Mereka memainkan biola, gitar, talempong Minang, kendang dan berbagai peralatan perkusi, serta kacapi Sunda. Ada tiga biduanita yang melengkapi kelompok tersebut. Umumnya kita mengenal pendekatan musikal seperti yang mereka lakukan berada di dalam ranah world music.
Pendiri kelompok ini yang sekaligus komposer, Dedy S. Hadianda, menganggap memainkan musik seperti itu tidak cukup. Katanya, grup ini merupakan cara baru mengerjakan musik dengan intelektual, tidak hanya intuisi.
Di kalangan penyuka musik, Dedy dikenal membawa pembaruan di dalam komposisi dan presentasi musik lewat Zythermania. Saat itu kelompok Zythermania sempat menjadi perhatian di lingkungan pegiat musik kontemporer dan diharapkan tumbuh menjadi salah satu kekuatan baru.
Waktu berlalu, dan ternyata kelompok itu tidak terdengar lagi kegiatannya. Pada 2009, Zythermania beralih rupa menjadi Malire, dengan konsep bermusik yang berbeda: tidak lagi hanya mengandalkan peralatan musik berdawai tapi melebar ke sumber-sumber bunyi yang lain.
Pementasan mereka di Bentara Budaya malam ini diharapkan akan menyuguhkan pertunjukkan yang “bukan sekadar world music”, tapi penjelajahan seni yang bersungguh-sungguh.
KALIM/Pelbagai Sumber