Karya-karya publiknya tersebar, terutama di Jakarta, antara lain, patung “Selamat Datang”, “Pembebasan Irian Barat”, “Dirgantara”, dan diorama Monumen Nasional. Di masa mudanya, selain magang pada pelukis terkemuka Hendra Gunawan, ia pernah mempelajari seni patung realis di Visva-Bharati Rabindranath Tagore University, Santiniketan, India (1955-1957).
Corak realis ini pula yang tercermin pada karya-karyanya di ruang publik dan ia ajarkan kepada murid-muridnya di Akadeni Seni Rupa Indonesia – kini Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia – Yogyakarta. Ada juga kecenderungan abstraksi dan simbolisasi, terutama pada karya-karya pribadinya. Namun, Edhi Sunarso sendiri mengaku bahwa itu sebenarnya merupakan pengembangan dari kecenderungan figuratif.
Pameran tunggal ini menampilkan sejumlah karya pribadi Edhi Sunarso. Dipajang pula foto-foto proses awal ketika monumen-monumen di ruang publik itu dibangun, yang memperlihatkan lanskap Jakarta di masa itu dan Bung Karno selaku penggagas proyek tersebut. Foto-foto dari masa lampau itu diperkaya dengan foto pilihan masa kini, karya kelompok Liga Merah Putih (Oscar Motuloh, Yori Antar, Syaiful Boen, dan Asfarinal St Rumah Gadang), yang memperlihatkan aktualitas monumen-monumen itu di tengah perubahan kota.
Saat pembukaan pameran, yang dimulai hari ini hingga 28 Agustus mendatang, akan diluncurkan buku Edhi Sunarso: Seniman Pejuang. Dalam rangka pameran ini juga akan digelar diskusi (Sabtu, 21 Agustus 2010, pukul 16:00 WIB) bertajuk “Seni Patung, Monumen, dan Ruang Publik” dengan pembicara Jim Supangkat dan Yuke Ardhiati.
Kalim/www.salihara.org/Pelbagai Sumber