Foto bergenre natural dan memiliki nuansa jurnalistik itu adalah karya Wakil Gubernur Bali A.A. Ngurah Puspayoga. Bersama 30 foto karya 30 fotografer lainnya, foto itu kini dipamerkan di Griya Santrian Gallery, Sanur, Denpasar, Bali, hingga Agustus mendatang. Obyek yang ditentukan dalam pameran yang digagas oleh Denpasar Photographers Commmunity (DPC) itu adalah suasana saat sunrise (matahari terbit) di Sanur. Peserta diminta mengeksplorasi keindahan alam, aktivitas atau pun berbagai keindahan pantai lainnya.
Yang menarik, mereka juga dibebaskan untuk menjelajahi berbagai teknik fotografi. Tidak ada dogma yang harus dipegang bahwa teknik yang natural dan tanpa rekayasa adalah yang terbaik. Keindahan ditentukan oleh hasil akhir yang berhasil menciptakan kesan tertentu bagi penikmatnya. "Seperti sebuah lukisan, bukan alat dan tehnik yang menentukan," kata Iwan Darmawan, fotografer senior yang menjadi kurator pameran ini.
Simak karya Agung Hendrayana, yang menggunakan teknik fotografi high dynamic range (HDR). Ia berkali-kali memotret Sanur dengan fokus cahaya yang berbeda. Mulai rerumputan, lautan, dan pemandangan Gunung Agung sebagai latar yang jauh. Setelah diolah dan digabungkan, hasilnya adalah sebuah pemandangan yang memadukan obyek-obyek itu yang mirip sebuah lukisan.
Variasi teknik lainnya adalah dalam penggunaan lensa. Salah-satu foto karya Iwan S. Latief menggunakan lensa fish eye – yang menghasilkan kesan obyek sebagai sebuah benda bulat.
Terlepas dari berbagai teknik itu, menurut Iwan, suasana saat sunrise (matahari terbit) di Sanur sebenarnya sudah sangat kaya. Hanya yang jadi masalah adalah waktunya yang singkat sejak matahari mulai berpisah dari horison garis laut. Mentari perlahan kemudian meninggi dan langit yang memadukan warna merah, kuning serta kebiruan kemudian hilang menjadi terang benderang. "Mungkin hanya sekitar 10 menit," ujarnya. Karena itu variasi tehnik dibutuhkan ketika fotografer hanya memiliki sedikit waktu untuk mencari obyek yang terbaik.
Pameran sendiri diharapkan akan menarik perhatian terhadap momentum Sunrise itu. Sebab di masa lalu, suasana itulah yang berhasil menarik sejumlah pelukis dunia seperti Le Mayeur de Merpres, Theo Meier dan Donald Friend (Australia). Mereka datang karena melihat kekayaan warna-warni dan komposisi alam yang berbeda dengan kawasan lain di Bali.
Tantangannya untuk fotografi, menurut Iwan, diperlukan manajemen yang bisa mendukung para fotografer agar bisa memilih waktu yang tepat misalnya dengan bantuan data mengenai cuaca, siklus pergerakan matahari, kecepatan angin, aktivitas adat warga setempat dan lain-lain,
Selain itu, Iwan menambahkan, pameran untuk menunjukkan bahwa fotografer Bali mampu menguasai berbagai teknik mutakhir yang berkembang di dunia fotografi. Selama ini ada anggapan bahwa mereka sudah ketinggalan jaman sehingga berbagai peluang untuk memotret hotel, restoran sampai kegiatan wedding diambil oleh fotografer asing.
Pengamat seni dan pemilik Gallery Santrian, Sanur, Ida Bagus Sidharta Putra menyatakan, fotografi bisa menjadi cabang seni yang setara dengan cabang seni rupa lainnya. Yakni, bila dikerjakan dengan penuh perasaan dan kecintaan yang melampaui batas-batas kemampuan teknis fotografernya. Dia juga yakin, Sanur dan Bali pada umumnya menyediakan obyek-obyek yang secara natural unik dan menarik untuk siapapun. "Sulit sekali ditemukan di wilayah lain di dunia," ujarnya.
ROFIQI HASAN