"Pada saat almarhumah berangkat memang dia sudah ada luka kecil di tangannya semacam bisul. Tetapi beliau ini menjanjikan anak satu-satu untuk jalan-jalan ke Eropa. Jadi ibunya merasa berdosa kalau cuma luka kok gak ngantarin," ujar kakak ipar Andi Meriem, Agung Saifullah, di Jakarta, Sabtu (5/6).
Andi Meriem meninggal pada usia 52 tahun di Belanda sekitar pukul 22.00 waktu setempat atau pukul 03.30 WIB. Andi berada di Belanda untuk menemani anaknya, Dania, berlibur.
Menurut Agung, Andi Meriem menderita diabetes. "Karena luka begitu (seperti di tangan almarhumah) dalam keadaan kita lelah bisa bikin gula darah naik dan kesehatan turun drastis. Kalau sudah begitu, kumannya menang," kata Agung. "Waktu mau berangkat kita memonitor terus, karena kita sudah curiga."
Saat di Belanda, kesehatan Andi Meriem sempat menurun. Agung pun terus berkomunikasi dengan Dania. Akhirnya Agung meminta dipanggilkan dokter untuk memeriksa kesehatan Andi Meriem.
"Akhirnya dokter itu lapor, dia bilang gula darahnya tinggi dan oksigennya kurang. Akhirnya dibawa ke Rumah Sakit Lange Land Ziekenhuis di Zoetermeer setelah keluarga setuju," ujar Agung. "Sebenarnya perawatan rumah sakit di Zoetermeer itu bagus seperti layaknya rumah sakit di Belanda."
"Kita kecolongan iya, karena memang ada firasat. Pas mereka berangkat ke Belanda, saudaranya nangis terus, sepertinya berat melepas beliau pergi ke Belanda," lanjut Agung. "Menurut saya itu sudah jalurnya Allah untuk mencabut nyawanya, karena kita harus lihat sebab-musababnya."
Almarhum adalah anak kelima dari enam bersaudara, pasangan Andi Mattalata dan Sitti Aminah Daeng Pudji. Andi Meriam dikenal sebagai biduanita yang dijuluki "Mutiara dari Selatan". Almarhumah dikenal lewat lagu-lagunya seperti Lenggang Jakarta dan Januari yang Biru.
PRIH PRAWESTI FEBRIANI