Namun, Suantika agak meragukan temuan yang dirilis di beberapa situs Internet. Sebab, menurut dia, agak mustahil bentuk candi bisa utuh jika berada di bawah laut selama bertahun-tahun. “Kalau candi terbuat dari bata atau batu, rasanya mustahil bentuknya utuh seperti itu,” kata Suantika saat melihat foto candi yang dimuat di jejaring sosial Twitter.
Suantika menyatakan, kemungkinan temuan terhadap candi di wilayah Selat Bali, terutama di Gilimanuk tetap ada. “Sebab memang ada arkeolog yang menemukan candi di wilayah Cekik, Gilimanuk. Namun, usia candi itu termasuk muda yakni abad 17-18,” ujarnya.
Suantika menduga, jika memang benar ada candi yang ditemukan di Selat Bali, kemungkinan candi itu jatuh ke laut karena abrasi atau faktor alam lainnya. Namun, Suantika berjanji akan menindaklanjuti temuan ini.
Jika temuan ini memang benar, Balai Arkeologi Denpasar akan memastikan apakah temuan itu memang berada pada wilayah Bali. “Sebab, jika lebih dekat dengan daratan Jawa, itu sudah menjadi kewenangan Balai Arkeologi Yogyakarta atau malah diteliti Direktorat Bawah Air Departemen Kebudayaan dan Pariwisata,” Suantika menjelaskan.
Sebelumnya, situs jejaring sosial dihebohkan dengan isu temuan candi bawah laut di Selat Bali. Direktorat Bawah Air akan segera meneliti temuan ini.
WAYAN AGUS PURNOMO