Judul: Lucky Luke (2009)
Genre: komedi
Sutradara: James Huth
Skenario: James Huth, Sonja Shillito
Pemain: Jean Dujardin, Melvil Poupaud, Sylvie Testud, Alexandra Lamy, Michael Youn, Bruno Salomone
Dia adalah sosok koboi yang sempurna. Dia memiliki kemampuan menembak lebih cepat dari bayangannya sendiri. Dia juga selalu dinaungi oleh keberuntungan. Dialah Lucky Luke, koboi nyentrik yang selalu tampil dandy dengan jins dan kemeja kuning plus rompi hitam lengkap dengan syal merah di leher, sepatu kulit cokelat, topi lebar, dan tentu saja pistol di pinggang. Tunggangannya, Jolly Jumper, adalah seekor kuda putih yang sangat cerdik dan tangkas, bahkan bisa diajak berbicara dan dapat memasang sendiri pelananya.
Sosok Lucky Luke sudah mendunia sejak puluhan tahun silam. Tokoh rekaan ciptaan komikus asal Belgia, Maurice de Bevere, ini pertama kali muncul dalam wujud komik berseri yang terbit pertama kali pada 1946. Kemampuan De Bevere menggambarkan kehidupan seorang koboi di daerah barat Amerika yang gersang--termasuk kehidupan keseharian bandit-bandit di Meksiko, para penjudi, serta kedatangan para bangsawan Inggris dan imigran Asia--membuat komik berseri ini cepat populer.
Popularitas serial ini mulai menyebar ke seluruh Eropa pada akhir 1950-an dan masih terus bertahan hingga 1970-an saat De Bevere bergabung bersama kreator serial Asterix, Rene Goscinny. Bersama dengan The Adventure of Tin Tin dan Asterix, komik ini menjadi salah satu komik terlaris yang terjual di kawasan Eropa. Di Indonesia, penggemarnya juga tak kalah banyak.
Menyusul kesuksesan komiknya, Lucky Luke sempat muncul dalam wujud film animasi, yakni Lucky Luke in Daisy Town (1971) dan Lucky Luke in Ballad of the Daltons (1978). Selanjutnya para penikmat si koboi nyentrik yang memutuskan berhenti merokok dan menggantinya dengan batang rumput itu secara rutin dapat menikmati aksi sang jagoan di layar kaca. Sebanyak 26 judul serial Lucky Luke tampil di televisi sejak 1983, dengan pengisi suara Bill Galloway. Pada 1991, 26 judul lainnya kembali hadir dengan pengisi suara Terence Hill.
Kini di tangan sutradara asal Prancis, James Huth, Lucky Luke tampil dalam film layar lebar lewat sosok komedian Prancis, Jean Dujardin. Sebelumnya, pada 2004, sosok Luke sempat muncul dalam film produksi Jerman Les Dalton (diperankan oleh Til Schweiger), yang lebih memfokuskan pada gerombolan bandit bersaudara The Daltons, musuh bebuyutan Luke.
Film garapan Huth yang diputar perdana di Prancis pada akhir Oktober 2009 itu mengangkat cerita dari salah satu komik berjudul Daisy Town. Sebagai sutradara, Huth berusaha memindahkan seluruh imajinasi De Bevere ke layar lebar, termasuk adegan memorable, ketika Luke menembak mendahului bayangannya. Huth menyuguhkan adegan ini pada awal film secara komikal. Jean Dujardin, yang mencoba tampil serius namun dengan mimik jenaka, membuat karakter Luke dalam film berbahasa Prancis yang diproduksi pada 2009 ini makin komikal.
Selanjutnya, penonton di giring ke tahun 1846, ketika sang jagoan masih kanak-kanak. Di kota bernama Daisy Town itu, Luke, yang aslinya bernama John Luke, tinggal bersama ayah dan ibunya, seorang perempuan keturunan Indian. Ketenteraman hidup mereka berakhir ketika gerombolan penjahat bengis, The Cheaters Gang, datang dan membunuh kedua orang tuanya dengan sadis. Luke kecil berhasil selamat dari pembantaian dan kabur dari kota itu.
Setelah bertahun-tahun pergi, John, yang mengubah namanya menjadi Lucky Luke, karena beruntung bisa lolos dari pembunuhan, kembali ke kota kelahirannya itu. Dia mendapat tugas khusus dari Presiden Amerika untuk mengamankan Daisy Town, yang kacau balau, lantaran dikuasai sejumlah bandit dan penembak jitu yang dipimpin Pat Poker (Daniel Prevost).
Di sana, Luke juga bertemu dengan tokoh-tokoh penjahat legendaris daerah West Side, seperti Billy the Kid, yang amat tergila-gila pada permen loli, Calamity Jane, serta Jesse James, yang terobsesi oleh adegan-adegan teater karya Shakespeare. Dengan bantuan mereka, Luke mencoba membersihkan kota tersebut sekaligus menggagalkan rencana Pat Poker, yang akan menculik Presiden. Hingga sebuah kejadian membuat Luke bertekad mengundurkan diri dari dunia perkoboian, terutama setelah bertemu dengan Belle, penyanyi bar yang aduhai. Sedikit berbeda dengan komik aslinya, Luke tampil lebih manusiawi. Dia digambarkan sebagai sosok yang rapuh tak berdaya saat melanggar janjinya untuk tidak membunuh. Dia juga dicekam perasaan trauma setiap mengingat peristiwa pembunuhan orang tuanya.
Huth menggunakan pendekatan komik dan parodi film-film koboi ala Wild Wild West ala John Wayne atau Roy Rogers. Meskipun penuh dengan adegan "dar der dor", film ini lebih menonjolkan sisi komedi. Sayangnya, karena terlalu berusaha menampilkan karakter semirip mungkin dengan visualisasi komik, alur cerita yang ditampilkan terkesan kedodoran. Hakikat ceritanya sendiri seolah dilupakan. Selain itu, bagi yang tak terbiasa menonton film-film Prancis, mungkin sedikit kesulitan memahami lelucon yang disajikan. Kurang segar bahkan terkesan "lebay". Toh, sebagai sebuah tontonan, film yang kini tengah diputar di jaringan bioskop Blitzmegaplex itu lumayan menghibur.
Nunuy Nurhayati