Informasi ini bocor dari mulut sang supir, Adi (Bayu Oktara), saat melihat anak juragannya berduaan dengan Toto di pesta ulang tahun. Bagaimana pun caranya, hubungan itu tak boleh bersatu. “Apa nanti kata relasi-relasi mama,” keluh sang mama, yang diperankan dengan apik oleh Sarah Sechan .
Toto (Ari Prajanegara) memang anak tukang soto. Penampilannya katro, bicaranya pun medok, sangat kental logat Jawanya. Tapi apa mau dikata, Nala yang gaul tapi berjiwa sosial ini kadung kepincut dengan pemuda satu kampusnya itu. Dan percekcokan pun membuncah gara-gara cinta berbeda status sosial itu.
Ya, mungkin cinta jika dicampur dengan citra, jadinya cuma cari cekcok. Dan kekisruhan itu pun terjadi di atas panggung drama musikal yang diusung Eksotika Karmawibhangga Indonesia (EKI) Dance Company bertajuk Jakarta Love Riot. Penampilan EKI Dance Company di Gedung Kesenian Jakarta pada 2-4 Juli lalu itu menjadi penutup perhelatan Jakarta Anniversary Festival 2010.
Jakarta Love Riot kemudian bergulir dengan percekcokan antara orang tua Nala dengan Toto. Kedua kubu keluarga itu sama-sama bersikap keras. “Cukup ibu saja yang pernah merasakan direndahkan orang. Kamu nggak perlu ngalamin,” kata Ibu Toto menasehati anaknya.
Dan di atas pentas, percekcokan bukan hanya meletup antara orang tua Nala dan Toto, tapi juga Nala dengan gengnya – namanya Geng Rempong. Geng itu beranggotakan sekumpulan anak-anak borju, yang doyan hura-hura dan dugem (dunia gemerlap). Ada Trio Rempong yang selalu Blackberry-an, DJ Troy yang diperankan Uli Herdinansyah, dan Josh (Arie Dagienkz) si banci bercelana oranye.
Para anggota geng itu ogah tercoreng nama baiknya gara-gara hubungan cinta Nala (yang borju) dengan Toto, anak penjual soto. “Nala sekarang jadi Alay, soalnya jarang dibelay. Habis, kerjanya bikin soto melulu,” keluh Geng Rempong.
Ejekan kawan-kawan Nala pada Toto dan lingkungannya, membuat Geng Soto yang diketuai Tati, tersulut emosinya. Apalagi dendam pribadi Tati karena ditolak cintanya oleh Toto menjadi amunisi penuh untuk melancarkan perang. Dan Geng Rempong, yang merasa diacuhkan oleh Nala, berniat meminta tegas anggotanya itu agar memutuskan cintanya dengan Toto.
Namun Nala-Toto tetap kukuh, dengan dalih mereka hanya pacaran dan belum berniat jauh untuk menikah. Kisah ini pun ditutup dengan mulai mencairnya hati Tati menerima kekalahan dan mengajak dua geng itu berdamai.
Boleh dibilang, kisah yang disuguhkan EKI Dance Company itu tergolong renyah. Tema cinta berbeda status sosial yang diusungnya merupakan kisah yang dekat dengan kehidupan masyarakat. Tema itu juga acap ditemui dalam film dan sinetron, sehingga terasa sederhana, ringan, dan renyah. Menurut sutradara Nanang Hape, tema cinta yang disuguhkannya itu memang dibuat sederhana. “Mau riot atau tidak, cinta itu mestinya sederhana,” katanya.
Jakarta Love Riot tampil sebagai drama musikal yang menghibur. Apalagi kostum para pemainnya yang meriah, rancangan Samuel Wattimena, membuat pertunjukkan itu terasa kian menghibur mata penonton. Ditambah dengan koreografi sederhana racikan Rusdy Rukmarata yang mampu dicerna dan music score yang liriknya selalu menggelitik – menjadikannya benar-benar hiburan yang renyah dan jenaka.
Tak hanya itu. Tata artistik dan latar panggung, yang dibuat dengan apik dan tak seadanya, juga ikut memperkuat kesan menghibur drama musikal ini. Plus, ikut membangkitkan imajinasi penonton dalam memaknai setiap adegan. Sayangnya, logo sponsor yang bertaburan di panggung terasa sangat mengganggu.
AGUSLIA HIDAYAH