Malam itu Iwan Hasan, yang tampil bersetelan jas hijau mentereng, menghadirkan reportoar jazz standar yang diaransemen dengan formasi gitar-piano-tuba-vokal, tanpa drum. Posisi tuba menjadi pengganti unsur bass dalam jazz.
Tak kurang dari 13 lagu menjadi pilihan istimewa Iwan. Ia menilai demikian karena mengaku lebih sulit merangkai aransemen saksofon ketimbang membuat musik Discus. Meski terdengar santai dan beberapa nomor terasa renyah oleh kuping para awam, nyatanya partitur yang tercipta tergolong tak mudah.
Tak hanya Iwan dan Andien yang menjadi bintang panggung malam itu. Enggar Widodo pun mengambil beberapa menit pertunjukan untuk pamer. “Katanya (Enggar), dia punya ide berlian, bukan brilian,” celetuk Andien. Sebuah instrumental tuba dibawakan Enggar dengan gaya unik.
Pertama, alat musik tiup besar itu masih komplit dan melodi tetap mengalun. Namun beberapa menit kemudian ia melepas rangka tuba menjadi tiga bagian. Musik terus masih mengalun lancar, hingga yang tersisa tinggal mulut yang bergetar, menyerupai suara tuba. Tak perlu waktu lama, Enggar pun kembali memasang rangkaian tuba tanpa perlu menghentikan musik. Aplaus pun menggemuruh menyambut aksi unik itu.
Seolah tak mau kalah, Iwan juga pamer. Dalam nomor Static Motion, ia mengeluarkan kepiawaiannya mencabik gitar harpa. Badan inti gitar dibuat seperti lazimnya gitar biasa, namun untuk nada atas dan bawah ditambahkan dengan senar harpa. Gitar ini terdiri dari tujuh senar bas harpa, enam senar gitar biasa, dan delapan string harpa. “Gitar ini hanya ada satu di Indonesia, dan kedua di Asia,” kata Iwan. Selain Iwan, ada orang berkebangsaan Jepang yang memiliki gitar tersebut. “Gitar ini diproduksi di Amerika.”
AGUSLIA HIDAYAH