Kata Soraya, pilihan kakaknya sebagai penyanyi awalnya ditentang keras ayahnya. Ayahnya kala itu beralasan, sebagai seorang keturunan bangsawan tak sepantasnya Meriem menjadi penyanyi. Namun Meriem tetap dengan tekadnya. “Dia berusaha memberikan pengertian bahwa tidak selamanya dunia entertainment identik dengan kehidupan barat,” ujar Soraya.
Membuktikan niat dan kesungguhannya kepada keluarga khususnya ayahnya, akhirnya ayahnya Meriem menekuni karirnya. Namun, ayahnya memberi syarat yakni ia harus didampingi ibunda, Sitti Aminah Daeng Pudji. Benar saja akhirnya ibundanya harus mendampinginya hingga Meriem sekolah SMA.
Pada 1971, pada usianya yang masih belia (14 tahun) , Andi Meriem sudah mengikuti Kontes Nyanyi Indonesia Populer di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Ia bersaing dengan 38 penyanyi yang mewakili 21 radio dari seluruh Indonesia. Juri, yang waktu itu terdiri atas Binsar Sitoempoel, Sam Saimun, R. Rijanto, dan Putu Wijaya, memasukkannya ke babak final.
Kemenakan Meriem, Andi Heriyana menambahkan kenangannya bersama almarhum. Kenangan yang melekat yakni pada saat Meriem akan melangsungkan pernikahannya dengan almarhum Bambang Wirawan Hertasning. “Waktu itu lubang tindik anting di telinga Kak Meriem sudah tertutup,” katanya sambil tersenyum kecil.
Maklum meski seorang artis, Meriem bukanlah tipe yang senang akan aksesoris. Kalaupun harus memakai aksesoris seperti anting, dia lebih memilih menggunakan giwang yang cukup dijepitkan.
Penyanyi Andi Meriem Mattalata, 52 tahun, meninggal di Belanda, Jumat lalu (4 Juni), sekitar pukul 22.00 waktu setempat. Anak kelima pasangan almarhum Mayjen TNI (Purn.) Andi Mattalata dan Sitti Aminah Daeng Pudji itu tengah berlibur di Negeri Kincir Angin, menemani putrinya, Dania, 29 tahun, sejak Rabu lalu.
KAMILIA