art berbasis teknik cukil kayu, pesan yang disampaikan Ucup tak lagi meledak-ledak seperti ketika ia beserta rekan-rekannya mulai mendirikan Lembaga Kesenian Rakyat Taring Padi pada 1998.


“Saya memang mulai mengolah pesan. Tidak lagi frontal dan meledak-ledak seperti dulu yang masih terpengaruh oleh eforia reformasi,” ujar Ucup.


Kali ini Ucup memasukkan unsur satire, bahkan humor, dalam menyampaikan pesan pada karya-karyanya. Kritik dan sindiran dilontarkan secara tak langsung, tak lagi frontal seperti dulu. “Tema besar pameran ini memang berbicara tentang aku dan sesuatu di luar diriku, termasuk lingkungan dan negara,” katanya.


Misalnya, dalam karya Seri Penyelewengan Sejarah, yang terdiri atas tiga panel, Ucup menampilkan dirinya sebagai sosok Diponegoro, Soekarno, dan seorang aktivis mahasiswa pada lukisan “Maka Lahirlah Angkatan ‘66” karya Sudjojono. Diponegoro tetap ditampilkan dalam pose menunggang kuda putih dengan tangan kanan mengacung ke atas. Namun, kali ini Diponegoro tidak lagi memegang keris terhunus, melainkan memegang kuas dengan goresan di langit berwarna merah.


Soekarno dalam pose berpidato, tidak digambarkan sedang memegang teks, melainkan sebuah batu dengan capit udang yang menyembul. Adapun sang aktivis mahasiswa masih digambarkan mengenakan jaket merah, namun kali ini memegang print roller dan sebuah kaleng cat bertuliskan “Wood Cut Not Dead”.


Pesan yang hendak disampaikan Ucup melalui karya tersebut adalah ketika seseorang sedang memegang kekuasaan, maka ia bisa membuat versi sejarahnya sendiri. “Kalau mereka menyelewengkan sejarah, dampaknya akan dirasakan oleh rakyat banyak,” ujarnya. “Sedangkan kalau saya melakukan penyelewengan sejarah, efeknya hanya ada pada karyaku.”


Unsur satire dan humor mencuat kuat pada karya berjudul Makanan Nasional. Ucup menjejer gambar aneka kemasan mie instan dengan merek yang diplesetkan hingga memancing senyum. Ucup seperti sedang mengolok-olok produk pangan yang diperkenalkan kroni Soeharto yang kini menjadi industri bernilai miliaran dollar itu sebagai makanan nasional yang telah menguras dompet rakyat demi nutrisi kosong.


“Bisnis besar berjaya, menyulap mie instan menjadi pangan nasional yang bersama kretek –komoditas lain yang merajalela di tiap sudut nusantara—memperbudak masyarakat,” tulis Jason Tedjasukmana dalam katalog pameran.


Ucup juga masih konsisten mengangkat persoalan sosial dan lingkungan, khususnya yang dialami dan dirasakan masyarakat kelas bawah, ke dalam karyanya. Ia menampilkan sosok seorang pelacur yang sedang menunggu pelanggan di “ruang prakteknya” pada karya berjudul Tak Pernah Mati. Ucup seolah sedang menegaskan bahwa dunia pelacuran tak akan pernah mati, meski pelakunya sering digusur-gusur.


Dalam karya Antara Aku, Pabrik-pabrik, dan Sawah Terakhir, Ucup hadir dalam sosok seorang petani, dengan cangkul dan sabit di tangan. Ucup seperti sedang mencemaskan sawah-sawah yang makin tergusur oleh pemukiman dan industri.


Dari 43 karya yang dipamerkan di Tembi Contemporary Galleryi ini, Ucup terlihat masih setia dengan teknik cukil kayu, meski kali ini ia sedang membuat lukisan atau drawing di atas kanvas. “Itu kebiasaan yang tidak bisa hilang sampai saat ini,” katanya.



HERU CN

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

32 hari lalu

Pameran Voice Against Reason. Foto: Museum Macam.
Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.


Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

39 hari lalu

Pameran seni rupa Islami berjudul Bulan Terbit  sejak 15 Maret hingga 14 April 2024 di Grey Art Gallery Bandung. (Dok.Grey)
Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.


Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Karya instalasi buatan Michelle Jovita berjudul Massa Manusa. (Dok.pameran).
Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance


Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Pameran Lengan Terkembang: Ruas Lintas - Abilitas di Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space Bandung melibatkan belasan peserta seniman difabel.  Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.
Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.


Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Artsiafrica#2 di Galeri Pusat Kebudayaan Bandung berlangsung 16 - 30 September 2023. Foto: Dok.Galeri.
Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.


Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Pameran kelompok Ambari di Galeri Orbital Dago Bandung hingga 17 September 2023. (TEMPO/ANWAR SISWADI)
Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.


Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Lukisan karya Iwan Suastika berjudul Beauty in a Chaotic Rhythm. Dok. D Gallerie
Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.


Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Karya Dionisius Caraka berjudul Tumbukan Lato-lato di Galeri Ruang Dini Bandung. TEMPO/ANWAR SISWADI
Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.


Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Karya Isa Perkasa berjudul Masker 2024. (Dok.Pribadi)
Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.


Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

(kiri ke kanan) Hilmar Faris, Claire Siregar, Sylvia Siregar pada acara pembukaan Bianglala Seribu Imajinasi, di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, pada Rabu, 5 April 2023. Foto: TEMPO | Gabriella Amanda.
Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.