Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Refleksi Gaya Hidup Urban  

image-gnews
Tari bertajuk S[h]elf di Teater Salihara, Jakarta. (TEMPO/Jacky Rachmansyah)
Tari bertajuk S[h]elf di Teater Salihara, Jakarta. (TEMPO/Jacky Rachmansyah)
Iklan
TEMPO Interaktif, Di bawah siraman gemerlap lampu warna-warni, satu per satu belasan gelas kristal berisi wine itu direguk dua perempuan muda. Keduanya kemudian mabuk dan tertawa-tawa. Ajeng dan Anggie--dua perempuan itu--tampak menikmati pesta dengan sukacita. Di atas papan transparan, mereka meliuk-liukkan tubuh diiringi musik yang berdentam-dentam.

Tak lama berselang pesta itu usai. Musik berhenti dan lampu gemerlap padam. Di bawah temaram wajah Ajeng dan Anggie pun tak lagi sumringah. Tapi sebenarnya kisah hidup mereka baru dimulai. Lewat sebuah nomor tari bertajuk S[h]elf, kedua penari muda itu memperkenalkan kehidupan mereka kepada para penonton di Teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta, pada Sabtu dan Ahad malam lalu.

Dalam pentas tari itu, sebagai pembuka diputar video amatir berjudul Underwear karya Jecko Siompo. Video itu bercerita tentang kehidupan Ajeng, Anggie, dan beberapa sobat mereka--yang diperagakan dengan tarian. Kisahnya mengalir dari bangun tidur, mandi, hingga beraktivitas di luar. Video ini juga menyelipkan dokumentasi mereka saat berkunjung ke Hamburg, Jerman, beberapa waktu lalu.

Kehidupan Siti Ajeng Soelaeman dan Andara “Anggie” Firman Moeis--demikian nama lengkap mereka--seperti sebagian remaja kelas menengah atas urban: suka pesta dan mengikuti tren yang berkembang.

Namun, di balik itu semua, ada sesuatu yang hendak mereka bentuk. Misalnya, pencarian jati diri dan cinta. Itu terlihat dalam bagian tari ketika Anggie berhias di depan kaca. Dengan cekatan ia memakai gaun pesta yang digantung, lalu bersolek dengan pemoles bibir warna merah pekat. Setelah bersolek, ia menggambar lambang hati dan tanda tanya di permukaan kaca.

Ajeng dan Anggie juga senang shopping. Hobi ini tecermin dalam latar panggung yang didesain dengan banyak kerangka kotak tergantung seolah melayang. Kerangka itu penuh lembaran baju, celana, dan gaun yang digantung. Saat Anggie sibuk sendiri di depan kaca, Ajeng justru lebih atraktif dengan memilih baju, berkali-kali menjajal, lalu menanggalkannya.

Meski adegan mengalir seperti sebuah drama, koreografer Fitri Setyaningsih tetap mempertahankan olah tubuh yang menjadi ciri para penari. Itu terlihat ketika dua penari tersebut mencoba mengeksploitasi tubuh mereka dalam bagian kolaborasi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ajeng dan Anggie menjadi satu dalam balutan kaus longgar. Kaus biru cerah yang dipakai Ajeng ditarik melar masuk ke leher Anggie. Adapun kaus merah jambu yang dikenakan Anggie sudah melilit di lengan Ajeng. Gerakan yang seolah hendak membuka simpul tali yang kusut itu menjadi sebuah adegan tari yang kompak dan menarik.

Lalu tarian patah-patah atawa break dance sekonyong-konyong masuk. Meski terasa aneh, bagian ini justru menebar semangat. Ajeng dan Anggie yang sudah berbalut lengkap gaya 1980-an, dengan jaket dan sepatu kets, tampak mahir melakukan tarian yang hingga kini masih digemari itu.

Ya, seluruh jalan cerita pentas tari S[h]elf boleh dibilang cukup mudah dicerna penonton awam sekalipun. Apalagi ide yang dicurahkan Ajeng dan Anggie pun dekat dengan keseharian remaja kelas menengah atas pada umumnya. Mereka hendak menyampaikan apa yang dialami, diyakini, dan dirasakan.

Sayang, bagian penutupnya terasa agak janggal. Ajeng dan Anggie, yang mendadak muncul dari samping panggung, telah lengkap berkostum putih serupa kimono yang belum diikat. Keduanya berjalan perlahan dengan wajah yang muram dan latar suara yang suram. Langkahnya maju-mundur di antara gulungan tisu yang berguling di lantai panggung.

AGUSLIA HIDAYAH

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Hari Tari Sedunia, Bandung Menari 18 Jam

29 April 2018

Peserta delegasi dari Pekalongan di Asian African Carnival 2018 di Bandung, Jawa Barat, 28 April 2018. Karnaval budaya Asia Afrika bertema Respect Diversity ini diikuti sekitar 4.000 perserta dari seluruh Indonesia dan perwakilan delegasi asing. TEMPO/Prima Mulia
Hari Tari Sedunia, Bandung Menari 18 Jam

Seniman dan penggiat tari di Jawa Barat merayakan Hari Tari Sedunia di Bandung.


Tari Sonteng dari Jawa Barat Pikat Diplomat di Ekuador

28 Oktober 2017

Tari Sonteng (ANTARA News)
Tari Sonteng dari Jawa Barat Pikat Diplomat di Ekuador

Tari Sonteng dari Jawa Barat memikat hati para diplomat Ekuador yang tergabung dalam Asosiasi Pasangan Diplomat Ekuador.


Tari Cry Jailolo yang Mendunia Dipentaskan di SIPA 2017 Malam Ini

7 September 2017

Eko Supriyanto foto besama penari yang menarikan tari Balabala saat GR pementasan penutupan SIPFest 2016 di Teater Salihara Jakarta, 4 November 2016. TEMPO/Nurdiansah
Tari Cry Jailolo yang Mendunia Dipentaskan di SIPA 2017 Malam Ini

Eko Supriyanto akan mementaskan tari Cry Jailolo pada pembukaan pagelaran Solo International Performing Art (SIPA) di Benteng Vastenburg, Surakarta.


Nanti Malam, Lima Komunitas Tari Beraksi di JDMU#2

30 Agustus 2017

Pementasan tari dalam acara Jakarta Dance Meet Up di Gedung Kesenian Jakarta, 31 Maret 2017. TEMPO/Frannoto
Nanti Malam, Lima Komunitas Tari Beraksi di JDMU#2

Dance Meet Up (JDMU) #2 merupakan ajang pertemuan para komunitas tari dari berbagai genre di Jakarta.


Penari Balet Marlupi Dance Academy Raih 7 Medali di Hong Kong

25 Agustus 2017

Penari Balet membentuk formasi saat membawakan pertunjukkan Balet dengan Tema Si Kabayan di Teater Jakarta, kompleks Taman Ismail Marzuki (TIM), 31 Oktober 2015. Pertunjukan Balet yang dimaikan oleh Marlupi Dance Academy (MDA) ini, mengkawinkan antara seni tari balet klasik dan kontemporer Nusantara. TEMPO/Subekti
Penari Balet Marlupi Dance Academy Raih 7 Medali di Hong Kong

Penari balet Marlupi Dance Academy (MDA) berhasil meraih 7 medali di dalam ajang Asian Grand Pix 2017 yang diselenggarakan di Hong Kong.


Gala Balet Tampilkan Kolaborasi Penari Difabel  

11 Juli 2017

Sejumlah penari difabel dan non-difabel melakukan latihan jelang pementasan di Galeri Kesenian Jakarta, Jakarta, 8 Juli 2017. Mereka akan membawakan koreografi CandoDance karya Mirjam Gutner dan Tanja Erhart dari grup Candoco Dance Company (Inggris). TEMPO/Subekti
Gala Balet Tampilkan Kolaborasi Penari Difabel  

Gala Balet akan menampilkan kolaborasi penari difabel dari Australia, Prancis, Korea Selatan dan Italia.


Penari Prancis dan Indonesia Berkolaborasi Pentaskan Sadako

16 Mei 2017

Karya origami
Penari Prancis dan Indonesia Berkolaborasi Pentaskan Sadako

Berbeda dari kebanyakan anak-anak lain yang terkena paparan bom atom, Sadako bertahan hidup bahkan layaknya manusia normal.


Hari Tari Sedunia di Solo Dimeriahkan Ribuan Seniman  

25 April 2017

Dua seniman membawakan tarian Bisma Srikandi di Pendapa Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Solo, (29/4). Pertunjukan yang digelar selama 24 jam ini untuk memperingati Hari Tani Sedunia. Tempo/Ahmad Rafiq
Hari Tari Sedunia di Solo Dimeriahkan Ribuan Seniman  

Ribuan seniman akan menari bergantian selama sehari semalam untuk memperingati Hari Tari Sedunia di Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, 29 April 2017.


Pentas Arka Suta, Perayaan 41 Tahun Padnecwara

9 Maret 2017

Poster Pertunjukan tari Arka Suta dari Sanggar Padnecwara. Facebook.com
Pentas Arka Suta, Perayaan 41 Tahun Padnecwara

Jelang pementasan digelar pula pameran foto dan properti

pementasan tari yang lalu


Indonesia Pentaskan Tari  

12 Januari 2017

Penari Eky Dance Company saat tampil dalam gladi resik pementasan kabaret oriental bertajuk
Indonesia Pentaskan Tari  

EKI akan mementaskan dua karya tari di India.