Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Evolusi Air  

image-gnews
Pengunjung mengamati lukisan cat air karya Agus Budianto yang dipamerakan di Galeri Nasional, Jakarta. (TEMPO/Suryo Wibowo)
Pengunjung mengamati lukisan cat air karya Agus Budianto yang dipamerakan di Galeri Nasional, Jakarta. (TEMPO/Suryo Wibowo)
Iklan
TEMPO Interaktif, Bagi sebagian orang, boleh jadi teknik lukis menggunakan cat air memang tak populer. Instrumen ini kerap dianggap menunjukkan ketidakseriusan karya. Akibatnya, cat air jarang diperhitungkan dalam dunia lukis.

Namun pelukis Agus Budiyanto nekat memasrahkan ekspresi dan estetika lukisnya pada cat air, instrumen lukis yang paling purba. "Cat air, menurut saya, adalah kejujuran," kata Agus dalam pameran tunggalnya di Galeri Nasional, Jakarta. Pameran lukisan cat air bertajuk AquarEvolution itu berlangsung hingga 18 Juli mendatang.

Pameran ini tak lain adalah proses pemantapan Agus atas media cat air yang ia pilih. "Konsistensi saya di situ terus diuji,” ujarnya. “Itu berarti saya mengalami proses evolusi,” Agus menambahkan.

Agus tak lagi bergelut dengan persepsi umum bahwa cat air hanya digunakan sebagai cara menggambar dan mewarnai obyek. Tapi ia lebih memperlakukannya sebagai media interpretasi dengan memanfaatkan material kertas ataupun pewarna yang memakai air sebagai pengencernya itu.

Lukisan-lukisan cat air Agus kebanyakan dikerjakan dengan ukuran yang relatif besar. Secara fisik, ukuran lukisan ini melampaui pandangan umumnya tentang karya lukis cat air. Ada semacam konvensi bersama atas ukuran karya pada sebuah lukisan cat air. Namun Agus bekerja keras menerobos itu.

"Ia melawan persepsi umum tentang karya cat air yang sering dianggap sebagai karya tahapan menuju gagasan mengenai sebuah karya seni," kata kurator Rizki A. Zaelani dalam katalog. Memang sebelum Agus, ada juga seniman lain yang telah mengerjakan lukisan cat air dengan ukuran yang besar, seperti Agus Suwage.

Selain itu, dalam hal pengerjaannya, Agus tak memakai pelindung kaca--media yang lazim digunakan untuk melindungi kertas dalam lukisan cat air. "Saya tidak suka memakai kaca, karena ia menghalangi penikmatnya. Lukisan akan menjadi silau oleh cahaya," ujar Agus. Untuk melindungi lapisan kertas itu, Agus melapisinya dengan bahan pelindung khusus yang sifatnya transparan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bila disimak, sebagian besar karya Agus cenderung bersifat abstrak sehingga tak lagi mudah menemukan bentuk atau obyek tertentu di dalamnya. Tentu pencapaian semacam ini tak sekonyong-konyong muncul.

Ambil contoh satu lukisan di atas kertas jenis arches dengan ukuran 3 x 6 meter. Kertas jumbo itu berisi lukisan abstrak menggunakan teknik cat air. Pilihan warna cerah mencolok memberikan kesan suasana hidup dan riuh khas perkotaan dengan segala macam hiruk-pikuknya. Lukisan tersebut diberi judul Musik Kota #1, yang diproduksi pada 2010.

Dalam pameran ini, Agus juga menghadirkan lukisan-lukisan lama, seperti Tarian Naga, yang lebih menjadi benang merah proses kreatifnya selama 30 tahun.

Tak hanya karya lukis yang ditampilkan, Agus juga menghadirkan beberapa instalasi karya rupa yang masih mengacu pada medium kertas. Di sana ada sederet baju yang digantung. Tentu bukan dari kain, melainkan dari kertas arches berukuran 300 gram yang kemudian dilumuri cat air. Ada lagi satu ruang kecil yang disulap Agus menjadi hutan tunas buatan. Tunas-tunas pohon dari kertas itu bergelantungan memenuhi ruangan tersebut.

Sekali lagi, Agus dalam pameran ini tak lagi memperlakukan cat air sebagai teknik. Tapi ia menganggapnya sebagai medium itu sendiri.


ISMI WAHID

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

27 hari lalu

Pameran Voice Against Reason. Foto: Museum Macam.
Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.


Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

34 hari lalu

Pameran seni rupa Islami berjudul Bulan Terbit  sejak 15 Maret hingga 14 April 2024 di Grey Art Gallery Bandung. (Dok.Grey)
Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.


Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Karya instalasi buatan Michelle Jovita berjudul Massa Manusa. (Dok.pameran).
Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance


Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Pameran Lengan Terkembang: Ruas Lintas - Abilitas di Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space Bandung melibatkan belasan peserta seniman difabel.  Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.
Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.


Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Artsiafrica#2 di Galeri Pusat Kebudayaan Bandung berlangsung 16 - 30 September 2023. Foto: Dok.Galeri.
Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.


Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Pameran kelompok Ambari di Galeri Orbital Dago Bandung hingga 17 September 2023. (TEMPO/ANWAR SISWADI)
Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.


Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Lukisan karya Iwan Suastika berjudul Beauty in a Chaotic Rhythm. Dok. D Gallerie
Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.


Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Karya Dionisius Caraka berjudul Tumbukan Lato-lato di Galeri Ruang Dini Bandung. TEMPO/ANWAR SISWADI
Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.


Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Karya Isa Perkasa berjudul Masker 2024. (Dok.Pribadi)
Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.


Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

(kiri ke kanan) Hilmar Faris, Claire Siregar, Sylvia Siregar pada acara pembukaan Bianglala Seribu Imajinasi, di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, pada Rabu, 5 April 2023. Foto: TEMPO | Gabriella Amanda.
Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.