Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pentas Sandiwara di Terminal Blok M  

image-gnews
Chalwanie Asy Arie. Foto:Dhika Gessa R
Chalwanie Asy Arie. Foto:Dhika Gessa R
Iklan
TEMPO Interaktif, Siang itu, suasana Terminal Blok M, Jakarta Selatan, berdenyut seperti biasanya. Hiruk-pikuk puluhan bus yang lalu-lalang keluar-masuk jalur terminal berbaur dengan teriakan para kernet, plus orang-orang dengan mata terus terjaga mencari bus tumpangan mereka.

Tapi ada suasana lain di lantai basement di bawah terminal. Di sudut tangga, seorang lelaki sesekali meraung meratapi nasibnya. Bolak-balik ia mengeluarkan isi tas kemudian memasukkannya lagi. Suaranya mengiba sambil sesenggukan tanpa tangis. Orang-orang yang lalu-lalang kontan saja menengok dan menghentikan langkah, menatap lelaki itu dengan heran. Tapi ada juga yang tertawa lalu pergi meninggalkannya. "Kenapa sih orang itu? Ada-ada saja," ujar salah seorang pengunjung sambil berlalu pergi.

Ya, sungguh sulit Chalwanie Asy Arie bisa merebut perhatian publik. Ronta, pekik, dan sesekali isak tangisnya seolah tak manjur membuat orang-orang tergerak menonton aksi teatrikalnya. Aksi Chalwanie--sang aktor--adalah bagian dari penampilannya dalam Festival Monolog Ruang Publik ke-3, yang diselenggarakan oleh Federasi Teater Indonesia (FTI). Festival Monolog ini digelar di sejumlah ruang publik di Jakarta, sepanjang 20-26 Juni lalu.

Chalwanie membawakan naskah Jual Lagi. Narasi ini berkisah tentang dirinya yang rela diperjualbelikan karena keadaan ekonomi yang semakin membuatnya sesak. Sampai-sampai ia berujar sanggup melacur agar perutnya tak kosong. "Hidup itu yang sabar. Kalau mau rezeki halal, pasti banyak jalan," ujar seorang ibu yang iba kepadanya.

Dalam keputusasaan itu, niat bunuh diri sempat terlontar. Aktor Teater Anu ini mengalungkan sehelai kain ke lehernya dan meminta bantuan ibu tadi untuk membantu membuat simpul di lehernya. "Enggak mau, ah! Masak saya mbantuin kamu bunuh diri," ucap ibu itu.

Festival Monolog ini melibatkan 23 aktor teater yang memperlihatkan lakon-lakon mini mereka di beberapa ruang publik, seperti kuburan, lobi hotel, terminal, atau sudut-sudut jalan. "Berangkat dari sebuah kegelisahan kami atas penurunan kualitas keaktoran," kata Bambang Prihadi, Koordinator Pelaksana Harian FTI. Selama ini pertunjukan teater yang dikenal di masyarakat umum hanyalah di panggung. Dengan festival semacam ini, mereka menjemput publik agar teater tidak menjadi berjarak dengan penontonnya.

Spontanitas ataupun improvisasi sangat penting di sini. Para aktor dituntut untuk pandai membaca situasi ataupun emosi semua orang yang ditempatkan sebagai lawan mainnya. Aktor serta-merta beradaptasi dengan peran publik yang sebenar-benarnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

FTI melibatkan aktor-aktor gaek menjadi tim juri, seperti Afrizal Malna, Andi Bersama, dan Meritz Hindra. Mereka menetapkan Hendra Setiawan sebagai aktor terbaik dari yang terbaik pada festival itu. Aktor dari Teater Kubur ini melakonkan narasi berjudul Jati Diri di Gelanggang Bulungan, Jakarta Selatan.

Menurut Afrizal, secara umum peserta masih latah menggunakan teks yang mereka bawa ataupun emosi yang biasanya mereka terapkan dalam ruangan. Sementara itu, mereka harus memerankan di ruang publik. “Banyak terbentuk agresi dengan ruang publik. Imajinasi tidak berkembang. Tapi ada juga yang cepat sadar dan segera beradaptasi,” katanya.

Bisa jadi penyebabnya adalah ketakbiasaan aktor memerankan lakon di ruang terbuka. “Akan lebih baik jika diadakan workshop terlebih dulu. Bermain peran di dalam panggung dan di luar memang sangat berbeda,” kata Afrizal.

Forum semacam ini, menurut Afrizal, sangat penting. Selama ini pertunjukan di dalam panggung seperti sudah tak lagi berkembang. Hanya teknik panggung yang masih bisa dikembangkan. “Pengalihan setting di ruang publik bisa memberikan warna yang berbeda pada keaktoran masing-masing pemain.”

ISMI WAHID

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Sehari 4 Kali, Teater Bandoengmooi Gelar Pertunjukan Longser Kerajaan Tikus

16 Oktober 2023

Pertunjukan Longser Kerajaan Tikus di Gedung Kesenian Rumentang Siang Bandung, Sabtu 14 Oktober 2023. (Dok.Bandoengmooi)
Sehari 4 Kali, Teater Bandoengmooi Gelar Pertunjukan Longser Kerajaan Tikus

Pewarisan seni longser melalui pelatihan, residensi atau pemagangan, dan pertunjukan di ruang publik dilakukan setiap tahun.


Minat Anak Muda Berkurang, Bandoengmooi Gelar Seni Longser Pahlawan Kesiangan

4 September 2023

Pertunjukan seni longser gelaran Bandungmooi berjudul Pahlawan Kesiangan. Dok.Bandoengmooi
Minat Anak Muda Berkurang, Bandoengmooi Gelar Seni Longser Pahlawan Kesiangan

Longser termasuk seni pertunjukan dalam daftar warisan budaya tak benda dari Jawa Barat.


Marcella Zalianty Ungkap Perbedaan Menjadi Produser Teater dan Film

30 Agustus 2023

Marcella Zalianty. TEMPO/Charisma Adristy
Marcella Zalianty Ungkap Perbedaan Menjadi Produser Teater dan Film

Marcella Zalianty saat ini sedang mempersiapkan pertunjukan teater kolosal


Festival Teater Jakarta 2022, tak Sekadar Pertunjukan

4 Oktober 2022

Festival Teater Jakarta 2022, tak Sekadar Pertunjukan

Puncak apresiasi FTJ diniatkan sebagai etalase yang memperlihatkan capaian pembinaan teater Jakarta pada tahun berjalan.


Indonesia Kita Kembali Hibur Masyarakat Jakarta sebagai Ibadah Kebudayaan

18 Juni 2022

Sejumlah pemain melakukan pertunjukan seni teater yang digabungkan dengan seni musik dan seni tari dengan lakon
Indonesia Kita Kembali Hibur Masyarakat Jakarta sebagai Ibadah Kebudayaan

Direktur Kreatif Indonesia Kita, Agus Noor berharap pertunjukan Indonesia Kita ke-36 ini bisa memulihkan situasi pertunjukan seni di Indonesia.


Ngabuburit di Medan Sambil Nonton Teater Rumah Mata: Temukan Sahabat Sejatimu

15 April 2022

Pertujukan Shiraath oleh Teater Rumah Mata di Metrolink Street Market, Kota Medan, pada Ahad, 10 April 2022. Dok. Teater Rumah Mata
Ngabuburit di Medan Sambil Nonton Teater Rumah Mata: Temukan Sahabat Sejatimu

Teater Rumah Mata menggelar pertunjukan Shiraath untuk mengisi ngabuburit di sejumlah tempat di Kota Medan.


Hari Teater Sedunia, Indonesia Punya Wayang Orang, Longser, Lenong dan Ketoprak

27 Maret 2021

105 Tahun Gedung Wayang Orang Sriwedari
Hari Teater Sedunia, Indonesia Punya Wayang Orang, Longser, Lenong dan Ketoprak

27 Maret menjadi Hari Teater Sedunia. Indonesia pun punya beragam pertunjukan teater rakyat seperti wayang orang, lenong, longser, hingga ketoprak.


27 Maret Hari Teater Sedunia, 60 Tahun Sampaikan Pesan Perdamaian di Dunia

27 Maret 2021

Pertunjukan teater Sie Jin Kwie dari Teater Koma. (ANTARA)
27 Maret Hari Teater Sedunia, 60 Tahun Sampaikan Pesan Perdamaian di Dunia

Dulunya Teater merupakan hiburan paling populer di Yunani, pada 27 Maret, 60 tahun lalu Institut Teater Internasional menggagas Hari Teater Sedunia.


Festival Teater Tubuh Dimeriahkan Belasan Penampil Secara Daring

18 Maret 2021

Kelompok Teater Api Indonesia memainkan lakon berjudul Toean Markoen di Festival Teater Tubuh II, Selasa 16 Maret 2021. Dok. Festival
Festival Teater Tubuh Dimeriahkan Belasan Penampil Secara Daring

Festival Teater Tubuh berlangsung mulai Selasa sampai Sabtu, 16 - 20 Maret 2021. Festival ini merupakan silaturahmi tubuh kita dalam pandemi Covid-19.


Akhir Pekan Ini Pertunjukan Teater Sie Jin Kwie Tayang di YouTube

3 Juli 2020

Pertunjukan teater Sie Jin Kwie dari Teater Koma. (ANTARA)
Akhir Pekan Ini Pertunjukan Teater Sie Jin Kwie Tayang di YouTube

Pementasan Sie Jin Kwie pada 2010 lalu di Graha Bhakti Budaya, Jakarta, kini bisa disaksikan kembali pada 4 - 5 Juli di kanal YouTube Indonesia Kaya.