Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Lelang Lukisan untuk ODHA

image-gnews
Iklan
TEMPO InteraktifBandung - Bangunan bertumpuk sesak. Pesawat udara, helikopter, dan mobil, melintas di antara rumah, menara, kastil, serta hotel. Dari atap salah satu gedung tinggi, kita tahu keberadaan tempat itu dari bendera merah putih yang berkibar di atasnya.

 

Lebih sempit lagi, Sang Made Budiasa pelukisnya, memberi judul karya akrilik itu Reality in Bali. Sebuah tempat di mana gapura pura hampir tak terlihat lagi. Di atas kanvas itu, rumah ibadah umat Hindu tersebut terselip dan terhimpit beragam bangunan tanpa pepohonan.

 

Dalam pameran bersama bertajuk Art for Aids di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung, Jawa Barat, yang berlangsung 21-25 Mei, karya itu menjadi lukisan termahal. "Harganya ditawarkan Rp 55 juta," kata ketua panitia acara Syarief Hidayat. Dalam pameran sekaligus lelang amal itu, 55 pelukis dari Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Bali bersedia menyisihkan hasil penjualan karya mereka untuk anak-anak dan orang dengan HIV-AIDS (ODHA).

 

Walau tak ada tema, apalagi khusus membingkai persoalan HIV-AIDS, beberapa pelukis ada yang mengaitkan obyek gambarnya dengan penyakit tak tersembuhkan itu. Misalnya Utomo, pelukis senior lulusan institut seni di Jerman yang kini menetap di Bandung. Dia mengangkat soal pentingnya keamanan dalam berhubungan seks.

 

Berjudul Protection, lukisan bergaya realis tersebut menampilkan seorang perempuan telanjang yang terbungkus kondom transparan besar. Adapun Sri Mutia cukup menampilkan wajah mendiang Freddy Mercury dari samping. Mungkin karena begitu lekatnya vokalis band Queen itu dengan HIV-AIDS, wajahnya dianggap sebagai simbol yang pas untuk mengingatkan orang tentang bahaya virus yang menurunkan kekebalan tubuh hingga mengantarkan kematian itu.

 

Beberapa pelukis senior juga ikut andil, antara lain, Eddy Hermanto, Tjutju Wijaya, Tisna Sanjaya, Dodo Abdullah, Abun Adira, dan Basuki Bawono. Karya lainnya berasal dari para anggota Sanggar Olah Seni (SOS) yang berada di Babakan Siliwangi, Bandung.

 

Syarief, yang juga kurator dalam pameran itu mengatakan, ia mendatangi langsung seniman atau studionya untuk memilih karya-karya terbaik untuk dilelang. Nantinya dari nilai penjualan lukisan, seniman akan memberi 30 persen untuk anak-anak asuh Syair untuk Sahabat Foundation (SUSF). Yayasan yang didirikan pada 2009, antara lain, oleh Baby Jim Aditya, Luna Maya, dan Prof Samsuridjal Djauzi tersebut menyantuni kesehatan dan pendidikan anak-anak tertular HIV juga para ODHA. "Para pelukis terus bergerak untuk membantu para ODHA untuk memperpanjang harapan hidup mereka," kata pimpinan SOS itu.

 

Pada pembukaan acara yang ikut dimeriahkan Enno Lerian dan petikan gitaris Jubing Kristianto, panitia menayangkan testimoni para ODHA dan anak-anak yang berusia 2-12 tahun. Juga video kampanye dari para artis yang mengingatkan kewaspadaan agar siapa pun tidak sampai tertular. Salah satu film dokumenter buatan yayasan SUS menunjukkan hasil survei jarum suntik narkotika di kawasan Jakarta Utara di dua Rukun Warga. Hasilnya, dalam dua bulan mereka mengumpulkan jarum suntik sebanyak satu galon. "Sangat menyedihkan dan itu kenyataan di sekitar kita," kata Yudhi F. Oktaviandhi, Sekjen Yayasan Syair untuk Sahabat.

 

Menurut dia, penularan HIV-AIDS kebanyakan dari pemakaian jarum suntik di antara sesama pengguna narkotika. Lebih dari 80 persen penderitanya kalangan pelajar dan mahasiswa yang usianya masih produktif untuk berkarya. Mengutip data resmi dari Kementerian Kesehatan sampai akhir 2009, kata dia, di Indonesia tercatat 46 ribu lebih ODHA. "Diperkirakan angka sebenarnya 6 kali lipat atau masih ada 250 ribu orang lainnya yang belum tahu dirinya HIV-AIDS," ujarnya.

 

Bandung yang menjadi sasaran kampanye kali ini merupakan ibukota provinsi dengan jumlah penderita HIV-AIDS tertinggi se-Indonesia. Paling tidak jika tak langsung bisa menghentikannya, gerakan itu diharapkan bisa menekan dan menurunkan laju kasus.

 

 

ANWAR SISWADI

 

 

 

Art for AIDS Terus Bergerak

 

Art for AIDS, acara penggalangan dana untuk anak-anak yang tertular HIV dan para ODHA itu, dimulai 9-14 Februari lalu. Syair untuk Sahabat Foundation dan Sanggar Olah Seni Babakan Siliwangi ketika itu menggelar lelang 87 karya milik 45 pelukis di Bentara Budaya Jakarta. "Hasil lelang saat itu Rp 120 juta," kata Syarief Hidayat, panitia pameran dan lelang.

 

Selanjutnya, mereka menggelar konser amal bertajuk In the Name of Love di Hard Rock Cafe Jakarta pada 18 April lalu. Pentas diisi sejumlah musisi, antara lain, /rif, Pas band, Project Pop, Serieus, juga Baron Soulmate.

 

Sekarang, Art for Aids kembali melelang 55 lukisan karya seniman Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Bali di Gedung Indonesia Menggugat, 21-25 Mei.Dari Bandung, Art for AIDS akan diboyong ke Bali pada Desember mendatang. "Tahun ini ada 3 tempat yang kami kunjungi," kata Yudhi.

 

Hasil lelang, kata Sekjen Yayasan Syair untuk Sahabat Yudhi F. Oktaviandhi, masih untuk menyantuni 18 anak asuh yang berusia 2-12 tahun. Mereka terpapar HIV dari orang tuanya. "Dananya untuk kesehatan kalau mereka sakit dan membantu biaya sekolah," ujarnya.

 

Selain itu, mereka juga akan menyisihkan sebagian dana yang didapat untuk Rumah Cemara. Menurut Yudhi, tempat singgah dan rehabilitasi para pecandu narkotika dan ODHA dengan program pendampingan dan pertemanan itu juga perlu dibantu. “Sebab sebagian dana program dari bantuan pemerintah Amerika Serikat kini tak lagi diterima.”

 

 

ANWAR SISWADI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

32 hari lalu

Pameran Voice Against Reason. Foto: Museum Macam.
Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.


Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

39 hari lalu

Pameran seni rupa Islami berjudul Bulan Terbit  sejak 15 Maret hingga 14 April 2024 di Grey Art Gallery Bandung. (Dok.Grey)
Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.


Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Karya instalasi buatan Michelle Jovita berjudul Massa Manusa. (Dok.pameran).
Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance


Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Pameran Lengan Terkembang: Ruas Lintas - Abilitas di Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space Bandung melibatkan belasan peserta seniman difabel.  Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.
Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.


Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Artsiafrica#2 di Galeri Pusat Kebudayaan Bandung berlangsung 16 - 30 September 2023. Foto: Dok.Galeri.
Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.


Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Pameran kelompok Ambari di Galeri Orbital Dago Bandung hingga 17 September 2023. (TEMPO/ANWAR SISWADI)
Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.


Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Lukisan karya Iwan Suastika berjudul Beauty in a Chaotic Rhythm. Dok. D Gallerie
Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.


Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Karya Dionisius Caraka berjudul Tumbukan Lato-lato di Galeri Ruang Dini Bandung. TEMPO/ANWAR SISWADI
Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.


Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Karya Isa Perkasa berjudul Masker 2024. (Dok.Pribadi)
Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.


Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

(kiri ke kanan) Hilmar Faris, Claire Siregar, Sylvia Siregar pada acara pembukaan Bianglala Seribu Imajinasi, di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, pada Rabu, 5 April 2023. Foto: TEMPO | Gabriella Amanda.
Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.