Pendapat Khamenei ini keluar sebagai jawaban atas pertanyaan seorang pengikutnya yang berusia 21 tahun, yang hendak mulai belajar musik tapi ingin tahu apakah diperbolehkan menurut Islam. "Lebih baik pemuda kita menghabiskan waktunya yang berharga untuk belajar ilmu pengetahuan dan keterampilan penting dan berguna serta mengisi waktunya dengan olah raga dan rekreasi sehat ketimbang bermusik," kata Khamenei, seperti disiarkan kantor berita semiresmi Iran, Fars.
Tidak seperti para ulama lain di Iran, yang fatwanya biasanya hanya dipatuhi oleh para pengikutnya, pendapat Khamenei ditafsirkan sebagai keputusan administratif bagi seluruh negeri, yang harus harus dipatuhi pemerintah. Bulan lalu Khamenei mengeluarkan fatwa kontroversial dengan menyamakan kepemimpinannya dengan Nabi Muhammad dan memerintahkan semua orang Iran untuk mematuhi perintahnya.
Khamenei jarang mengeluarkan pendapatnya soal musik secara terbuka, tapi dia diyakini punya peran penting dalam pemberangusan musik Iran seusai Revolusi Islam Iran. Ketika Khamenei jadi presiden, dia melarang musik bergaya Barat dan memaksa banyak artis negeri itu kabur ke luar negeri.
"Dia membenci musik sejak dari awal," kata Houshang Asadi, bekas rekan satu sel Khamenei sebelum Revolusi.
"Beberapa kali saya menyanyikan sebuah lagu karya Banan (seorang penyanyi popular) untuknya dan dia minta aku menghindari musik dan lebih baik berdoa kepada Tuhan," kata Asadi, yang disekap satu sel besama Khamenei selama empat bulan di penjara Moshtarak, Teheran, pada 1976 dan bersama Khamenei selama beberapa tahun sesudah Revolusi.
"Satu-satunya musik yang dia suka adalah lagu kebangsaan revolusioner dan religius," katanya.
Setelah Khatami sang reformis memegang kursi presiden pada 1997, sikap pemerintah terhadap musik, khususnya pop, mulai mencair. Tapi, sejak 2005, Presiden Mahmoud Ahmadinejad memberangus musik. Kementerian budaya dan bimbingan Islam menolak untuk memberi izin bagi penyebaran ratusan album musik. Bahkan, sejak pemilihan umum tahun lalu yang diwarnai kericuhan, pemerintah memberi lebih sedikit ijin untuk konser umum, karena khawatir akan digunakan oleh kelompok oposisi.
Iran jarang memberi izin untuk konser, karena takut akan digunakan oposisi sebagai peluang untuk mengekspresikan diri, kata Mohammad Reza Shajarian, vokalis klasik Iran yang popular dan paling produktif. "Mereka khawatir terhadap konser-konser saya, karena pada detik-detik sebelum konser dimulai, ketika seluruh ruang dalam kesunyian dan kegelapan, seseorang tiba-tiba berteriak 'matilah diktator' dan semua orang mengiringinya, sehingga mereka tak bisa mengidentifikasi siapa orang itu," kata Shajarian.
Iwank | Guardian