Busana khas penari balet leluasa memperlihatkan gerak kaki mereka. Warna-warni cerah seolah menunjukkan kegembiraan yang tak terbendung. Ada yang berdandan seperti kawanan kelinci, tupai, atau menyaru sebagai api, dengan gerakan yang meliuk-liuk itu.
Jumat sore pekan lalu, balerina-balerina ini menggarap lakon drama tari berjudul Kisah Putri Tidur. Mereka, yang tergabung dalam Namarina Ballet School, unjuk kebolehan dalam Pesta Kesenian Anak-anak di Gedung Kesenian Jakarta.
Baca Juga:
Alkisah, di sebuah kerajaan, Raja dan Ratu, yang diperankan oleh Kiki Desmaykha dan Agatha Aurelia, tengah bersukacita menyambut kelahiran anak semata wayang yang tengah dinanti. Mereka memberi nama Putri Aurora (Irninta Dwitika). Perhelatan besar digelar. Tak lupa Raja mengundang peri-peri cantik yang baik hati. Mereka adalah Peri Flora (Sasha Febri Safithri), Peri Fauna (Anisa Nugrahanti), dan Peri Merryweather (Alisa Soelaeman).
Celakanya, Raja lupa mengundang penyihir di kota itu, Maleficent (Kshanti Aisyah). Ia murka. Ditemani gagak setianya (Siti Shevira), Maleficent memporak-porandakan pesta itu dan mengutuk sang putri akan mati pada usia 16 tahun.
Sejak itulah Aurora tinggal di hutan bersama ketiga peri yang menyaru menjadi bibinya. Kala usia Aurora mendekati 16 tahun, ia bertemu dengan pemuda tampan di hutan. Aurora tak tahu bahwa yang ditatapnya adalah Pangeran Phillip (Zico Pestalozzi), lelaki yang dijodohkan dengannya sejak kecil.
Sekembalinya Aurora ke rumah, ketiga bibinya tersebut membuka rahasia, siapa sebenarnya Aurora. Maka diboyonglah Aurora ke kerajaan. Rencana ini ternyata didengar oleh si gagak Maleficent. Lalu dilancarkannyalah rencana jahat penyihir itu untuk mengutuk sang putri. Namun kutukan itu urung menjadikan Aurora mati. Ia hanya tertidur panjang.
Perbuatan jahat Maleficent diketahui kerajaan dan Phillip. Berangkatlah Phillip untuk menghajar penyihir jahat itu. Dengan pedang kebenaran dan perisai keadilan, Phillip berhasil menumbangkannya.
Kisah ini diceritakan melalui peran ibu masa kini (Gladys Levina) yang sedang mendongeng untuk anak perempuannya (Eleonore Shalomita) sebelum tidur. Mereka berdua usai berjalan-jalan menyaksikan persembahan tari-tarian modern oleh cheerleader, marching band, maupun pemain basket.
"Kami melibatkan sekitar 150 penari dalam pentas ini," ujar koreografer pertunjukan, Enrinia Tanod, seusai pentas. Tentu tak mudah mempersiapkan garapan ini. Riri, panggilan akrab Enrinia, hanya bertugas menjahit alur cerita. Ia bekerja sama dengan beberapa guru tari yang memang mengkoreografi beberapa bagian gerakan yang berkelompok.
Lakon ini mulanya telah digarap untuk uji pentas Namarina School pada awal tahun ini. Seluruh koreografinya digarap dalam bentuk tari balet. Namun, pada garapan ini, Riri mengkombinasikannya dengan tarian modern. "Kami menyesuaikan dengan penonton agar pertunjukan lebih memiliki variasi dan warna," kata Riri.
Seperti pada bagian yang menceritakan kediaman penyihir Maleficent, koreografi modern disisipkan di sini. Penyihir dan pengikutnya memperlihatkan gerakan-gerakan dengan iringan musik R & B. Untuk menggambarkan suasana yang suram khas penyihir, mereka berdandan bercorak gotik dengan pakaian serba hitam.
Mereka membutuhkan dua bulan untuk mempersiapkan garapan ini. Dalam proses kreatifnya, setelah menyusun konsep, baru kemudian Riri memilih lagu dan memilahnya sesuai dengan suasana alur cerita.
Berdasarkan alur cerita yang dibangun, Riri memilih adegan perang antara Pangeran Phillip dan penyihir Maleficent sebagai klimaks cerita. Akibatnya, adegan sang Pangeran mencium Putri Aurora agar kutukan tidurnya hilang--sebagai bagian yang ditunggu-- menjadi kurang dramatis, hambar. Tak ada jeda panjang saat Pangeran bersiap mencium tangan Putri.
Mestinya bagian perang itu hanya dijadikan jembatan menuju puncak cerita saat terbangunnya Putri Aurora dari kutukan tidur. Mengapa justru adegan ini yang dijadikan klimaks, setidaknya begitulah kesan yang dibangun jika merujuk judul.
Namun tak dimungkiri, keseluruhan garapan yang dibuat mampu membangun suasana riang dan kelincahan khas anak-anak. Ide cerita yang ringan tentu sangat akrab dan mudah dipahami anak-anak.
ISMI WAHID