Teater Payung Hitam: Puisi Tubuh yang Runtuh
Waktu: 25-26 Juni 2010 pukul 20.00 WIB
Tempat: Komunitas Salihara, Jalan Salihara 16 Pasar Minggu Jakarta Selatan
Puisi Tubuh yang Runtuh berawal dari pengalaman pribadi Rachman Sabur mengidap penyakit stroke. Tubuh yang lumpuh ia rasa pelan-pelan menggerogoti jiwanya, dan pada suatu ketika ia berupaya bangkit melawan ketakberdayaannya itu. Ia pun berlatih menggerakkan, mengolah, membentuk kembali tubuhnya seakan segumpal tanah lempung, bahkan membantingnya bila perlu. Dalam proses itu ia mencoba mewujudkan karakter-karakter dalam khazanah Topeng Cirebon. Ia mengambil karakter Topeng Kelana (sebagai simbol kedigdayaan dan angkara murka) dan Topeng Panji (sosok yang sudah menguasai emosi dan mencapai makrifat), serta mengangkat konflik-konflik antara dua karakter tersebut.
Teater Payung Hitam telah menghasilkan 80 pertunjukan sejak berdiri pada tahun 1982, dan menjelajahi berbagai bentuk pertunjukan dalam mencari dan menemukan bentuk ekspresi artistiknya sendiri. Grup teater ini pernah tampil antara lain di Art Summit 2001 di Jakarta, Festival Laokoon 2003 di Hamburg, dan Festival Oerol 2005 di Terschelling, Belanda. Pada bulan Juli 2010, Teater Payung Hitam akan tampil dalam beberapa festival di Serbia, yaitu Festival Patosoffiranje, Infant Festival, dan Belef Festival.
”In the Arts Island Performance” 2010
Waktu: 23 Juni – 1 Juli 2010
Tempat: Bandung, Ubud, Malang, dan Yogyakarta
23 Juni 2010, Museum Barli, Bandung, Jawa Barat
26 Juni 2010, House Mask & Puppet, Ubud, Bali
29 Juni 2010, Kampung Seni Ngroto Joyo, Malang, Jawa Timur
1 Juli 2010, Padepokan Joko Pekik, Yogyakarta
Seniman dan Peserta:
Luar Negeri:
Tony Yap (Australia), Yumi Umiumare (Jepang/Australia), Michael Hornblow (Selandia Baru), Brendon O'conor (Irlandia)
Dalam Negeri:
Agung Gunawan, Memet CH Slamet, Jasmine Okubo (Bali), Dewi Aryani (Bali), Guntur Solo (Surakarta), Aris Kediri (Kediri), dan 20 seniman dari Komunitas Kampung Seni Tradisi Ngroto Joyo (Malang)
Pameran Seni Rupa Indonesia Art Award 2010 "Contemporaneity"
Waktu: 17 – 27 Juni 2010
Tempat: Galeri Nasional Indonesia, Jalan Medan Merdeka Timur 14 (depan stasiun Gambir), Jakarta Pusat
Pameran ini menampilkan 94 karya finalis dan penerima penghargaan Indonesia Art Award (IAA) 2010 dan sekaligus diresmikan sebagai biennale (pameran dua tahunan). Pameran ini mengangkat tema "contemporaneity" atau kesejamanan, yang dielaborasi oleh Jim Supangkat, ketua juri IAA, dengan mengajak untuk mendiskusikan kembali apa itu wacana seni rupa kontemporer.
Jim, misalnya, tertarik pada penghubungan kesejamanan dengan tegangan di antara globalisasi yang membawa tanda-tanda hegemoni dengan keanekaragaman yang dilepas oleh dekolonisasi. Tegangan ini menunjukkan pertarungan citra seni kontemporer global yang sekarang ini terjadi. Pertarungan citra ini berpangkal pada pertanyaan: apakah seni kontemporer global memunculkan keseragaman atau justru keragaman.
Pameran Fotografi Meksiko & Indonesia "Saling Menatap/Looking at Each Other"
Waktu: 14 – 27 Juni 2010
Tempat: Jogja Gallery, Jalan Pekapalan No 7, Alun-alun Utara Yogyakarta
Merupakan pameran fotografi karya Marcela Taboada dari Meksko dan Desiree Harahap dari Indonesia. Pameran ini didukung oleh pemerintah Meksiko, Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia dan beberapa perusahaan swasta. Pameran ini akan dipamerkan keliling di beberapa kota di Indonesia.
Pameran Gambar Nasirun di Sarang Ahli Gambar
Waktu: 12 – 30 Juni 2010
Tempat: Galeri Sanggar Bambu, Jalan Akhmad Dahlan No. 17 A, Yogyakarta
The Collectors' Turn
Waktu: 11 – 25 Juni 2010
Tempat: Lawangwangi Art & Science Estate, Dago Giri 99, Bandung, Jawa Barat
Seniman: Agus Suwage, Dede Eri Supria, Dikdik Sayahdikumullah, Entang Wiharso, Galam Zulkifli, Handiwirman Saputra.
Kurator: Asmudjo Jono Irianto
Pameran Tunggal Perupa Bob Sick's “BOBVARIUM”
Waktu: 26 Mei – 26 Juni 2010
Tempat: Srisasanti Art House, Jalan Kemang Raya No. 81, Jakarta
Srisasanti Syndicate mempersembahkan pameran tunggal seorang seniman eksentrik yang namanya begitu meroket dan jadi buah bibir pada 2007 lalu dengan karya-karya naïf, dan provokatifnya. Dialah Bob Sick Yudhita Agung, seniman asal Yogyakarta yang mengaku mendedikasikan diri dan hidupnya hanya demi seni, sehingga rela merajam dirinya dengan berbagai tato di tubuhnya dari mulai wajah sampai seluruh badan. Bob Sick menampilkan sekitar 15 karya lukisnya dengan mengusung tema “Bobvarium” yang menakjubkan dan termasuk salah satu presentasi paling mutakhir dari seni kontemporer kita bulan ini.
Pameran dan Peluncuran Buku Made Budhiana: Melintas Cakrawala / Crossing The Horizon
Waktu: 26 Mei – 26 Juni 2010
Tempat: Maha Art Gallery, Club House Bali Beach Golf Course, Jalan Hang Tuah No. 58, Sanur, Bali
Made Budhiana lebih dulu dikenal sebagai pelukis abstrak. Meski ia masih tetap melukis abstrak, ia juga seorang perupa yang kreatif, baik dari aspek gagasan maupun dari aspek eksperimentasi media. Sebagai perupa kreatif, gagasan-gagasannya seringkali tak terduga, spontan dan segar. Ia tak selalu terpaku pada bidang kanvas belaka; melainkan juga memanfaatkan kemungkinan-kemungkinan baru dalam pemanfaatan media lain sebagai ekspresi kreatifnya.
Kencederungan ini semakin kuat ketika ia menamatkan studinya dari ISI Yogyakarta pada 1987. Karena itu lebih baik kita menyebutnya sebagai perupa kreatif daripada hanya sekadar pelukis abstrak mengingat perantauan kreatifnya melintasi sekat-sekat seni rupa konvensional.