Pameran yang dibuka selama 13 Agustus hingga 31 Oktober itu juga memamerkan karya-karya dari Filipina, Malaysia, Vietnam, Taiwan, Timor Leste, Brunai, Thailand, Kamboja dan Cina.
Khusus karya dari Indonesia dipinjam dari koleksi berharga milik Museum Nasional Indonesia. Australia juga mengundang Hari Budiarti, Kepala Koleksi Sejarah, dan Trigangga, Kepala Registrasi dan Dokumentasi, dari Museum Nasional Indonesia untuk mendampingi karya Indonesia itu dan memberi presentasi tentang pameran Indoensia selama kunjungan mereka di Negeri Kangguru.
"Ini bukanlah kali pertama Museum Nasional Indonesia bekerja sama dengan National Gallery of Australia dan kerja sama erat dalam bidang kebudayaan merupakan salah satu cara praktis di mana Australia dan Indonesia bekerja sama sebagai tetangga dekat," kata Retno Sulistianingsih, Direktur Museum Nasional Indonesia, dalam pernyataan persnya.
Beberapa koleksi Indonesia yang dipamerkan, antara lain, adalah patung perunggu lelaki berdiri setinggi 15,7 cm, yang diperkirakan dari abad pertama hingga keenam, yang ditemukan di Bogor, Jawa Barat; perhiasan telinga dari emas dan pusaka suci (mamuli) untuk upacara dari suku Sumba, yang diperkirakan dari awal abad ke-19; dan pustaha laklak, naskah kuno Batak.
Kedutaan Besar Australia di Indonesia menyatakan, ini merupakan pameran besar pertama mengenai nenek moyang Asia Tenggara yang digelar di Australia. National Gallery of Australia terkenal dengan koleksi kain Asia Tenggara dan telah memperoleh patung animis baru dari kawasan ini, terutama untuk pameran ini.
Pameran tersebut memperlihatkan karya seni yang mengekspresikan dengan kuat kepercayaan rohani paling kuno dan tetap lestari serta organisasi sosial, termasuk upacara keagamaan tentang kehidupan dan kematian. Karya seni itu terbuat dari serat, batu, logam, kayu dan tanah liat, termasuk figur nenek moyang yang monumental dan dewa kesuburan, topeng setan dan perhiasan emas yang rumit serta sakofagus raksasa.
Informasi selanjutnya dapat dilihat di situs National Gallery of Australia.