Tak hanya itu. Komposisi gerak dalam tarian itu menduplikasi satu sama lain, sehingga kian memperlihatkan bahwa mereka berdua kembar.
Begitulah komposisi tari garapan koreografer muda Emanuel Gat, yang dipentaskan di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada Rabu malam pekan lalu. Dalam pergelaran tersebut, sekelompok penari muda, yang tergabung dalam Emanuel Gat Dance, membawakan tiga karya tarian kontemporer.
Baca Juga:
Sebagai pembuka, Emanuel Gat bersama Roy Assaf membawakan Variations d'hiver (Winter Variations) sepanjang sekitar 35 menit. Awalnya, semua gerakan dilakukan tanpa iringan musik. Kemudian, perlahan, karya G. Mahler mendominasi wilayah pendengaran penonton. Seluruh gerakan tari mengacu pada ritme lagu klasik tersebut.
Tak cukup hanya satu lagu, berikutnya adalah musik karya Riad Al Sunbati, yang penuh warna Arab berlatar instrumen gitar. Mereka tak lantas melafalkan musik padang pasir itu dengan gerakan tertentu yang mencerminkannya. Sepasang penari tersebut tetap konsisten dengan komposisi kontemporer. Bahkan antara iringan musik satu dan yang lainnya tak tampak sekat yang membedakan pola-pola gerakan.
Gat tak sekadar membuat gerakan asal-asalan, meski ia mengakui karya tersebut tak bertema. "Saya mencipta gerakan yang berpadu satu sama lain. Tak ada hubungan tema tarian dengan musik," kata Gat seusai plotting tempat sebelum pertunjukan berlangsung.
Ia memilih iringan musik yang sekiranya sesuai dengan ritme gerakan tari. Bahkan, Gat mengatakan, pilihan judul karya sama sekali tak mencerminkan gerakan tari secara keseluruhan.
Sesekali Gat memilih pola gerak duplikasi. Penari satu melakukan gerakan tertentu, kemudian penari lain menyambutnya dengan gerakan yang sama. Seperti gaung, yang memantulkan suara yang sama persis dengan aslinya.
Karya kedua berjudul Voyage d'hiver, masih dibawakan oleh Gat dan Assaf. Mereka melepas jubah yang semula digunakan serta memakai sepatu di depan penonton. Kali ini mereka tak menggunakan luas panggung secara penuh, tapi memanfaatkannya separuh dengan mengubah setting lampu panggung, yang membuat ruang terang dan gelap dengan tegas.
Pada karya kedua berdurasi 17 menit ini, Gat memilih lagu Winter Voyage karya Franz Schubert. Lampu panggung bermain lebih dinamis pada karya ini. Tak perlu dibayangkan cahaya yang gemerlapan, tetapi tata lampu yang sangat sederhana. Hanya, efek lampu yang dimainkan memberi kesan mempersempit panggung sehingga mata penonton berfokus menikmati penari.
Pertama kali dipentaskan pada Juni 2008 di Amerika Serikat, Gat mengatakan, karya ini tak begitu mendapat apresiasi dari khalayak. Namun Gat tak berhenti sampai di situ. Ia terus bereksplorasi dan mencipta gerakan baru untuk menyempurnakan karya ini.
Komposisi tari terakhir yang disuguhkan bertajuk Silent Ballet, yang dimainkan oleh tujuh penari Emanuel Gat Dance. Repertoar tersebut dibawakan dalam versi singkatnya. Sebetulnya karya ini merupakan tarian tanpa musik. Karya ini dibawakan pertama kali pada 2008 dalam Montpellier Dance Festival. Namun, dalam versi singkat ini, Gat mencoba menggabungkannya dengan iringan lagu klasik Johann Sebastian Bach berjudul Cembalo Concerto in D Minor.
Meski masih relatif muda sebagai koreografer tari kontemporer, Gat telah melangkah cukup jauh. Hingga kini, Gat bersama Emanuel Gat Dance banyak melakukan tur ke sejumlah negara. Mereka sering membawakan lima repertoar karya Gat, yaitu Winter Variations, Silent Ballet, My Favorite Things, The Rate of Spring (Le Sacre du Printemps), dan Winter Voyage (Le Voyage d'hiver).
ISMI WAHID