Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Jangan Buang Aku  

image-gnews
Pentas berjudul Obasute yang dibawakan teater Harpon di Teater Luwes, IKJ, Jakarta. (Foto-foto:TEMPO/Suryo Wibowo)
Pentas berjudul Obasute yang dibawakan teater Harpon di Teater Luwes, IKJ, Jakarta. (Foto-foto:TEMPO/Suryo Wibowo)
Iklan
TEMPO Interaktif, Perempuan tua rapuh itu tertawa tiada henti. Di bawah pohon bunga tsubaki merah, ia bercengkerama dengan cucu kesayangannya, Hana. Mereka menari beradu kepala, lalu menyaru serupa burung yang tengah mencuri benih di pekarangan rumah.

Musim panas yang hangat. Tak biasanya bunga tsubaki, yang hanya mekar pada musim dingin, berkembang. Kemunculannya memiliki arti yang sangat menyedihkan bagi keluarga itu. Ya, perempuan rapuh ini harus dibuang di Gunung Obasute Yama. Baba, begitulah mereka memanggil perempuan sepuh ini.

Itulah pentas Teater Hapon, Jepang, bersama mahasiswa Institut Kesenian Jakarta, dengan lakon Obasute di Teater Luwes, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Sabtu malam lalu. Pertunjukan yang digelar atas kerja sama Yayasan Peduli Indonesia Makmur dan Institut Kesenian Jakarta (IKJ) ini diselenggarakan selama 3 hari berturut-turut. Malam nanti adalah pementasan terakhir mereka.
Obasute adalah legenda masyarakat Jepang yang hingga sekarang masih melekat. Dalam kebudayaan mereka, terutama di desa-desa miskin tepi gunung, membuang dan meninggalkan Baba di gunung untuk menghemat persediaan makanan. Namun peraturan itu bisa dilanggar asalkan Baba masih bisa tersenyum di depan anaknya. Bunga tsubaki menjadi penanda, jika bunga itu mekar, nenek yang tinggal di situ harus bersiap untuk pergi ke gunung. "Saya berfokus dengan kisah ini karena penuh ironi dan menyentuh. Meski ceritanya sangat mungkin bisa dihinakan," kata Hara Tomohiko, penulis naskah sekaligus pemeran Baba.

Hara membagi kisah ini menjadi 3 bagian penting, yaitu perpisahan dengan cucu kesayangannya, Hana, yang diperankan oleh Ando Ayuko. Lalu, berpisah dengan anak lelakinya, yang diperankan oleh mahasiswa IKJ, Gatot Prabowo. Dan perpisahan Baba dengan alam sekitar.

Bermula ketika Baba bermain dengan cucunya. Saat perpisahan tiba, Baba memberikan sebuah tarian yang paling bagus untuk cucu kesayangannya. Ia berpakaian paling bagus dan mengenakan topeng yang memberi simbol perempuan paling cantik. Hana sangat tekun menyimak persembahan terakhir Baba untuk dirinya. Suasana menjadi sangat menyentuh saat dibarengi dengan dendang sopran oleh biduan Chiku Toshiaki, yang terdengar begitu liris dan bikin miris.

Perpisahan yang sangat emosional. Konflik batin antara cucu dan nenek yang saling mencintai tampak jelas. Baba memberikan kipas istimewa itu kepada Hana. Tari dan dendang itu seketika berubah pilu. Sang cucu kecil yang lucu menubruk tubuh renta itu dan berteriak serak. "Baba...!"

Baba harus berangkat ke gunung. Digendonglah tubuh renta itu oleh anak lelakinya. Dalam perjalanan, hanya ada galau. Baba, meski dengan ekspresi kepasrahan, di sela-sela ia menari dan menghapus peluh anak lelakinya.

Sesampai di hutan, si anak menurunkan Baba. Ia berusaha sekuat tenaga membangun kenangan-kenangan manis di antara mereka. Itu tak lain agar Baba bisa tersenyum lagi dan aturan buangan itu hilang. Lagi-lagi Baba bergeming. Seperti ia sangat siap menghadapi garis kehidupan itu.

Sang anak meninggalkan Baba dalam kesendirian. Di tengah perjalanan, ia meraung, menjerit, dan mengucap kesedihannya karena perpisahan yang tak diinginkan itu. Baba hanya meratap pilu melihat punggung anaknya. Ia menangis, memeluk tongkatnya seperti tak mampu berdiri. Kesedihan terbentuk tanpa mengada-ada.

Di tengah kesendirian itu, serangga-serangga datang menemani Baba. Menari, berdendang, dan sangat menghibur. Baba terlihat amat senang. "Arigato," begitulah Baba mengucapkan terima kasihnya kepada binatang itu. Perpisahan yang menggembirakan. Ia kemudian meneruskan perjalanannya mendaki gunung.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menara tangga setinggi 4 meter menjadi simbol gunung yang harus didaki. Dalam perannya, Hara mendaki tangga-tangga itu dan kemudian duduk bersimpuh begitu ia sampai di puncaknya.

Tata panggung memang sangat sederhana. Namun yang membuatnya unik adalah letak properti yang tak hanya satu sudut, tapi juga rata. Boleh dibilang seluruh ruang teater menjadi panggung, tak terkecuali tempat duduk penonton. Menara tangga, misalnya, diletakkan di bagian belakang penonton. Mereka juga meletakkan panggung utama menjadi dua lapis, yaitu bagian atas sebagai panggung sisi lebar dan bagian bawah sebagai panggung kecilnya. Bahkan pemeran, seperti saat si anak lelaki menggendong Baba, melewati barisan penonton.

Penggunaan dialog dalam bahasa Jepang menjadi semacam penyekat bagi transfer detail percakapan. Namun sedikit terbantu ketika peran si anak lelaki yang tetap menggunakan bahasa Indonesia. Hara memang ingin mengedepankan bahasa tubuh sebagai jembatan. Dan mereka berhasil melakukannya. Ekspresi yang dibangun amat mempengaruhi emosi penonton.

Proses kreatifnya juga menarik. Hara mengambil gambaran sebuah novel berjudul Narayama Bushiko, yang berkisah tentang legenda Obasute ini. Kemudian ia mencari lagu-lagu yang sesuai. Selanjutnya Hara berfokus pada gerak dan ekspresi tubuh yang kemudian baru disusul dengan dialog sebagai penghubung.

Garapan ini merupakan adaptasi dari teater tradisional Jepang, Noh, maupun Kabuki. Tak dimungkiri, sebagai sutradara selama 30 tahun, Hara banyak dipengaruhi oleh dua teater tradisional itu. Hara meraciknya dan menginterpretasikan sendiri menjadi lebih kontemporer.

Pada akhirnya Baba duduk bersimpuh di puncak gunung itu. Ia memakai topeng cantiknya sambil melihat ke langit malam. Wajahnya putih dan terlihat bersinar. Lima tahun yang lalu, saat pertama kali lakon ini dipentaskan di Jepang, para penonton melihatnya seperti bulan. Bahkan lagu yang dibawakan oleh Owaki Kaoru dengan gitarnya diberi judul Melihat Bulan. "Kehidupan itu pasti ada pertemuan dan perpisahan. Saya ingin menggambarkan indahnya sebuah perpisahan," ujar Hara.

ISMI WAHID

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Sehari 4 Kali, Teater Bandoengmooi Gelar Pertunjukan Longser Kerajaan Tikus

16 Oktober 2023

Pertunjukan Longser Kerajaan Tikus di Gedung Kesenian Rumentang Siang Bandung, Sabtu 14 Oktober 2023. (Dok.Bandoengmooi)
Sehari 4 Kali, Teater Bandoengmooi Gelar Pertunjukan Longser Kerajaan Tikus

Pewarisan seni longser melalui pelatihan, residensi atau pemagangan, dan pertunjukan di ruang publik dilakukan setiap tahun.


Minat Anak Muda Berkurang, Bandoengmooi Gelar Seni Longser Pahlawan Kesiangan

4 September 2023

Pertunjukan seni longser gelaran Bandungmooi berjudul Pahlawan Kesiangan. Dok.Bandoengmooi
Minat Anak Muda Berkurang, Bandoengmooi Gelar Seni Longser Pahlawan Kesiangan

Longser termasuk seni pertunjukan dalam daftar warisan budaya tak benda dari Jawa Barat.


Marcella Zalianty Ungkap Perbedaan Menjadi Produser Teater dan Film

30 Agustus 2023

Marcella Zalianty. TEMPO/Charisma Adristy
Marcella Zalianty Ungkap Perbedaan Menjadi Produser Teater dan Film

Marcella Zalianty saat ini sedang mempersiapkan pertunjukan teater kolosal


Festival Teater Jakarta 2022, tak Sekadar Pertunjukan

4 Oktober 2022

Festival Teater Jakarta 2022, tak Sekadar Pertunjukan

Puncak apresiasi FTJ diniatkan sebagai etalase yang memperlihatkan capaian pembinaan teater Jakarta pada tahun berjalan.


Indonesia Kita Kembali Hibur Masyarakat Jakarta sebagai Ibadah Kebudayaan

18 Juni 2022

Sejumlah pemain melakukan pertunjukan seni teater yang digabungkan dengan seni musik dan seni tari dengan lakon
Indonesia Kita Kembali Hibur Masyarakat Jakarta sebagai Ibadah Kebudayaan

Direktur Kreatif Indonesia Kita, Agus Noor berharap pertunjukan Indonesia Kita ke-36 ini bisa memulihkan situasi pertunjukan seni di Indonesia.


Ngabuburit di Medan Sambil Nonton Teater Rumah Mata: Temukan Sahabat Sejatimu

15 April 2022

Pertujukan Shiraath oleh Teater Rumah Mata di Metrolink Street Market, Kota Medan, pada Ahad, 10 April 2022. Dok. Teater Rumah Mata
Ngabuburit di Medan Sambil Nonton Teater Rumah Mata: Temukan Sahabat Sejatimu

Teater Rumah Mata menggelar pertunjukan Shiraath untuk mengisi ngabuburit di sejumlah tempat di Kota Medan.


Hari Teater Sedunia, Indonesia Punya Wayang Orang, Longser, Lenong dan Ketoprak

27 Maret 2021

105 Tahun Gedung Wayang Orang Sriwedari
Hari Teater Sedunia, Indonesia Punya Wayang Orang, Longser, Lenong dan Ketoprak

27 Maret menjadi Hari Teater Sedunia. Indonesia pun punya beragam pertunjukan teater rakyat seperti wayang orang, lenong, longser, hingga ketoprak.


27 Maret Hari Teater Sedunia, 60 Tahun Sampaikan Pesan Perdamaian di Dunia

27 Maret 2021

Pertunjukan teater Sie Jin Kwie dari Teater Koma. (ANTARA)
27 Maret Hari Teater Sedunia, 60 Tahun Sampaikan Pesan Perdamaian di Dunia

Dulunya Teater merupakan hiburan paling populer di Yunani, pada 27 Maret, 60 tahun lalu Institut Teater Internasional menggagas Hari Teater Sedunia.


Festival Teater Tubuh Dimeriahkan Belasan Penampil Secara Daring

18 Maret 2021

Kelompok Teater Api Indonesia memainkan lakon berjudul Toean Markoen di Festival Teater Tubuh II, Selasa 16 Maret 2021. Dok. Festival
Festival Teater Tubuh Dimeriahkan Belasan Penampil Secara Daring

Festival Teater Tubuh berlangsung mulai Selasa sampai Sabtu, 16 - 20 Maret 2021. Festival ini merupakan silaturahmi tubuh kita dalam pandemi Covid-19.


Akhir Pekan Ini Pertunjukan Teater Sie Jin Kwie Tayang di YouTube

3 Juli 2020

Pertunjukan teater Sie Jin Kwie dari Teater Koma. (ANTARA)
Akhir Pekan Ini Pertunjukan Teater Sie Jin Kwie Tayang di YouTube

Pementasan Sie Jin Kwie pada 2010 lalu di Graha Bhakti Budaya, Jakarta, kini bisa disaksikan kembali pada 4 - 5 Juli di kanal YouTube Indonesia Kaya.