TEMPO Interaktif, Rabat - Fez, ibu kota intelektual Maroko, menggelar festival musik rohani selama 4-12 Juni lalu, mengejawantahkan pesan koeksistensi, perdamaian dan kemurnian jiwa.
Menurut situs webnya, Festival Musik Sakral Dunia Fez “menggambarkan inti semangat Islam--damai, pluralistik, murah hati dan riang. Festival ini menghormati seluruh tradisi spiritual dunia dan menembus sekat-sekat musik.” Festival ini menjadi ruang publik untuk bertemu dan membincangkan musik, syair dan tasawuf di lokasi-lokasi bersejarah dan terkenal di seluruh kota ini, sekaligus menikmati musik yang indah.
Berbagai kelompok musik rohani dan religi paling populer dari seluruh dunia berkumpul di Fez untuk festival tahunan ke-16 ini. Pertunjukan oleh para musisi dari berbagai agama dan negara ini mengemukakan potensi keterbukaan dan dialog di antara berbagai umat.
Festival Fez digagas oleh antropolog Maroko, Faouzi Skali, selepas Perang Teluk pertama untuk membantu orang-orang dari berbagai tradisi spiritual untuk saling belajar tanpa prasangka. Kini festival ini dianggap oleh Perserikatan Bangsa-bangsa sebagai salah satu festival paling penting untuk menanamkan perdamaian, keamanan dan dialog antarperadaban. Penyelenggara utama festival ini adalah Message of Fez, yang meyediakan dukungan finansial dan materialnya.
Tema tahun ini adalah “Menyempurnakan Pembersihan Jiwa”, topik yang dicetuskan oleh Ibn Arabi, filsuf Arab abad ke-13. Menurut penyelenggara, karya Ibn Arabi menggambarkan keinginan manusia untuk membebaskan diri dari keyakinan-keyakinan kaku, eksklusif dan dogmatis, dan alih-alih, menanamkan ajaran-ajaran toleransi dan saling menghormati antarperadaban, sebagaimana hendak dicapai oleh festival ini melalui musik.
Semangat koeksistensi ini tampak ketika berbagai tradisi musik dari berbagai komunitas agama dan bangsa ditampilkan sepanjang festival. Tahun ini, festival ini merayakan Yerusalem sebagai kota tiga agama. Para hadirin disuguhkan pertunjukan musik "Yerusalem, Kota Dua Kedamaian: Damai Surgawi dan Damai di Bumi", yang menyajikan sejarah kota yang penuh keragaman ini lewat musik yang dimainkan oleh para musisi Spanyol, Irak, Armenia, Maroko dan Yunani, yang menampilkan berbagai genre musik berbeda untuk memamerkan era-era yang berbeda dari sejarah kota
ini.
Para hadirin menikmati perpaduan irama dan komposisi musik yang terilhami oleh agama, syair kearifan, lagu-lagu religi Afrika dan musik religi rakyat dari Anatolia, Kamboja, Asia dan Amerika, juga penampilan spiritual oleh musisi-musisi besar, seperti Jordi Savall, pemain biola, komposer dan pemimpin orkes Katalan Spanyol, yang menyuguhi hadirin dengan komposisi musik khas komunitas Yahudi Bagdad zaman dulu.
Para pengunjung festival juga disuguhi musik klasik Persia oleh Shahram Nazeri, penyanyi tenor Kurdi-Iran kontemporer. Selain itu, festival ini juga menampilkan musik sufi dari Zanzibar dan musik injil Kristen oleh para musisi Afrika-Amerika, juga kelompok akrobat klasik, “Young Gotipuas Dancers”, dari kuil Hindu Orissa di India timur.
Beberapa kelompok musik sufi Maroko juga tampil di festival ini, termasuk Gnawa Click, sebuah band Gnawa paling populer dari Essaouira, Maroko selatan. Gnawa adalah genre musik dari Afrika Utara, terutama Maroko, yang dimainkan dengan beragam drum dan seruling dan merupakan perpaduan unik lagu-lagu dan irama religi Afrika sub-Sahara, Berber dan Arab. Ada pula grup-grup musik sufi lain yang tampil, yang terilhami oleh Syekh Abdul Qadir Jailani, tokoh sufi Bagdad abad ke-12 yang mengajari para pengikutnya untuk menjadi pemimpin kehidupan rohani dan mendorong
berbuat kebajikan dalam masyarakat.
Festival Musik Sakral Dunia Fez telah menjadi bagian inti identitas Fez, yang selalu dipandang oleh para intelektual, penyair, penulis dan musisi sebagai ibu kota budaya dunia. Dan festival ini telah membantu membentuk citra Maroko sebagai negara yang tidak hanya mendukung tapi juga secara aktif memajukan persahabatan dan koeksistensi di antara orang-orang dari berbagai latar belakang dan keyakinan spiritual.
Hind Al-Subai Al-Idrisi, bloger (hindapress.canalblog.com) dan jurnalis asal Maroko. Artikel ini ditulis untuk CGNews.