Niken Flora Rinjani, misalnya. Selain kecewa, Niken malu terhadap teman ataupun guru sekolahnya karena urung berangkat. "Saya sudah berpamitan kepada mereka semua. Tapi di hari itu saya tetap masuk dan mereka semua menanyakan kepada saya mengapa masih masuk," kata Niken.
Dalam video yang sempat terekam pada Selasa pekan lalu, 14 anak-anak didampingi orang tua mereka tampak menumpahkan kekecewaan mereka. "Kita semua bisa saja ke luar negeri kapan pun. Tapi, dalam pentas dunia seperti ini, tak semua orang bisa. Ini yang mengecewakan kita semua," kata pemimpin Teater Tanah Air, Nunum Raraswati, dengan isak tangisnya.
Segala upaya telah ditempuh. Dukungan moral dari beberapa menteri, seperti Menteri Pendidikan, juga Menteri Kesejahteraan Rakyat, melalui surat rekomendasi, tetap saja tak bisa meloloskan pembuatan visa keberangkatan mereka.
The 11th World Festival of Children’s Theatre yang digelar di Lingen, Jerman, ini adalah ajang pentas dunia yang hanya dilaksanakan empat tahun sekali. Rencananya anak-anak itu tinggal bersama orang tua asuh mereka di Jerman selama perhelatan yang berlangsung pada 18-25 Juni lalu.
Simpati dan kecewa tak hanya datang dari Tanah Air. Panitia festival dan orang tua asuh di Jerman menyatakan hal serupa. Bahkan, pada hari pembukaan festival, jingle lagu Spectacle Zero, yang akan dibawakan Teater Tanah Air, diperdengarkan kepada penonton. Selain itu, bendera Indonesia tetap dikibarkan hingga akhir pertunjukan. "Tiket untuk pertunjukan kami sudah habis terjual. Terbukti, pentas kami memang ditunggu," kata sutradara Jose Rizal Manua.
ISMI WAHID