Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Teater Anak Menggarap Alam

image-gnews
Pentas Teater Tanah Air
Pentas Teater Tanah Air "Spectacle Zero" di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. (TEMPO/ Novi kartika)
Iklan

TEMPO Interaktif, Ide pertunjukan yang dilakonkan oleh anak-anak itu sederhana saja. Mengangkat isu keprihatinan sekaligus kritik untuk manusia yang telah semena-mena memperlakukan alam. Sebuah garapan yang memperlihatkan keceriaan dan spontanitas peran khas anak-anak. Lihatlah kostum yang mereka kenakan: rambut penuh warna-warni mencolok dengan berbagai model, kemeja yang tak dikancingkan, celana batik, dan kaki bersepatu dengan kaus kaki superpanjang bermotif lurik. Ciri khas anak-anak yang tak banyak mempersoalkan mode.

Digawangi sutradara gaek Jose Rizal Manua, 15 anak yang tergabung dalam Teater Tanah Air itu beradu akting dalam pertunjukan berjudul Spectacle Zero di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, selama dua hari berturut-turut, Sabtu lalu dan kemarin. "Pertunjukan ini menjajal lakon baru sebelum dipentaskan di Jerman bulan depan," ujar Jose seusai pentas pertama.

Ya, anak-anak berumur 10-13 tahun tersebut akan membawakan karya yang ditulis oleh Putu Wijaya itu dalam 11th World Festival of Children Theatre di Lingen, Jerman, Juni mendatang. Mereka telah berlatih selama enam bulan untuk mempersiapkan pementasan ini.

Tak sulit bagi Jose untuk melatih mereka. "Yang tidak saya lakukan adalah intervensi terhadap mereka," ujar Jose. Ia justru membebaskan anak-anak bereksplorasi agar mereka tidak terbebani dalam melakukan perannya.

Spectacle Zero bercerita tentang sekelompok manusia yang masih merawat dan menjaga bumi. Manusia yang diperankan anak-anak itu selalu mengisi hari dengan keceriaan. Celoteh dan keriangan mereka suatu kali harus terhenti lantaran kedatangan dua penjahat bertubuh tambun yang merusak alam. Mereka mulai menebang pohon, membuka lahan, dan menanaminya dengan gedung-gedung bertingkat. Langit tak lagi biru, karena telah tergantikan oleh baja.

Anak-anak alam tersandera. Penjahat itu memasukkan mereka ke dalam sebuah tirai putih besar yang dibentangkan di belakang panggung. Lalu muncullah pemimpin anak-anak alam yang mengajak urun rembuk dua penjahat itu. Dengan kecerdasannya, kedua penjahat itu berhasil diperdayai. Tubuh tambun keduanya lemas lunglai setelah diberi petasan. Sang pemimpin pun segera membebaskan teman-temannya. Anak-anak itu kemudian berdebat soal hendak diapakan kedua penjahat itu. Sungguh sayang, ketika anak-anak alam itu berdebat, kedua penjahat itu berhasil kabur.

Hingga suatu ketika, penjahat itu menyesali perbuatannya. Mereka sadar, gara-gara ulah mereka, bumi menjadi rusak. Bersamaan itu pula, datanglah makhluk luar angkasa yang mencari tempat tak berpenghuni untuk membuang limbah nuklir dari planetnya. Segera anak-anak alam dan penjahat itu bersatu padu untuk menumbuhkan cinta serta kehidupan di bumi yang telah rusak.

Mereka bersama-sama menyusun kembali kotak bergambar bunga matahari sebagai simbol kehidupan. Saat alien yang dihadirkan di panggung dalam wujud boneka besar itu kembali lagi ke bumi, radar mereka mengendus adanya kehidupan dan cinta kasih. Mereka akhirnya urung menjadikan bumi sebagai tempat pembuangan limbah. Sorak-sorai kembali bergema. Mereka bersukacita dan berjanji akan merawat kembali bumi yang telah rusak itu.

Selama pertunjukan, para pemain berkali-kali berinteraksi dengan penonton. Sesekali mereka turun ke panggung dan mengajak penonton anak-anak berperan aktif. Lihat saja adegan ketika anak-anak rimba ini meminta penonton membawa dua penjahat yang masih berkeliaran di seputar tempat duduk itu agar dibawa ke atas panggung. Atau ketika beberapa anak membantu menarik tali yang menghubungkan tirai besar putih agar terangkat guna membebaskan anak-anak alam yang tersandera. "Anak-anak sudah spontan. Mereka baru pertama kali dihadapkan dengan publik. Biasanya, jika bertemu dengan publik yang spontan, mereka akan lebih spontan lagi," ujar Putu Wijaya.

Tata panggung dan pencahayaan yang dihadirkan sangat sederhana. Namun, bagi Jose,  teknik panggung yang sederhana ini justru lebih eksotis untuk disajikan kepada publik dunia yang menyaksikan 11th World Festival of Children Theatre itu. "Kami memberi ruang imajinasi bagi mereka. Kalau kami memakai teknik yang canggih, mereka justru lebih canggih," ujar Jose.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sayangnya, tata lampu juga digarap terlampau sederhana. Akibatnya, efek yang semestinya bisa mendramatisasi peran dan situasi tak muncul secara maksimal. Belum lagi kematangan artikulasi dalam dialog maupun kontrol nada dan intonasi pemain yang rasanya perlu dievaluasi kembali. Putu sendiri sangat memaklumi masalah itu, karena pertunjukan ini hanyalah proses menjajal kemampuan sebelum kompetisi sesungguhnya diselenggarakan. "Jangan sampai suara anak-anak mendadak habis ketika berperan nanti," ujar Putu.
Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo yang turut menyaksikan pertunjukan itu menyampaikan apresiasinya. "Ini merupakan bagian refleksi karya anak bangsa. Jadi, keliru kalau dikatakan kita tak pernah menilai karya bangsa sendiri," ujarnya seusai pertunjukan itu. | Ismi Wahid

Bunga Matahari Van Gogh

Putu Wijaya sebagai penulis naskah Spectacle Zero sengaja memilih bunga matahari sebagai simbol kehidupan dan kelestarian di muka bumi. Alasannya sangat sederhana, karena publik luar negeri sangat akrab dengan lukisan tersebut.

Ya, Putu memilih lukisan Vincent van Gogh berjudul Sunflowers Vase with Fifteen Sunflowers, 1888. "Nanti kami akan bertemu dengan audiens Barat. Sebetulnya bisa yang lain, tapi gambar itu adalah simbol yang dikenal betul oleh mereka," ujar Putu.

Lukisan tersebut digambar pada kotak-kotak kayu dan dipotong-potong menjadi enam bagian. Dalam naskah yang ditulis Putu, para penonton yang sebagian besar anak-anak  itulah yang ikut menyusun kotak-kotak kayu, bukan pemain. "Menata alam itu penting. Kalau anak-anak salah menyusun, kan jadi ramai," ujarnya. Adegan ini juga menjadikan lakon garapan sutradara Jose Rizal Manua itu lebih interaktif dengan penonton.

Selain itu, naskah yang dibuat Putu sangat visual. Karena itu, menurut Putu, kata-kata  tak begitu penting. Bahasa tak lagi menjadi sandaran. Semua itu disiasati dengan pencahayaan yang hanya men-spot pemain tertentu. Bahkan visualisasi pada layar diperlukan untuk menjelaskan kepada penonton.

Pemilihan ide cerita yang mengangkat tentang alam ini, menurut Putu, sangat relevan dan universal. Anak-anak, dia melanjutkan, tak pernah diikutsertakan dalam memecahkan problem lingkungan. Padahal mereka selalu dielu-elukan sebagai ahli waris masa mendatang.

Putu sebetulnya ingin menyentil peran orang dewasa, yang tanpa sadar mengajarkan perang terhadap alam. Bagi Putu, anak-anak tidak perlu serumit itu dalam menangkap pesan yang tersirat dalam pertunjukan. "Yang terpenting bagi anak-anak adalah bagaimana mereka bisa merasakan ngeri, gembira, bahkan ceria," ujar Putu.

Ekspresi semacam itu sudah terwakili ketika anak-anak bernyanyi, bahkan melakonkan beberapa gerakan perkusif di atas panggung. Namun spontanitas anak-anak tak kalah penting dalam pengadeganan. "Spontanitas itu menyenangkan orang," ujarnya. | Ismi Wahid

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Sehari 4 Kali, Teater Bandoengmooi Gelar Pertunjukan Longser Kerajaan Tikus

16 Oktober 2023

Pertunjukan Longser Kerajaan Tikus di Gedung Kesenian Rumentang Siang Bandung, Sabtu 14 Oktober 2023. (Dok.Bandoengmooi)
Sehari 4 Kali, Teater Bandoengmooi Gelar Pertunjukan Longser Kerajaan Tikus

Pewarisan seni longser melalui pelatihan, residensi atau pemagangan, dan pertunjukan di ruang publik dilakukan setiap tahun.


Minat Anak Muda Berkurang, Bandoengmooi Gelar Seni Longser Pahlawan Kesiangan

4 September 2023

Pertunjukan seni longser gelaran Bandungmooi berjudul Pahlawan Kesiangan. Dok.Bandoengmooi
Minat Anak Muda Berkurang, Bandoengmooi Gelar Seni Longser Pahlawan Kesiangan

Longser termasuk seni pertunjukan dalam daftar warisan budaya tak benda dari Jawa Barat.


Marcella Zalianty Ungkap Perbedaan Menjadi Produser Teater dan Film

30 Agustus 2023

Marcella Zalianty. TEMPO/Charisma Adristy
Marcella Zalianty Ungkap Perbedaan Menjadi Produser Teater dan Film

Marcella Zalianty saat ini sedang mempersiapkan pertunjukan teater kolosal


Festival Teater Jakarta 2022, tak Sekadar Pertunjukan

4 Oktober 2022

Festival Teater Jakarta 2022, tak Sekadar Pertunjukan

Puncak apresiasi FTJ diniatkan sebagai etalase yang memperlihatkan capaian pembinaan teater Jakarta pada tahun berjalan.


Indonesia Kita Kembali Hibur Masyarakat Jakarta sebagai Ibadah Kebudayaan

18 Juni 2022

Sejumlah pemain melakukan pertunjukan seni teater yang digabungkan dengan seni musik dan seni tari dengan lakon
Indonesia Kita Kembali Hibur Masyarakat Jakarta sebagai Ibadah Kebudayaan

Direktur Kreatif Indonesia Kita, Agus Noor berharap pertunjukan Indonesia Kita ke-36 ini bisa memulihkan situasi pertunjukan seni di Indonesia.


Ngabuburit di Medan Sambil Nonton Teater Rumah Mata: Temukan Sahabat Sejatimu

15 April 2022

Pertujukan Shiraath oleh Teater Rumah Mata di Metrolink Street Market, Kota Medan, pada Ahad, 10 April 2022. Dok. Teater Rumah Mata
Ngabuburit di Medan Sambil Nonton Teater Rumah Mata: Temukan Sahabat Sejatimu

Teater Rumah Mata menggelar pertunjukan Shiraath untuk mengisi ngabuburit di sejumlah tempat di Kota Medan.


Hari Teater Sedunia, Indonesia Punya Wayang Orang, Longser, Lenong dan Ketoprak

27 Maret 2021

105 Tahun Gedung Wayang Orang Sriwedari
Hari Teater Sedunia, Indonesia Punya Wayang Orang, Longser, Lenong dan Ketoprak

27 Maret menjadi Hari Teater Sedunia. Indonesia pun punya beragam pertunjukan teater rakyat seperti wayang orang, lenong, longser, hingga ketoprak.


27 Maret Hari Teater Sedunia, 60 Tahun Sampaikan Pesan Perdamaian di Dunia

27 Maret 2021

Pertunjukan teater Sie Jin Kwie dari Teater Koma. (ANTARA)
27 Maret Hari Teater Sedunia, 60 Tahun Sampaikan Pesan Perdamaian di Dunia

Dulunya Teater merupakan hiburan paling populer di Yunani, pada 27 Maret, 60 tahun lalu Institut Teater Internasional menggagas Hari Teater Sedunia.


Festival Teater Tubuh Dimeriahkan Belasan Penampil Secara Daring

18 Maret 2021

Kelompok Teater Api Indonesia memainkan lakon berjudul Toean Markoen di Festival Teater Tubuh II, Selasa 16 Maret 2021. Dok. Festival
Festival Teater Tubuh Dimeriahkan Belasan Penampil Secara Daring

Festival Teater Tubuh berlangsung mulai Selasa sampai Sabtu, 16 - 20 Maret 2021. Festival ini merupakan silaturahmi tubuh kita dalam pandemi Covid-19.


Akhir Pekan Ini Pertunjukan Teater Sie Jin Kwie Tayang di YouTube

3 Juli 2020

Pertunjukan teater Sie Jin Kwie dari Teater Koma. (ANTARA)
Akhir Pekan Ini Pertunjukan Teater Sie Jin Kwie Tayang di YouTube

Pementasan Sie Jin Kwie pada 2010 lalu di Graha Bhakti Budaya, Jakarta, kini bisa disaksikan kembali pada 4 - 5 Juli di kanal YouTube Indonesia Kaya.