TEMPO Interaktif, Jakarta - Bagi komposer dan musisi Purwa Caraka, usia lima tahun merupakan periode emas bagi anak untuk mengembangkan bakat menyanyi. Bukan sekedar teori, buktinya anak didik kang Purwa, demikian ia di sapa, di Lembaga Pendidikan Musik Purwa Caraka Musik Studio Cinere, didominasi oleh bocah-bocah. Bahkan ada yang berusia sangat dini, yakni 3.5 tahun.
Sebagai bukti konkret lainnya, Purwa pun memberanikan diri merancang album sang murid yang masih berusia lima tahun. Lewat album milik Calista yang bertajuk Ceria Anak, Purwa hendak membuktikan teorinya.
Kehadiran “proyek” baru Puwa pun sekaligus menyumbang kekosongan lagu-lagu anak di Indonesia. “Pangsa pasar lagu anak ini memang lagi sepi, dan banyak pula orang tua yang mengeluh tentang lagu-lagu dewasa yang diserap anak-anak mereka,” jelas Purwa dalam peluncuran album tersebut di Jakarta, pekan lalu.
Dalam album bersampul kuning cerah ini, Calista menembangkan lagu buah karya orang tuanya, seperti Cerah Hati. “Lewat album inilah saya ingin memberikan jawaban atas keresahan para orang tua," ujar kakak penyanyi Trie Utami itu.
Baginya, konten lagu album Ceria Anak yang berisi enam lagu tersebut termasuk takaran yang pas bagi muridnya. “Ada lagu yang terdengar artikulasinya aneh, tapi justru membuat suara calista terdengar lucu. Meski begitu dia telah mengenal nada kok,” jelasnya. Salah satu lagu andalan Calista adalah Lucunya Adikku. Lagu natural itu hanya diiringi oleh petikan gitar. “Nah, lagu ini bisa diapresiasi sebagai lagu anak-anak jaman sekarang, sebagai pengganti Burung Kakatua dan Potong Bebek Angsa,” kata pengamat musik Bens Leo, yang turut hadir dalam peluncuran album itu.
Aguslia Hidayah