Ketua panitia festival, Satriyo Hadinagoro, mengatakan, festival ini bertujuan untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa keraton masih eksis. “Karenanya kami tampilkan beragam hal yang terkait dengan keraton,” ucapnya pada Jumat (9/7) malam.
Pembukaan diawali dengan tarian Bedhaya Pangkur ciptaan Paku Buwono IV. Tarian yang dibawakan oleh sembilan penari wanita ini menggambarkan perjalanan manusia dalam mengendalikan hawa nafsunya.
Angka 9 sebagai simbolisasi unsur pengendali nafsu manusia, di mana ada 9 unsur hawa nafsu yang dimiliki seorang manusia. Tarian ini diiringi syair Sekar Macapat Pangkur yang diciptakan Paku Buwono I.
Dalam festival kali ini, panitia menampilkan berbagai macam kegiatan, seperti demo pembuatan keris, demo penganten agung keraton Surakarta, lomba melukis dengan tema budaya, dan lomba busana jawi jangkep.
Tak ketinggalan, kuliner keraton yang selama ini jarang diketahui masyarakat umum juga ditampilkan. “Seperti siwalan dan kolang kaling yang baik untuk pencernaan dan menambah stamina,” kata Satriyo.
Ada juga pisang raya, yang dikukus setelah dibungkus daun pisang dan nantinya akan mengeluarkan madu dan biasanya disuguhkan saat berbuka puasa. “Kami berharap makanan-makanan khas keraton juga bisa dinikmati oleh masyarakat umum,” ucapnya.
Kepala Dinas Pariwisata, Seni, dan Budaya Surakarta, Purnomo Subagyo, mengatakan, acara Keraton Art Festival sudah masuk kalender budaya tahunan di Surakarta. “Sekarang masuk penyelenggaraan kedua,” katanya.
Dia berharap kehadiran acara di atas dapat menarik wisatawan domestik dan mancanegara untuk berkunjung ke Surakarta. Apalagi saat ini masih masa-masa liburan sekolah.
Ukky Primartantyo