Festival gagasan masyarakat yang tergabung dalam Jatiwangi Art Factory itu mengundang seniman untuk tinggal selama dua minggu. Sejak 26 Juni lalu, mereka tinggal di rumah warga yang tersebar di tujuh desa, yaitu Jatisura, Surawangi, Sutawangi, Sukaraja Wetan, Burujul Wetan, Leuwenggede, dan Loji. "Seniman menjadi fasilitator warga desa untuk membuat karya seni," kata kurator festival Heru Hikayat di Desa Jatisura, pada Kamis (8/7) lalu.
Hasil karya mereka bersama warga desa itu dipamerkan berangkai selama 7-9 Juli. Di Desa Jatisura, Rahmat Haron seniman asal Malaysia, menampilkan karya videonya yang berjudul Piknik di Makam. Adapun Haseena Abdul Majid menyajikan performance art melukis kain batik.
Di Desa Loji, seniman dari Singapura Ghazi Alqudcy memutar film berjudul Trio Dekil. Kisahnya yang dimainkan oleh anak-anak desa tersebut merupakan hasil adaptasi lakon berjudul Ibu Durhaka karya guru Cicih Surkasih. Sedangkan seniman lainnya seperti Handy Hermansyah membuat lampion, dan M. Anggawedhaswhara mengumpulkan gambar anak-anak untuk dibukukan.
Aprodin, salah seorang warga Desa Sutawangi, mengaku senang dengan adanya festival itu dikampungnya. "Acara kesenian baru ada sekarang," katanya. Warga pun cukup antusias terlibat proyek kesenian yang dilontarkan seniman asal Singapura Jeremy Chu. Bersama seniman Solo Dani Iswardhana, mereka membuat lampion dan wayang beber sederhana untuk ditampilkan hari ini.
Anwar Siswadi