Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Rasa Baru Kosmologi Jawa  

image-gnews
Hypercube #1
Hypercube #1
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta - Persoalan spiritualitas (Jawa) acapkali hanya dilihat sebagai sesuatu yang berkaitan dengan rasa, dan sulit untuk dijabarkan sehingga harus memberikan penjelasan yang memadai agar diterima secara rasional. Barangkali, karena kadung menerimanya sebagai sesuatu yang terberi, kita juga tak melihat bahwa spiritualitas juga merupakan sebentuk pengetahuan, yang bisa distrukturisasi dan disistematisasi.

 

Allison Leight Holt satu dari sedikit orang yang tertarik untuk melihat relasi antara spiritualitas Jawa dan ilmu pengetahuan. Dan Allison mengekspresikan relasi itu melalui seni visual. Untuk itulah seniman Amerika ini tinggal di Indonesia, tepatnya di Yogya dan Solo, sepanjang 2009 – 2010 untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan spiritualitas Jawa, terutama tradisi ruwatan. Allison berbicara dengan banyak dalang dan ahli spiritualisme untuk menggali bagaimana sistem bekerja dalam spiritualitas.

 

Di Yogyakarta, Allison melakukan residensi di Rumah Seni Cemeti. Hasil residensi itu ia presentasikan dalam pameran bertajuk The Beginning was the End, yang digelar di ruang depan Rumah Seni Cemeti, hingga 25 Agustus mendatang. Memasuki ruang Cemeti, pengunjung langsung dihadapkan dengan kotak hitam besar, hampir menyerupai kubus, tempat karya-karya instalasi utama Allison dipajang.

 

Dalam kubus hitam itu terdapat empat instalasi kecil yang dipajang di masing-masing sudut ruang. Hampir semuanya mengambil bentuk dasar kubus. Barangkali itu sebabnya karya-karya ini disebut sebagai “Hypercube”. Pada Hypercube #1, Allison menciptakan kubus bening terbuat dari resin yang dicetak hampir sempurna bersih. Di sisi atas kubus, ia membuat ruang menyerupai stalaktit di gua-gua, dengan sedikit efek hembusan udara di dalamnya, yang lebih jauh lagi dapat kita baca sebagai representasi spirit tersebut.

 

Karya ini merupakan visualisasi dari pengalaman pribadi Allison ketika ia menjalani serangkaian upacara ruwatan pada awal 2010. Stalaktit itu merepresentasikan imaji tentang pertukaran energi di antara individu yang ada di sana.

 

Di sampingnya, Alisson membuat karya yang menyerupai bentuk piramid bulat. Ada empat level lingkaran tiga dimensi yang semakin mengecil ke arah puncak, tetap dalam bungkusan kubus resin. Di sekitar tubuh obyek ini, ada proyeksi film dan suara yang berputar di dalam. Cahaya dari film tersebut membuat obyek kubus ini seperti bersinar.

 

Satu kubus lagi, karya pertama yang dibuat oleh Allison di Yogyakarta, adalah kotak transparan yang di dalamnya berisi garis luar diagram lingkaran. Dalam ruang diagram yang sempit itu, Allison memutar lagi film yang sama, sebuah karya yang dibuatnya ketika ia berada di Amerika.

 

Dalam ruang kubus itu, Allison ingin menggambarkan bagaimana “dunia lain” yang sesungguhnya hadir di luar dunia material. Alih-alih merujuk pada mistifikasi atau sesuatu yang mengarah pada kehadiran “ruh”, ia melihat bahwa dunia lain ini sesungguhnya juga bermuara pada imajinasi manusia. Singkatnya, ia mencoba membuat visualisasi dari hal-hal lain yang sesungguhnya ada di luar bentuk-bentuk material konkrit yang ada ketika ada dua orang berinteraksi dan berkomunikasi.

 

Obyek terakhir adalah patung berbentuk katak, juga terbuat dari resin bening, diberi judul Oownology. Bentuk katak ini sepintas memang tidak berbeda dengan patung katak biasa. Makna dari obyek katak ini bisa dihubungkan dengan poster bergambar sama yang terpasang di dinding sisi kiri ruang limasan. Pada ‘poster’ itu, Allison membuat drawing menyerupai poster-poster edukasi tentang anatomi tubuh hewan. Ia menggambarkannya dengan gaya sedikit surealis. Bagian wajahnya ditutup dengan kelopak mata, seperti menggambarkan bagaimana jiwa manusia sering dirujuk sebagai ‘mati hati’, atau pancaran dari jiwa.

 

Sederet dengan poster bergambar katak tersebut tampak poster-poster lain yang mengingatkan kita pada poster-poster edukasi, berbentuk diagram atau struktur yang biasa kita temui di ruang-ruang kelas sekolah atau laboratorium sekolah. Allison secara sengaja memang menggunakan pendekatan ini untuk mencoba merelasikan antara konsep atau struktur dari spiritualisme dan ilmu pengetahuan. Di dalam poster-poster ini, kita melihat bagaimana spiritualisme Jawa, misalnya, yang kemudian terdokumentasikan dalam cerita atau mitos-mitos lama seperti Murwakala atau Sudamala.

 

Selama proses risetnya di Solo dan Yogya, Allison menelusuri bagaimana kepercayaan tersebut dihayati oleh pelaku-pelaku spiritualitas Jawa pada masa kini. Ia berbicara dengan para dalang, mencoba untuk mencari gambaran besar dari relasi antara kosmos, manusia, dan elemen-elemen lain yang membentuk dunia. Pertanyaan-pertanyaan yang bersifat filsafati semacam ini memang sudah menghantui Allison sejak ia masih berusia belia. Menurut Allison, kosmologi Jawa menjadi tawaran menarik yang berkaitan dengan konsep semesta dan manusia, dalam kehidupan masyarakat yang mekanistis sekarang ini.

 

Datang dari dunia Barat, yang notabene selalu mengedepankan rasionalisasi atas berbagai fenomena, Allison ingin merangkai kemungkinan rasionalisasi itu melalui seni. Seperti ada panggilan untuk menelusuri pertanyaan-pertanyaan besar itu, baik dengan melakukan riset maupun praktik.

 

“Saya menemukan diri saya bisa melakukan apa saja melalui seni. Ia tidak memberi batasan,” kata Allison. “Seni membuat saya bisa mentransformasikan pengalaman saya kepada orang lain, membuat mereka merasakan apa yang saya lihat.”

 

Yang menarik, pernyataan Allison selanjutnya bahwa tema semacam ini, yang jarang disentuh oleh para seniman, sesungguhnya menjadi ajakan untuk menghayati keberadaan diri dan mengerti ada banyak peristiwa terjadi pada saat bersamaan, yang acap menimbulkan perasaan aneh. Perasaan ini seringkali dihindari, padahal sesungguhnya ia merupakan bagian langsung dari keberadaan manusia.

 

 

ALIA SWASTIKA (PENGAMAT SENI)

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

27 hari lalu

Pameran Voice Against Reason. Foto: Museum Macam.
Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.


Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

34 hari lalu

Pameran seni rupa Islami berjudul Bulan Terbit  sejak 15 Maret hingga 14 April 2024 di Grey Art Gallery Bandung. (Dok.Grey)
Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.


Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Karya instalasi buatan Michelle Jovita berjudul Massa Manusa. (Dok.pameran).
Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance


Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Pameran Lengan Terkembang: Ruas Lintas - Abilitas di Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space Bandung melibatkan belasan peserta seniman difabel.  Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.
Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.


Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Artsiafrica#2 di Galeri Pusat Kebudayaan Bandung berlangsung 16 - 30 September 2023. Foto: Dok.Galeri.
Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.


Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Pameran kelompok Ambari di Galeri Orbital Dago Bandung hingga 17 September 2023. (TEMPO/ANWAR SISWADI)
Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.


Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Lukisan karya Iwan Suastika berjudul Beauty in a Chaotic Rhythm. Dok. D Gallerie
Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.


Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Karya Dionisius Caraka berjudul Tumbukan Lato-lato di Galeri Ruang Dini Bandung. TEMPO/ANWAR SISWADI
Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.


Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Karya Isa Perkasa berjudul Masker 2024. (Dok.Pribadi)
Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.


Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

(kiri ke kanan) Hilmar Faris, Claire Siregar, Sylvia Siregar pada acara pembukaan Bianglala Seribu Imajinasi, di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, pada Rabu, 5 April 2023. Foto: TEMPO | Gabriella Amanda.
Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.