Begitu didekati, mereka seperti hidup dan menyapa dengan ramah. Dari kepalanya tiba-tiba merebak cahaya putih sambil diiringi suara seperti nyanyian jangkrik. Beberapa pengunjung ada yang sengaja menggoda mereka dengan hentakkan kaki agar mereka berbunyi.
Itulah Dune 4.1, karya seni interaktif Daan Roosegaarde yang dipamerkan sepanjang 13-18 Agustus ini. Dune atau duin dalam bahasa Roosegaarde, seniman muda asal Belanda, berarti sebuah bukit pasir halus yang terletak di tepi pantai. Bukit itu terbentuk oleh tiupan angin yang mudah membawa pasir. Di alam, gundukan bukit itu juga menyuburkan ilalang yang selalu menari bersama angin pembawa pasir.
Karya yang dikerjakannya selama 4 tahun tersebut memadukan peristiwa alam dan teknologi untuk dibawa ke dunia urban. Tapi master di bidang arsitek lulusan Berlage Institute itu ingin menekankan bahwa teknologi hanyalah alat yang dibutuhkan tanpa perlu diketahui wujudnya.
Roosegaarde justru ingin membangun kesadaran manusia lewat ilalang buatannya itu tentang hubungan yang dinamis dengan lingkungan sekitar. Selain lewat gerakan, juga dengan suara.
Sejak mendirikan studionya sendiri pada 2005, lulusan Academy of Fine Arts di Enschede, Belanda, itu kian mantap membuat karya seni interaktif yang tak biasa. Pada karya lain berjudul Flow 5.8, misalnya, Roosegaarde membuat dinding yang terbuat dari susunan ratusan kipas angin kecil seperti pada pendingin harddisk personal computer. Sama seperti Dune, kipas itu akan berputar ketika menangkap getaran suara atau gerakan pengunjungnya.
Sejumlah karya interaktifnya itu telah dipamerkan di sejumlah negara, seperti Inggris, Jepang, dan Italia. Di Bandung, proyeknya tersebut didatangkan, antara lain, atas kerja sama Erasmus Huis dan Hivos.
ANWAR SISWADI