Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kisah Tragis Gadis Afganistan

image-gnews
Film Act Of Dishonour. Foto:Dok.film
Film Act Of Dishonour. Foto:Dok.film
Iklan

TEMPO Interaktif, Perang selalu membawa akibat yang mengerikan, terutama bagi perempuan dan anak-anak. Kehilangan keluarga, kesehatan memburuk, akses pendidikan putus, dan trauma mental. Perang juga membuat transfer budaya menjadi sangat lambat, bahkan dalam tataran tertentu mandek sama sekali. Dan, ketika budaya baru datang, di situlah ia justru acap menelan korban.

Nelofer Pazira, sutradara dan jurnalis perempuan berkebangsaan Kanada, meramu sejumlah fenomena konflik budaya di sebuah desa di wilayah perang Afganistan. Perempuan berdarah Afganistan itu mengemasnya dalam film fiksi berbasis dokumenter: Act of Dishonour. Kamis pekan lalu, film itu diputar di Teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta.

Dalam film itu, Pazira juga berperan sebagai Mejgan, seorang penerjemah bagi kru film Kanada yang ingin membuat film di desa terpencil, Kabul. Di sanalah Mejgan bertemu dengan seorang perempuan muda bernama Mena (Marina Golbahari). Dan, Mejgan rupanya tertarik mengajak Mena untuk berperan dalam film itu.

Mena, 15 tahun, seorang perempuan cantik yang telah bertunangan dengan Rahmat, seorang sopir angkutan umum. Namun Mena hanya bisa menemui Rahmat dari balik tembok rumahnya. Tanpa berbincang dan sesekali hanya bisa memandang jauh melalui lubang yang mirip jendela pada tembok itu. Bahkan, ketika Rahmat hendak memberikan cendera mata untuk pernikahan nanti, ia hanya meletakkannya di atas lubang jendela itu.

Seperti gadis lainnya, Mena tak boleh ke luar rumah tanpa ditemani saudara atau kerabatnya. Kecuali, jika ia sudah bersuami. Ini sangat lazim di desa itu. Dan, Mena, yang piatu, berkewajiban mengurus rumah dan memasak bagi ayah dan dua saudara laki-lakinya.

Pertemuan antara Mejgan dan Mena kemudian berlanjut dengan sebuah percakapan yang akrab. Mejgan sering bertandang ke rumahnya untuk belajar sesuatu tentang budaya desa itu. Pazira memang sengaja menempatkan peran Mejgan seperti orang asing di rumah sendiri. "Ini persis seperti pengalaman saya. Meskipun saya orang Afganistan, saya sudah berada di Kanada selama 20 tahun," ujar Pazira. Terang saja, adat desa itu sudah menjadi sangat asing bagi Pazira.

Mena tak segan-segan menceritakan pertunangannya dengan Rahmat. Bahkan ia memperlihatkan pakaian pengantin milik ibunya, yang diberikan sebelum meninggal akibat tuberkulosis. Pelayanan kesehatan yang buruk membuat ibunya tak tertolong lagi. Mena sangat gembira menunggu hari istimewa itu. Hanya satu yang tak dimiliki Mena untuk upacara pernikahan itu: burqa--kain penutup muka yang biasa dipakai pada upacara sakral itu. Dan Mena sangat menginginkannya.

Mendengar itu, Mejgan berjanji akan memberikannya, asalkan Mena bersedia membantunya untuk berperan dalam film yang ia buat. Mena sempat ragu untuk mengiyakan ajakan itu, karena ia harus ke luar rumah. Mejgan meyakinkan bahwa Mena aman saat pergi bersamanya.

Tapi, setelah memainkan peran, Mena dipanggil oleh dua saudara laki-lakinya. Ia gusar dan panik, kepergiannya pastilah diketahui sang ayah. Mena pulang dengan perasaan yang tak bisa ia bayangkan lagi. Tawaran Mejgan untuk menemani pulang tak digubrisnya lagi.

Dari situlah konflik batin antara Mena dan ayahnya, Khak (Ghafor Quoutbyar), mulai tumbuh. Kejadian itu menjadi perbincangan orang-orang desa. Dan Khak seperti tak nyaman lagi dengan gunjingan orang-orang terhadap putrinya.

Hingga suatu malam, Khak bermaksud menikam putrinya dengan belati saat Mena tertidur. Namun ia tak sampai hati melakukannya. Ghafor dengan sangat lihai menempatkan mimik muka dan ekspresi perannya pada posisi yang sangat sulit. Menghadapi adat muslim keras yang ia anut dan putri kesayangan di hadapannya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pagi itu, Mena berpakaian pengantin lengkap tanpa burqa. Mena dilepas oleh ayah dan saudara-saudaranya, dan kemudian diiringi oleh Rahmat, yang memanggul senjata. Jalan desa itu begitu sunyi, meski penghuninya ke luar rumah untuk melihat kepergian mereka.

Berdua mereka melewati makam ibu Mena, lembah, dan sungai-sungai. Tanpa bicara sepatah kata pun. Berhenti di sebuah sungai kecil, ketika Mena membasuh tangan dan mukanya. "Apakah kau tidak ingin sejenak menikmati hidupmu? Bukankah dunia ini diciptakan dengan sangat indah untuk dinikmati," begitu kata Mena kepada Rahmat, yang selalu murung.

Perjalanan mereka berhenti di gurun pasir yang sangat luas. Mena dengan terisak-isak dan sadar sepenuhnya membalikkan badan, lalu berdiri mematung. Membuang pandangan Rahmat, tunangannya. Rahmat dalam posisi senapan siap terbidik. Air mata dan keraguan Rahmat tak terbendung lagi. Ia teringat, dirinya pernah melakukan hal serupa dulu, menembak seorang perusuh desanya.

Mena, yang mematung, siap dengan ajalnya. Lalu terdengarlah bunyi senapan itu. Rupanya, Rahmat tak tega membunuh kekasihnya. Mena ditinggalkannya di padang gurun itu. Sendiri.

Pada waktu yang bersamaan, Mejgan tak mampu lagi menolong Mena. Ia bersama teman-teman krunya meninggalkan desa itu karena ketidakramahan penduduk desa sejak kejadian tersebut.

Pazira seolah ingin memperlihatkan paradigma moral yang sangat kaku dan prasangka yang sangat berlebihan menurut kebudayaan Barat yang dia pahami. Hukuman yang sangat tragis menimpa perempuan itu.

Inilah sebuah potret kehidupan di Afganistan. Sebuah bukti atas semangat untuk bertahan hidup dalam perseteruan dan konflik berkepanjangan. Nilai nyata untuk melawan ketidakadilan.

Hanya, adegan Pazira memasukkan cerita-cerita para pengungsi yang datang ke desa itu untuk menempati kembali rumah yang sudah ditinggalkan saat perang malah memecah fokus jalan cerita. Mestinya, bagian itu bisa dijadikan sekuel film tersendiri.

ISMI WAHID

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


8 Film Bioskop Indonesia Terbaru yang Tayang di Netflix pada 2024

20 jam lalu

Sederet film Indonesia yang tayang di bioskop akan tayang di Netflix pada 2024. Dok. Netflix
8 Film Bioskop Indonesia Terbaru yang Tayang di Netflix pada 2024

Tahun ini, Netflix menargetkan lebih dari 50 film Indonesia yang tayang di bioskop untuk masuk ke dalam platform, berikut 8 di antaranya.


Dibintangi Ma Dong Seok, Ini Sinopsis The Roundup: Punishment

3 hari lalu

Don Lee atau Ma Dong Seok dalam film The Roundup: Punishment. Dok. ABO Entertainment
Dibintangi Ma Dong Seok, Ini Sinopsis The Roundup: Punishment

Cerita film The Roundup: Punishment berpusat detektif Ma Seok do (Ma Dong Seok) yang bergabung dengan Tim Investigasi Siber


Netflix akan Menayangkan The Tearsmith, Simak Sinopsis Film Ini

5 hari lalu

The Tearsmith. Foto : Imdb
Netflix akan Menayangkan The Tearsmith, Simak Sinopsis Film Ini

Netflix mengumumkan tanggal tayang The Tearsmith, pada 4 April 2024


4 Perbedaan Road House Tahun 2024 dan 1989

5 hari lalu

Film Road House yang tayang di Prime Video. (dok. Prime Video)
4 Perbedaan Road House Tahun 2024 dan 1989

Road House (2024) merupakan konsep ulang dari film klasik tahun 1989 yang berjudul sama


10 Film di Bioskop Terbaru Maret-April 2024 yang Bisa Ditonton

6 hari lalu

Poster Badarawuhi di Desa Penari. Foto: Instagram.
10 Film di Bioskop Terbaru Maret-April 2024 yang Bisa Ditonton

Ada beberapa film di bioskop terbaru yang cocok Anda tonton. Di antaranya ada Godzilla x Kong: The New Empire hingga Badarawuhi.


Metamorfosa Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono, Puisi ke Layar Lebar

6 hari lalu

Aktor Koutaro Kakimoto (kiri), Velove Vexia, dan sutradara Hestu Saputra dalam Meet and Greet Film Hujan Bulan Juni di Jakarta, 1 November 2017. Film ini bercerita tentang kisah cinta dosen bernama Pingkan (Velove Vexia), dengan sang kekasih Sarwono (Adipati Dolken). Tempo/ Fakhri Hermansyah
Metamorfosa Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono, Puisi ke Layar Lebar

Puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono telah bermetamorfosa dalam banyak bentuk, mulai dari komik, novel, hingga film.


Selain Dian Sastro - Reza Rahadian, Pasangan di Film Lain Reza Rahadian dan BCL Setidaknya di 5 Film Ini

8 hari lalu

Reza Rahadian dan BCL dalam film My Stupid Boss.  foto: dok. Falcon Pictures
Selain Dian Sastro - Reza Rahadian, Pasangan di Film Lain Reza Rahadian dan BCL Setidaknya di 5 Film Ini

Selain Dian Sastro dan Nicholas Saputra, Indonesia punya pasangan aktor Reza Rahadian dan BCL yang kerap dipasangkan dalam film.


Yoo Seung Ho Tampil dalam Video Musik Day6 Welcome to the Show

9 hari lalu

Yoo Seung Ho. (Instagram/@yg_stage)
Yoo Seung Ho Tampil dalam Video Musik Day6 Welcome to the Show

Aktor Korea Selatan Yoo Seung Ho muncul dalam video musik Day6, Welcome to the Show


Daftar Film dan Drama Korea Terbaru di Vidio, Ada NCT Dream The Movie: In a Dream

9 hari lalu

NCT Dream gelar konser The Dream Show 2: In a Dream di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD pada 4-6 Maret 2023. Foto: Instagram/@dyandraglobal
Daftar Film dan Drama Korea Terbaru di Vidio, Ada NCT Dream The Movie: In a Dream

Sederet drama Korea hingga film dokumenter NCT Dream akan tayang di Vidio.


Film Samsara Karya Garin Nugroho akan Tayang di Singapura

9 hari lalu

Film Samsara karya sutradara Garin Nugroho yang dibintangi Ario Bayu dan Juliet Widyasari Burnett. Dok. thePUBLICIST
Film Samsara Karya Garin Nugroho akan Tayang di Singapura

Film Samsara karya Garin Nugroho akan tayang di Singapura pada 10 Mei 2024