Lebih dari 100 lukisan cat minyak, cat air serta lukisan-lukisan tradisional Korea buatan antara tahun 1960-an hingga hari ini. Ratusan lukisan itu dibawa langsung dari Pyongyang ke Museum Seni Kontemporer Wina.
Tema ratusan lukisan ini utamanya berkisar soal kehidupan sehari-hari rakyat Korea Utara. Misalnya peternak yang tengah mengurus hewan-hewan peliharaannya, atau lukisan anak-anak tengah berlarian di padang bunga.
Selain itu ada juga lukisan yang menggambarkan seorang prajurit yang tengah tiarap di tengah salju dan tetap waspada tanpa terganggu suhu dingin dan tak menunjukkan ketakutan sedikitpun.
Yang paling mendominasi pameran ini adalah lukisan tokoh utama Korea Utara yaitu sang pemimpin besar Kim Il Sung dan penerusnya Kim Jong Il tengah tersenyum lebar, sambil dikerumuni puluhan anak yang nampak gembira di sekitar keduanya.
Lukisan ini, dan sebagian besar lukisan lain, memiliki judul yang nyaris serupa seperti "Presiden Kim Il Sung selalu bersama kita" atau "Kami adalah anak-anak paling bahagia di dunia".
Dalam pembukaan pameran lukisan ini, Direktur Pusat Pameran Seni Korea Pyongyang Han Chang Gyu berharap, dengan pameran lukisan yang bertemakan "perjuangan sehari-hari rakyat Korea" dan "kemampuan rakyat memanfaatkan alam Korea yang indah" bisa menghasilkan pemahaman lebih baik tentang Korea Utara.
Semua pelukis yang menghasilkan karya-karya yang dipamerkan di Austria ini berstatus pegawai negeri. Tugas mereka adalah untuk menyampaikan kepada masyarakat "sikap-sikap dan nilai-nilai yang benar".
"Tentu saja seni sangat dekat dengan ideologi. Namun, tidak benar nilai propaganda lukisan-lukisan ini lebih besar ketimbang nilai seninya. Lukisan-lukisan ini sangat luar biasa. Kami harap masyarakat memiliki pemikiran yang lebih terbuka," kata kurator pameran Bettina Busse.
Namun, tetap saja pameran itu menuai kontroversi. Direktur Museum MAK, Peter Noever mengatakan dia sangat memahami keprihatinan masyarakat soal pameran ini. Namun dia berharap pameran yang membutuhkan izin selama empat tahun itu akan berujung pada rasa saling memahami.
"Seni tak memiliki batas. Seni tidak akan mengubah apapun. Seni tak akan mengubah situasi politik,” kata Noever. “Namun setidaknya melalui seni, mungkin Anda bisa memperoleh sedikit pandangan atau bahkan pandangan baru tentang sesuatu.”
BBC/KALIM