Dengan gayanya yang ramah dan santun, koreografer Mantsoe memberikan kuliah pada peserta master class-nya. Kelas yang digelar di Institut Kesenian Jakarta itu mayoritas dipenuhi oleh mahasiswa dari kampus tersebut.
Di kelas itu, Mantsoe hanya mengumbar teknik dasar menari a la orang Afrika Selatan. Mulai gestur gerak, teknik mengontrol energi, hingga cara agar tak kehabisan napas sampai akhir pertunjukan. “Ya, dasar menari adalah seperti itu,” katanya.
Menurut Mantsoe, tari Afrika Selatan memang kental dengan unsur klenik. Selama memperagakan tariannya, Mantsoe selalu berdialog sendiri. Ia berbicara, berteriak, dan bergumam dengan bahasa yang asing. Usai pertunjukan, ia membeberkan rahasia dari aksinya itu. “Saya bukan bicara sendiri, tapi dengan “my spirit”,” ujarnya. “Spirit” tersebut bisa berarti makhluk gaib atawa dedmit.
Mantsoe menyatakan, ia menari bersama para “spirit” tersebut. Adapun dialog yang dilakukan selama pertunjukan, tak lain adalah percakapannya dengan para makhluk gaib itu. “Inilah yang namanya African Sprititual Body,” katanya menjelaskan.
Energi spiritual itu didapat Mantsoe dari garis keturunan nenek moyangnya, seorang Sangoma (orang sakti yang mampu menyembuhkan secara tradisional). Meski mewarisi kesaktian itu, ia justru menampik disebut sebagai seorang Sangoma.
Yang jelas, bagi Mantsoe kesaktian Sangoma dan keberadaan “spirit” sangat penting dalam pertunjukkannya. “Kalau tidak, batin saya akan merasa kosong,” ujarya.
AGUSLIA HIDAYAH