Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Indonesia Punya Karya  

image-gnews
Siti Ajeng Soelaiman, Andara Firman Moeis dan Fitry Setyaningsih (Indonesia) di Teater Luwes, Institut Kesenian Jakarta,Taman Ismail Marzuki, Jakarta, selasa (15/06). (TEMPO/ Novi Kartika)
Siti Ajeng Soelaiman, Andara Firman Moeis dan Fitry Setyaningsih (Indonesia) di Teater Luwes, Institut Kesenian Jakarta,Taman Ismail Marzuki, Jakarta, selasa (15/06). (TEMPO/ Novi Kartika)
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta - Apresiasi besar layak diberikan untuk penari Indonesia. Dalam perhelatan Indonesian Dance Festival (IDF) ke-10 yang digelar di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, sepanjang 14-17 Juni lalu, enam koreografer kita menyuguhkan karya-karya yang patut diacungi jempol.

Dalam festival tari internasional bertema “Powering the Future” tersebut, karya yang ditampilkan keenam koreografer itu masih mengambil akar budaya klasik Indonesia. Tapi ada juga yang menyuguhkan tari modern, seperti karya almarhum Gusmiati Suid berjudul Seruan, yang dimainkan kembali oleh murid-muridnya. Mereka terdiri atas 5 orang pemain dan 5 orang pemusik. Tari ini bercerita tentang keadaan manusia yang tak lagi mendengar apa kata nuraninya. Maka, hanya Tuhanlah yang mampu menjadi obat bagi semua kelakuan menghalalkan segala cara demi kekuasaan dan materi.

Seruan sangat kental dengan warna Minangkabau. "Gerakan dalam tari mengambil dasar-dasar silat," kata asisten koreografer, Benny Krisnawardi, seusai pentas dalam pembukaan IDF pada Senin malam lalu. Gerakan yang banyak mengentak dan sesekali menjulangkan tangan ke atas tak lain adalah interpretasinya atas penunjukan Tuhan sebagai ujung sekaligus awal.

Musik sebagai iringan dihadirkan sangat minimal. Hanya tembang yang terucap dan mengiringi tarian. Malam itu, gerak yang didominasi oleh unsur maskulin tersebut boleh dibilang sangat memukau.

Ada lagi karya koreografer Eko Supriyanto berjudul Home: Ungratifying Life, yang menjadi sajian penutupan festival, Kamis malam lalu. Komposisi anyar itu sangat kental dengan warna Jawa, sebagai tempat kelahiran Eko. Itu kian kuat warna Jawanya dengan kehadiran tembang Jawa yang selalu didengungkan.

Meski tembang Jawa, Eko memilih bunyi-bunyian yang terkesan monoton, bising, dan ajek. "Saya sengaja memilih bunyi-bunyian seperti itu untuk sebuah teror," kata Eko. Karya ini bercerita tentang kegelisahan Eko atas ketiadaan rumah sebagai tempat yang paling aman dan nyaman. Manusia dikatakannya bukan lagi manusia jika mereka tak menerima alam. Bahkan mereka tak tahu di mana rumah itu karena kehidupan yang semakin hiruk-pikuk.

Eko menghadirkan ornamen bingkai yang ia tempatkan di tengah panggung. Bingkai tersebut mewakili sebuah rumah atas bentuk jendela. Di akhir garapan, muncul anjing yang mewakili bagian dari alam sekitar.

Dominasi gerak lambat memang dipilih Eko dalam koreografinya, yang berkesan sunyi dan meneror penonton atas suasana hening. "Kehidupan memang sangat cepat, tetapi bagi saya itu berjalan sangat lambat. Ini bagian dari teror itu," Eko menjelaskan.

Lain halnya dengan karya Siti Ajeng Soelaiman, Andara Firman, dan Fitry Setyaningsih dalam komposisi tari berjudul S[h]elf. Karya ini sebelumnya pernah dipentaskan di Teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta, pada Mei lalu. Mereka mengeksplorasi tubuh dengan gerak tari modern dan tema yang modern pula.

Tarian modern juga hadir dalam karya koreografer Jecko Siompo. Pada malam penutupan, Jecko bersama empat penari lainnya mementaskan karya lamanya berjudul Dari BETA MAX Sampai DVD Berjajar Pulau-Pulau.

Tarian tersebut menggambarkan betapa kuasanya teknologi yang mampu memudahkan segala aktivitas. Gerak robotik sangat mendominasi. Namun sesekali gambaran manusia purba juga terlihat di sana. Lewat karyanya, Jecko ingin menyampaikan bahwa kehebatan teknologi adalah sebuah pesan tradisi.

ISMI WAHID

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Hari Tari Sedunia, Bandung Menari 18 Jam

29 April 2018

Peserta delegasi dari Pekalongan di Asian African Carnival 2018 di Bandung, Jawa Barat, 28 April 2018. Karnaval budaya Asia Afrika bertema Respect Diversity ini diikuti sekitar 4.000 perserta dari seluruh Indonesia dan perwakilan delegasi asing. TEMPO/Prima Mulia
Hari Tari Sedunia, Bandung Menari 18 Jam

Seniman dan penggiat tari di Jawa Barat merayakan Hari Tari Sedunia di Bandung.


Tari Sonteng dari Jawa Barat Pikat Diplomat di Ekuador

28 Oktober 2017

Tari Sonteng (ANTARA News)
Tari Sonteng dari Jawa Barat Pikat Diplomat di Ekuador

Tari Sonteng dari Jawa Barat memikat hati para diplomat Ekuador yang tergabung dalam Asosiasi Pasangan Diplomat Ekuador.


Tari Cry Jailolo yang Mendunia Dipentaskan di SIPA 2017 Malam Ini

7 September 2017

Eko Supriyanto foto besama penari yang menarikan tari Balabala saat GR pementasan penutupan SIPFest 2016 di Teater Salihara Jakarta, 4 November 2016. TEMPO/Nurdiansah
Tari Cry Jailolo yang Mendunia Dipentaskan di SIPA 2017 Malam Ini

Eko Supriyanto akan mementaskan tari Cry Jailolo pada pembukaan pagelaran Solo International Performing Art (SIPA) di Benteng Vastenburg, Surakarta.


Nanti Malam, Lima Komunitas Tari Beraksi di JDMU#2

30 Agustus 2017

Pementasan tari dalam acara Jakarta Dance Meet Up di Gedung Kesenian Jakarta, 31 Maret 2017. TEMPO/Frannoto
Nanti Malam, Lima Komunitas Tari Beraksi di JDMU#2

Dance Meet Up (JDMU) #2 merupakan ajang pertemuan para komunitas tari dari berbagai genre di Jakarta.


Penari Balet Marlupi Dance Academy Raih 7 Medali di Hong Kong

25 Agustus 2017

Penari Balet membentuk formasi saat membawakan pertunjukkan Balet dengan Tema Si Kabayan di Teater Jakarta, kompleks Taman Ismail Marzuki (TIM), 31 Oktober 2015. Pertunjukan Balet yang dimaikan oleh Marlupi Dance Academy (MDA) ini, mengkawinkan antara seni tari balet klasik dan kontemporer Nusantara. TEMPO/Subekti
Penari Balet Marlupi Dance Academy Raih 7 Medali di Hong Kong

Penari balet Marlupi Dance Academy (MDA) berhasil meraih 7 medali di dalam ajang Asian Grand Pix 2017 yang diselenggarakan di Hong Kong.


Gala Balet Tampilkan Kolaborasi Penari Difabel  

11 Juli 2017

Sejumlah penari difabel dan non-difabel melakukan latihan jelang pementasan di Galeri Kesenian Jakarta, Jakarta, 8 Juli 2017. Mereka akan membawakan koreografi CandoDance karya Mirjam Gutner dan Tanja Erhart dari grup Candoco Dance Company (Inggris). TEMPO/Subekti
Gala Balet Tampilkan Kolaborasi Penari Difabel  

Gala Balet akan menampilkan kolaborasi penari difabel dari Australia, Prancis, Korea Selatan dan Italia.


Penari Prancis dan Indonesia Berkolaborasi Pentaskan Sadako

16 Mei 2017

Karya origami
Penari Prancis dan Indonesia Berkolaborasi Pentaskan Sadako

Berbeda dari kebanyakan anak-anak lain yang terkena paparan bom atom, Sadako bertahan hidup bahkan layaknya manusia normal.


Hari Tari Sedunia di Solo Dimeriahkan Ribuan Seniman  

25 April 2017

Dua seniman membawakan tarian Bisma Srikandi di Pendapa Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Solo, (29/4). Pertunjukan yang digelar selama 24 jam ini untuk memperingati Hari Tani Sedunia. Tempo/Ahmad Rafiq
Hari Tari Sedunia di Solo Dimeriahkan Ribuan Seniman  

Ribuan seniman akan menari bergantian selama sehari semalam untuk memperingati Hari Tari Sedunia di Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, 29 April 2017.


Pentas Arka Suta, Perayaan 41 Tahun Padnecwara

9 Maret 2017

Poster Pertunjukan tari Arka Suta dari Sanggar Padnecwara. Facebook.com
Pentas Arka Suta, Perayaan 41 Tahun Padnecwara

Jelang pementasan digelar pula pameran foto dan properti

pementasan tari yang lalu


Indonesia Pentaskan Tari  

12 Januari 2017

Penari Eky Dance Company saat tampil dalam gladi resik pementasan kabaret oriental bertajuk
Indonesia Pentaskan Tari  

EKI akan mementaskan dua karya tari di India.