TEMPO Interaktif, Yogyakarta - -Foto-foto pada saat Bung Karno membacakan teks proklamasi dan pengerekan bendera merah putih sudah sering dilihat, baik di buku sejarah maupun di tempat lain. Tetapi ternyata ada foto-foto suasana sebelum proklamasi dan sesudahnya. Selama ini foto-foto itu tersempan rapi di Yayasan Bung Karno. Kini sebagian foto peristiwa perjuangan tahun 1945-1950 dipamerkan di Jogja Gallery, 18 Agustus hingga 19 September 2010 mendatang.
Salah satunya foto sebelum pembacaan teks proklamasi, ketika Bung Hatta sedang berpidato didampingi oleh Latief Hendraningrat, dr Muwardi. Di belakangnya tampak Fatmawati, Suwiryo dan Bung Karno. Foto itu diberi judul Mengambil Nasib di Tangan Sendiri. Setelah pembacaan teks proklamasi, tampak dalam foto Soekarno sedang menengadahkan kedua tangganya dan berdoa. Foto itu diberi judul Menengadah Kehadirat Tuhan.
Ada pula foto yang sangat provokatif yaitu Soekarno sedang mengepalkan tangan meneriakkan yel-yel kemerdekaan yang diberi judul “Sorak Merdeka”. Foto lain yang menarikadalah foto yang menggambarkan rombongan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang dipimpin oleh Rajiman Widyoningrat, M Hassan dan Dr Sam Ratulangi tampak hadir meskipun terlambat. Kemudian ada foto “Pasukan Jibaku”, pasukan berani mati yang memakai celana pendek. Mereka adalah pasukan pengamanan presiden pada waktu itu. Foto-foto itu merupakan karya Alex dan Frans Mendur, sang pendiri IPPHOS (Indonesia Press Photo Service).
Pada 10 November 1945, Bung Karno, Bung Hatta dan Sri Sultan Hamengku Buwono IX memimpin badan kongres pemuda Indonesia di Alun-alun Utara Yogyakarta. Meskipun foto yang dicetak diatas kanvas ukuran 40x60 centimeter itu diambil dari sisi belakang, tetapi sedikit raut muka ketiga tokoh itu terlihat.
Pada foto yang lain, tampak tiga sosok yang sangat dikenal dalam sejarah dan sedang duduk santai di sofa, yaitu Dr Sukiman, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan seorang lagi adalah seorang jenderal yang sangat mudah dikenali jika memakai peci. Namun dalam foto ini sang Jendral tidak memakai topi, dia adalah Jenderal Sudirman. Foto itu adalah saat krisis kabinet Syahrir pada 1947.
“Foto yang kami pamerkan adalah foto yang jarang bahkan belum pernah dipublikasikan,” kata Giat Wahyudi, salah satu kurator pameran “Jogja Kota Revolusi”, di Jogja Gallery, Rabu (18/8).
Selain foto itu, ada dua buah foto saat Soekarno dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia Sementara (RIS) di Siti Hinggil, Kraton Ngyogyokarta pada 17 Desember 1949. tampak Soekarno duduk di atas kursi di salah satu foto itu dan foto lainnya suasana pelantikan. Selain itu ada foto pernikahan Bung Hatta di Yogyakarta yang disaksikan oleh presiden Soekarno.
Selain foto yang berjumlah 91 frame, juga dipamerkan patung Bung Karno bersebelahan dengan Bung Hatta, film dokumenter dan benda kenangan Jogja Kota Revolusi. Pameran ini sebagai peringatan 65 tahun Indonesia merdeka dan 60 tahun peringatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Menurut dia Yogyakarta memiliki arti penting dalam perjalanan sejarah kebangsaan. Perlu adanya pengenalan sejarah kepada generasi muda kepada tonggak sejarah berdirinya bangsa Indonesia melalui pameran foto peristiwa.
Malam ini, pameran akan dibuka oleh Guruh Soekarno Putra dan akan dihadiri oleh keluarga besar para pelaku sejarah seperti keluarga Jenderal Soedirman, keluaraga Hatta, keluarga M Roem dan keluarga besar lainnya.
Menurut Sigit Lingga, pameran itu ditujukan untuk mengenalkan peristiwa sejarah kepada publik. Apalagi selama ini foto-foto itu tidak pernah dipublikasikan ke khlyak ramai. Selain Foto, film dokumenter dan patung ada juga yang dimerkan yaitu tiga baju milik Bung Karno, Bung hatta dan Muhammad Roem, sepasang sepatu milik Bung Karno, sepasang sepatu milik Bung Hatta, buku-buku dan benda lainnya. “Pameran ini juga untuk menumbuhkan kesadaran generasi muda untuk mengapresiasi apa yang telah diperjuangkan oleh para pendiri bangsa ini,” kata dia.
MUH SYAIFULLAH