TEMPO Interaktif, Biasa tampil di meja hijau, pengacara kondang Muhammad Assegaf kini tampil dalam film layar lebar 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta yang akan diputar Juli nanti. Pengambilan gambar film itu sudah dilakukan.
Dalam film bergenre komedi romantis itu, pengacara mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Susno Duadji ini berperan sebagai ayah keturunan Arab yang kolot, yang tak kenal soal hubungan pacaran. Karena itu, dia menjodohkan anaknya (Arumi Bachsin). Assegaf tampil dalam dua scene, yakni saat ketemu calon besannya dan ketika acara lamaran.
Assegaf bercerita, keterlibatannya itu berawal dari tawaran produser eksekutif film tersebut, Haidar Bagir, beberapa bulan lalu. Saat ditelepon, Assegaf tengah melakukan pertemuan bersama pengacara lain dan sedang suntuk mengurus kasus mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Antasari Azhar. Dari percakapan per telepon selama setengah menit itu, Assegaf pun mengiyakan ajakan ini. "Kala itu saya sedang boring. Saya mau saja," katanya.
Tak ada kontrak, tak ada perjanjian. "Bahkan saat itu saya tak tahu akan dapat peran apa," dia melanjutkan. Kemudian ia menerima kiriman skenario. Setelah membacanya, Assegaf makin mantap. "Film ini luar biasa." Pasalnya, walau bergenre romantis, tak ada adegan sentuhan, apalagi ciuman.
Mengenai adegan honor, Assegaf tak menghiraukan hal itu. Kebetulan Haidar masih terhitung famili. Adik Haidar adalah menantu Assegaf. "Kalau dikasih, ya, syukur, kalau enggak, ya, kebangeten, ha... ha...," ujarnya dengan nada bergurau.
Menurut Assegaf, ternyata melakonkan orang lain di film itu lebih sulit. Beda dengan beracara di pengadilan, yang melakoni diri sendiri. Namun dia pernah berakting tanpa kesulitan. Ia menuturkan, suatu kali dia diminta secara dadakan oleh sutradara Chaerul Umam untuk "numpang lewat" dalam sebuah sinetron. "Saya berperan sebagai pengacara."
Tak ada persiapan khusus untuk menjalani peran dalam film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta.
"Kala kuliah, saya juga aktif dalam seni peran," tuturnya. Pada akhir 1970-an, Assegaf pernah berperan dalam pertunjukan teater yang disutradarai Syubah Asa, yang berjudul Langit Hitam. "Saya berperan jadi orang PKI (Partai Komunis Indonesia)," kata alumnus Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, ini.
Assegaf mengaku menikmati keterlibatannya dalam film ini. "Saya bisa keluar lingkaran (rutinitas) yang muram," kata dia. Menurut dia, saat bermain film, dia tak bertemu dengan terdakwa, jaksa, dan hakim. Sebagai gantinya, dia bertemu dengan kamera, lampu sorot, dan artis-artis cantik, di antaranya Laura Basuki, Arumi Bachsin, serta Ira Wibowo.
Namun dia keluar lingkaran sebentar saja. Perkara hukum yang harus dia tangani sudah menunggu. | NUR ROCMI