Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Keberanian dan Kebersamaan dalam Perang Pandan  

image-gnews
Perang Pandan. (e-kuta.com)
Perang Pandan. (e-kuta.com)
Iklan
TEMPO Interaktif, Karangasem - Wajah Noah Velte terlihat sumringah. Bocah 7 tahun asal Jerman ini begitu girang melihat pemuda bertelanjang dada dengan pakaian adat Bali berupa kamen (sarung) dan udeng (ikat kepala). Di pinggang terselip sebuah keris. Para pemuda ini sedang menyongsong perang pandan di Desa Tenganan Dauh Tukad, Karangasem, Bali, Jumat (30/7). Kepada ayahnya, Attila Velte, dia meminta ijin untuk turut serta. ”It’s amazing and I want to try it,” kata Noah. Sang ayah mengiakan.

Ketika sudah harus berhadapan dengan "lawannya", seorang bocah Tenganan, wajahnya kecut. Toh, dia ketakutan juga ketika sudah turun ke arena pertarungan. Nyali yang dia coba kumpulkan, rupanya menguap entah kemana. Darah segar yang mengucur dari punggung peserta perang rupanya cukup membuat dia takut.

Seikat pandan di tangan kanan dan perisai di tangan kiri tidak cukup baginya untuk menumbuhkan keberanian. Dia pun menghindar sekuat tenaga dan berlari menghindari geretan tajam duri pandan yang menghajar kulit punggungnya. ”Ternyata sakit,” katanya setelah pertunjukkan.

Attila, ayahnya pun tak berhenti berdecak kagum terhadap upacara Perang Pandan ini. ”Kita melihat keberanian, semangat juang dan kebersamaan,” kata Attila. Ini perang pandan pertama yang dia tonton. Dia kagum, dua pasang lelaki dewasa yang sudah bergelut, saling menggeret punggung hingga mengucurkan darah segar dengan pandan berduri, masih bisa berangkulan dan tertawa bersama. ”Hebat!” katanya.

Perang Pandan tidak hanya melulu didominasi oleh lelaki dewasa Tenganan. Sejak kecil, anak-anak di Tenganan sudah dianjurkan untuk turut dalam perang pandan. I Kadek Disna Dwi Putra contohnya. Ini adalah pengalaman ketiga kalinya dia berperang pandan. Pelajar kelas 2 SMP Sengkidu ini mengaku tidak pernah takut melihat darah yang mengucur dari punggungnya.

Lawannya, Ketut Agus juga merasakan hal sama. ”Ada kebanggaan seusai berperang,” kata Kadek. Kesakitan akibat darah yang mengucur di punggung tidak bisa diukur dengan kebanggaan yang didapat seusai berperang pandan.

I Ketut Ardana, Bendesa Adat Tenganan Dauh Tukad, desa sejauh 80 kilometer timur laut Denpasar, tempat perang pandan dilakukan, menyatakan, tidak ada ketentuan apapaun bagi wisatawan yang ingin berpartisipasi dalam Perang Pandan. ”Yang penting mereka mematuhi aturan tidak tidak bikin ribut,” kata Ardana.

Perang Pandan, menurut Ardana bukanlah sebuah pertarungan. Menurut dia, Perang Pandan bermakna semangat melindungi desa dalam menghadapi bahaya yang datang dari luar desa. ”Spirit perang pandan adalah penghormataan terhadap Dewa Indra,” kata dia. Dewa Indra dalam Hindu berarti dewa perang. Setelah ritual ini, upacara dilanjutkan dengan pementasan tari Rejang Dewa di pura desa setempat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Perang Pandan atau Mekare-kare dilakukan setiap tahun untuk menyambut upacara Ngusaba Desa. Ardana mengungkapkan, perang kali ini diikuti hampir 200 peserta. Masing-masing peserta berhadapan dan dipimpin oleh seorang wasit, biasanya orang yang dituakan.

Kedua kubu dibekali dengan seikat pandan dan perisai dari pohon ate. Mereka lalu bergumul dan menggeretkan pandan di punggung lawan hingga berdarah-darah. Sesuai perjanjian, mereka dilarang menggeretkan pandan ke wajah. Meskipun bertarung, dalam pergumulan kadang ada keceriaan berupa pekik untuk menambah semangat ketika menggeretkan pandan ke punggung lawan.

Iringin baleganjur menambah semangat peserta Perang Pandan. Iramanya yang mengentak dan bertempo tinggi menjadikan geretan pandan membuat semangat pemain untuk menghujamkan pandan berduri di punggung lawan juga semakin keras. Bahkan, ketika lawan sudah jatuh dan mengucurkan darah, geretan pandan tidak berhenti dilakukan.

Namun, seperti kata Ardana, ”Perang Pandan juga mengajarkan sportivitas. Begitu semua selesai, kita akan berangkulan.” Benar, begitu perang selesai, mereka pun berangkulan, tertawa dan bersembahyang bersama.

Wayan Agus Purnomo

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


David Beckham Pernah Touring dengan Motor Chopper ala Jokowi

20 Januari 2018

Bintang sepakbola David Beckham tertangkap kamera berjalan-jalan di kota Los Angeles menggunakan sebuah sepeda motor antik berjenis chopper. entertainmentwise.com
David Beckham Pernah Touring dengan Motor Chopper ala Jokowi

Beckham berjalan-jalan menggunakan Harley-Davidson klasik bergaya motor chopper seperti kepunyaan Jokowi.


Setelah Teror Truk, Pelancong yang Masuk Amerika Makin Ribet

1 November 2017

Para turis berjalan-jalan di distrik Tumon di pulau Guam, Wilayah Pasifik A.S., 10 Agustus 2017. Kim Jong Un dalam pernyataannya menyebut akan mengirimkan empat rudal balistik ke Guam. REUTERS/Erik De Castro
Setelah Teror Truk, Pelancong yang Masuk Amerika Makin Ribet

Presiden Donald Trump mengatakan dia telah memerintahkan agar pemeriksaan terhadap pelancong asing yang masuk Amerika Serikat kian diperketat.


Baru Jadian, Pasangan Ini Korban Kecelakaan Roller Coaster  

5 Juni 2015

Proses evakuasi korban terjebak di roller coaster Alton Towers. BBC.co.uk
Baru Jadian, Pasangan Ini Korban Kecelakaan Roller Coaster  

Dua remaja yang mengalami cedera paling parah akibat insiden roller coaster Alton Towers.


Jumpa Saudara Asal Indonesia di Arequipa, Peru

7 Desember 2014

Plaza de Armas Kota Arequipa, Peru, Amerika Latin. (TEMPO/Shinta Maharani)
Jumpa Saudara Asal Indonesia di Arequipa, Peru

Kecantikan kota ini bertambah oleh hadirnya Basilica Catedral de Arequipa.


Cuit Rem dan Perang Klakson di Lima, Peru

6 Desember 2014

Kota Lima, Peru, Amerika Latin merupakan satu di antara World Heritage Site oleh UNESCO. (TEMPO/Shinta Maharani)
Cuit Rem dan Perang Klakson di Lima, Peru

Ada cerita tentang seorang pejabat Kedutaan Besar Indonesia di Lima yang nyaris ditubruk mobil.


Bocah 9 Tahun Berhasil Daki Gunung Aconcagua

28 Desember 2013

Tyler Armstrong, bocah laki-laki berusia 9 tahun dari Amerika Serikat berhasil mendaki gunung Aconcagua, yang merupakan gunung tertinggi di benua Amerika. abcnews.go.com
Bocah 9 Tahun Berhasil Daki Gunung Aconcagua

Telah lebih dari 100 orang meninggal saat berusaha menaklukan Aconcagua.


Lima Tempat Indah Papua Nugini Layak Dikunjungi

16 Agustus 2013

Oro Fjord. Gadling.com
Lima Tempat Indah Papua Nugini Layak Dikunjungi

Lima tempat wisata indah di Papua Nugini yang layak dikunjungi.


Festival Seni Pertunjukan Internasional di Padang

16 Agustus 2013

Ketika Nan Jombang Dance Company tengah berlatih tari di Kota Padang, Sumatera Barat, 30 September 2009, gempa berkekuatan 7,6 SR mengguncang kota itu. Bencana itu  kemudian mendorong Ery Mefri dan para penarinya mengembangkan karya baru berjudul Tarian Malam. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Festival Seni Pertunjukan Internasional di Padang

Sumatera Barat sebagai daerah destinasi membutuhkan seni pertunjukan berlevel internasional.


Festival Toraja Diundur

12 Agustus 2013

Pembukaan festival budaya Lovely December In Toraja 2010 di Makale, Kabupaten Tana Toraja, Sulsel. TEMPO/Hariandi Hafid
Festival Toraja Diundur

Festival Toraja akan digabungkan bersama kegiatan Lovely Desember.


Ribuan Orang Kunjungi Balekambang  

11 Agustus 2013

Sarana outbond Taman Balekambang, Solo. Tempo/Andry Prasetyo
Ribuan Orang Kunjungi Balekambang  

Libur Idhul Fitri dimanfaatkan sebagian masyarakat untuk mengunjungi tempat wisata, di antaranya Taman Balekambang, Solo.