Dari catatannya, sekitar dua ribu siswa memanfaatkan waktunya untuk melihat-lihat berbagai koleksi museum. Segala hal yang ada di museum, kata dia, dapat menambah pengetahuan siswa tentang sejarah masa lalu bangsa. Koleksi yang dimiliki museum ini terdiri dari 121 buah benda cagar budaya dari batu, 228 buah keramik, dan 249 buah perunggu.
Selain itu ada pula beragam wayang, seperti wayang kulit, wayang purwa, dan wayang Thailand. Museum ini juga memiliki koleksi senjata, seperti senapan, tombak, keris, pedang, belati, perisai, dan anak panah.
Museum yang berdiri pada 28 Oktober 1890 di masa pemerintahan Pakubuwono X ini juga mempunyai koleksi mata uang kuno, seperangkat gamelan, dan naskah-naskah kuno yang disimpan rapi di perpustakaan. "Ketika siswa-siswa ke museum, kami menyediakan pemandu untuk menjelaskan segala hal tentang museum," lanjutnya.
Meskipun mengaku gembira dengan kunjungan generasi muda ke museum, dia menyayangkan waktu kunjungan yang sering berbarengan. Dalam satu waktu, sering bersamaan dua atau tiga sekolah. Padahal, setiap sekolah punya rombongan sekitar 50-100 siswa.
"Jadinya sangat ramai. Kasihan siswanya yang jadi tidak maksimal menikmati museum," ujarnya. Dia berharap nantinya tiap sekolah mengajukan permohonan terlebih dulu, sehingga bisa dijadwal. "Kalau terjadwal, akan lebih nyaman. Satu jam sudah lebih dari cukup untuk mengunjungi museum," tukasnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pemuda, Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olah Raga Surakarta, Kelik Isnawan, mengatakan, saat masa orientasi tiap sekolah diminta membawa siswa baru ke tempat-tempat bersejarah. "Tidak mesti harus ke museum. Bisa juga ke Keraton Kasunanan atau Pura Mangkunegaran," jelasnya.
Hal itu untuk menanamkan kecintaan pada kekayaan budaya sedari dini. Nantinya, siswa diminta menuliskan pengalamannya saat berkunjung ke tempat-tempat bersejarah di atas. "Agar siswa lebih meresapinya dan tidak gampang lupa," katanya.
Ukky Primartantyo