Melalui pameran tunggal bertajuk Body Message di Rumah Budaya Tembi, Bantul, Yogyakarta, 18-28 Agustus 2010, Maria menghadirkan 18 karya berupa patung keramik. Mahasiswa semester tujuh Institut Seni Indonesia, Yogyakarta, ini lebih banyak menghadirkan patung badan (torso) tanpa lengan dan kaki, serta patung kepala yang terpisah dari badannya.
Melalui cara ungkap seperti itu, Maria seperti sedang memprotes pandangan masyarakat terhadap eksistensi perempuan. “Orang sering menganggap kehadiran perempuan itu terwakili oleh tubuhnya, sedangkan pikirannya terpisah dari tubuhnya,” kata Aria, panggilan sehari-hari Maria Magdalena.
Itu sebabnya Maria memunculkan citraan tanduk rusa yang tumbuh dari dada maupun tanduk rusa yang tumbuh dari kepala patung-patung keramiknya. Tanduk rusa menjadi pilihan visual karena ia dianggap melambangkan kekuatan.
Pada karya bertajuk Thought, misalnya, Maria menampilkan enam buah torso dengan tanduk rusa yang tumbuh dari dada. Masing-masing torso menampilkan proses pertumbuhan tanduk di dada, dari tunas hingga tanduk yang sudah bercabang-cabang. “Mengapa tanduk itu tumbuh di dada, karena saya ingin menunjukkan bagaimana kemampuan perempuam meredam amarah terhadap konflik sosial. Dan perempuan memang mampu melakukannya,” katanya menjelaskan.
Tanduk rusa itu kembali muncul pada karya bertajuk Blind. Tanduk itu mencuat dari dalam kepala pada sebuah patung kepala dengan mata ditutup citraan kain. Patung kepala bertanduk itu kemudian direkatkan pada kayu berbentuk bulat, mirip hiasan kepala rusa pada dinding rumah.
Memang, tidak semua karya Maria menampilkan citaraan tanduk rusa. Pada karya bertajuk Tak Banyak Bicara, misalnya, Maria justru menampilkan citraan mulut yang muncul di berbagai bagian tubuh tanpa kepala, tangan dan kaki. Maria bahkan menilai karya ini justru yang paling mendekati konsep pamerannya.
Melalui karya ini, Maria hendak menegaskan bahwa tubuh perempuan itu memiliki daya tarik tersendiri. “Tubuh indah perempuan itu sudah bicara sendiri,” katanya. Ya, bagian-bagian tubuh perempuan itu seperti memiliki mulut sendiri untuk mengungkapkan keindahannya.
Karya Tak Banyak Bicara itu nyaris dicabut dari ruang pameran karena Maria menganggap sebagai karya yang gagal dalam proses. Ada retakan panjang selama proses pembakaran yang dianggap Maria sangat mengganggu visual. Les Tari, pembimbing Maria selama proses berkarya, akhirnya berhasil meyakinkan bahwa karya itu tidak perlu dikeluarkan dari daftar materi pameran.
Materi pameran Body Message ini adalah hasil residensi selama tiga bulan (Mei-Juli 2010) yang diselenggarakan oleh Rumah Budaya Tembi. Selama tiga bulan itulah Maria mencoba berkarya dengan keramik, sebuah media seni yang sama sekali baru baginya.
“Salah satu kesulitan membuat karya keramik adalah tidak bisa meramalkan secara perfect seperti keinginan kita. Mulai proses pengolahan tanah hingga proses pembakaran, sangat menentukan hasil akhirnya,” ujar mahasiswa Jurusan Kriya ISI Yogyakarta ini.
Menurut Heather Curnow, Program Officer Artists in Recindence Tembi Rumah Budaya, kerusakan karya seperti yang dialami Maria tersebut merupakan hal biasa. Seniman besar zaman dulu juga menemui pengalaman serupa, seperti patung Venus de Milo yang sangat kesohor itu. Patung perempuan telanjang dada tanpa lengan itu diperkirakan dibuat tahun 130 hingga 90 Sebelum Masehi oleh seniman Alexandros of Antioch.
HERU CN