Lebih sempit lagi, Sang Made Budiasa pelukisnya, memberi judul karya akrilik itu Reality in Bali. Sebuah tempat di mana gapura pura hampir tak terlihat lagi. Di atas kanvas itu, rumah ibadah umat Hindu tersebut terselip dan terhimpit beragam bangunan tanpa pepohonan.
Dalam pameran bersama bertajuk Art for Aids di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung, Jawa Barat, yang berlangsung 21-25 Mei, karya itu menjadi lukisan termahal. "Harganya ditawarkan Rp 55 juta," kata ketua panitia acara Syarief Hidayat. Dalam pameran sekaligus lelang amal itu, 55 pelukis dari Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Bali bersedia menyisihkan hasil penjualan karya mereka untuk anak-anak dan orang dengan HIV-AIDS (ODHA).
Walau tak ada tema, apalagi khusus membingkai persoalan HIV-AIDS, beberapa pelukis ada yang mengaitkan obyek gambarnya dengan penyakit tak tersembuhkan itu. Misalnya Utomo, pelukis senior lulusan institut seni di Jerman yang kini menetap di Bandung. Dia mengangkat soal pentingnya keamanan dalam berhubungan seks.
Berjudul Protection, lukisan bergaya realis tersebut menampilkan seorang perempuan telanjang yang terbungkus kondom transparan besar. Adapun Sri Mutia cukup menampilkan wajah mendiang Freddy Mercury dari samping. Mungkin karena begitu lekatnya vokalis band Queen itu dengan HIV-AIDS, wajahnya dianggap sebagai simbol yang pas untuk mengingatkan orang tentang bahaya virus yang menurunkan kekebalan tubuh hingga mengantarkan kematian itu.
Beberapa pelukis senior juga ikut andil, antara lain, Eddy Hermanto, Tjutju Wijaya, Tisna Sanjaya, Dodo Abdullah, Abun Adira, dan Basuki Bawono. Karya lainnya berasal dari para anggota Sanggar Olah Seni (SOS) yang berada di Babakan Siliwangi, Bandung.
Syarief, yang juga kurator dalam pameran itu mengatakan, ia mendatangi langsung seniman atau studionya untuk memilih karya-karya terbaik untuk dilelang. Nantinya dari nilai penjualan lukisan, seniman akan memberi 30 persen untuk anak-anak asuh Syair untuk Sahabat Foundation (SUSF). Yayasan yang didirikan pada 2009, antara lain, oleh Baby Jim Aditya, Luna Maya, dan Prof Samsuridjal Djauzi tersebut menyantuni kesehatan dan pendidikan anak-anak tertular HIV juga para ODHA. "Para pelukis terus bergerak untuk membantu para ODHA untuk memperpanjang harapan hidup mereka," kata pimpinan SOS itu.
Pada pembukaan acara yang ikut dimeriahkan Enno Lerian dan petikan gitaris Jubing Kristianto, panitia menayangkan testimoni para ODHA dan anak-anak yang berusia 2-12 tahun. Juga video kampanye dari para artis yang mengingatkan kewaspadaan agar siapa pun tidak sampai tertular. Salah satu film dokumenter buatan yayasan SUS menunjukkan hasil survei jarum suntik narkotika di kawasan Jakarta Utara di dua Rukun Warga. Hasilnya, dalam dua bulan mereka mengumpulkan jarum suntik sebanyak satu galon. "Sangat menyedihkan dan itu kenyataan di sekitar kita," kata Yudhi F. Oktaviandhi, Sekjen Yayasan Syair untuk Sahabat.
Menurut dia, penularan HIV-AIDS kebanyakan dari pemakaian jarum suntik di antara sesama pengguna narkotika. Lebih dari 80 persen penderitanya kalangan pelajar dan mahasiswa yang usianya masih produktif untuk berkarya. Mengutip data resmi dari Kementerian Kesehatan sampai akhir 2009, kata dia, di Indonesia tercatat 46 ribu lebih ODHA. "Diperkirakan angka sebenarnya 6 kali lipat atau masih ada 250 ribu orang lainnya yang belum tahu dirinya HIV-AIDS," ujarnya.
Bandung yang menjadi sasaran kampanye kali ini merupakan ibukota provinsi dengan jumlah penderita HIV-AIDS tertinggi se-Indonesia. Paling tidak jika tak langsung bisa menghentikannya, gerakan itu diharapkan bisa menekan dan menurunkan laju kasus.
ANWAR SISWADI
Art for AIDS Terus Bergerak
Art for AIDS, acara penggalangan dana untuk anak-anak yang tertular HIV dan para ODHA itu, dimulai 9-14 Februari lalu. Syair untuk Sahabat Foundation dan Sanggar Olah Seni Babakan Siliwangi ketika itu menggelar lelang 87 karya milik 45 pelukis di Bentara Budaya Jakarta. "Hasil lelang saat itu Rp 120 juta," kata Syarief Hidayat, panitia pameran dan lelang.
Selanjutnya, mereka menggelar konser amal bertajuk In the Name of Love di Hard Rock Cafe Jakarta pada 18 April lalu. Pentas diisi sejumlah musisi, antara lain, /rif, Pas band, Project Pop, Serieus, juga Baron Soulmate.
Sekarang, Art for Aids kembali melelang 55 lukisan karya seniman Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Bali di Gedung Indonesia Menggugat, 21-25 Mei.Dari Bandung, Art for AIDS akan diboyong ke Bali pada Desember mendatang. "Tahun ini ada 3 tempat yang kami kunjungi," kata Yudhi.
Hasil lelang, kata Sekjen Yayasan Syair untuk Sahabat Yudhi F. Oktaviandhi, masih untuk menyantuni 18 anak asuh yang berusia 2-12 tahun. Mereka terpapar HIV dari orang tuanya. "Dananya untuk kesehatan kalau mereka sakit dan membantu biaya sekolah," ujarnya.
Selain itu, mereka juga akan menyisihkan sebagian dana yang didapat untuk Rumah Cemara. Menurut Yudhi, tempat singgah dan rehabilitasi para pecandu narkotika dan ODHA dengan program pendampingan dan pertemanan itu juga perlu dibantu. “Sebab sebagian dana program dari bantuan pemerintah Amerika Serikat kini tak lagi diterima.”
ANWAR SISWADI