TEMPO Interaktif, Jakarta - Ketika batik diklaim sebagai kekayaan budaya negara tetangga, Malaysia, Iwet Ramadhan ternyata kesal. Iwet bertambah kesal ketika kebanyakan masyarakat Indonesia yang berdemo menentang klaim Malaysia tak tahu banyak soal batik.
“Sebenarnya mereka tahu enggak sih apa itu batik? Tahu enggak motif-motif batik? Tahu enggak makna dari selembar kan batik?” katanya pada Tempo di Jakarta beberapa waktu lalu.
Banyaknya jawaban ragu-ragu membuat penyiar 29 tahun ini punya ide memperkenalkan dan melestarikan batik dengan cara modern: Iwet membuka toko kaos berlabel tik shirt. Dinamakan Tik Shirt (dari kata baTik Shirt) karena toko ini menggunakan motif batik dalam seluruh desainnya.
Iwet mendesain ulang motif klasik batik sehingga terlihat modern dan disablon di atas kaos berbahan katun. “Ini adalah cara saya memperkenalkan dan melestarikan batik,” kata Iwet. Kepada Tempo, Iwet dengan fasih menjelaskan tiga motif yang ia desain ulang: truntum, kawung, dan parang.
“Truntum adalah wujud cinta seorang permaisuri kepada raja Jawa yang hendak menikah lagi. Dalam kesedihan dan rasa cinta yang mendalam, permaisuri itu membatik motif truntum secara terus menerus hingga sang raja sadar akan kebesaran cinta permaisuri dan batal menikah lagi,” kata Iwet.
Motif kawung, kata Iwet, merupakan motif dari pohon aren yang dapat dimanfaatkan secara utuh dari buah, akar, hingga getahnya.
Pada setiap kaos yang dibeli para pelanggan, Iwet menyertakan sebuah catatan berisi sejarah dan kisah motif batik itu dibuat. “Aku ingin para pembeli jadi mengerti arti dari motif batik yang aku desain ulang. Ini semacam bentuk edukasi juga,” katanya.
Untuk ke depan, Iwet akan mengadakan acara-acara edukasi di tik shirt. “Nanti bakal ada seminar kain tradisional dari Bin House,” kata Iwet yang mengidolakan perancang Bin House, Josephine Komara.
Kefasihan Iwet soal batik berasal dari buku-buku ibunya di rumah mereka. “Aku suka baca jadi tahu banyak soal batik,” kata Iwet. Kecintaan Iwet terhadap batik juga tampak dari koleksi batik antiknya yang kini mencapai ratusan.
Dua pekan setelah Tik Shirt dibuka, Iwet sudah memproduksi ulang. “Ternyata sambutan dari pasar baik sekali, sekarang sudah produksi ulang lagi,” kata Iwet sumringah.
AMANDRA MUSTIKA MEGARANI