Judul: Demi Dewi
Genre: Drama aksi
Sutradara: Charles Gozali
Produksi: Magma Entertainment
Pemain: Wulan Guritno, Winky Wiryawan, Ray Sahetapi, Widyawati
Apa pun akan dilakukan Adara demi mendapatkan kembali putri semata wayangnya yang diculik, meski ia harus menebusnya hingga ratusan juta rupiah dan bergelut dengan maut. Besarnya kasih sayang seorang ibu kepada anaknya menjadi bukti yang tak terbantahkan dalam film Demi Dewi.
Bagi Adara (diperankan oleh Wulan Guritno), hanya Dewilah yang menjadi alasan utamanya untuk tetap bertahan hidup. Setelah masa lalu yang kelam tak sanggup dikubur sepenuhnya, kehadiran Dewi mampu menumbuhkan secercah harapan untuk hidup lebih baik.
Film terbaru garapan sutradara Charles Gozali ini menghadirkan sebuah film bergenre drama aksi. Setelah Merantau sukses memperkenalkan aksi adu jotos yang ciamik, Charles pun membumbui karyanya kali ini dengan kemasan serupa.
Meski tak pernah menjajal ilmu bela diri, dalam film ini Wulan Guritno ternyata mampu menyelesaikan adegan perkelahian berbahaya dengan cukup baik. Apalagi, jika mengingat kondisi Wulan yang kala itu tengah hamil muda. Bahkan ia enggan digantikan oleh pemeran pengganti. “Saya ingin melakukannya sendiri,” katanya.
Sesungguhnya aksi penculikan Dewi tak sepenuhnya atas dasar uang. Meski sang penculik, Leo (Winky Wiryawan), meminta tebusan Rp 429.850.050 kepada Adara, uang itu tak dinikmatinya. Sebab, Leo bukanlah tokoh antagonis di film produksi Magma Entertainment itu. Ada intrik tersembunyi yang lebih licik dengan memanfaatkan kondisi Leo yang labil.
Leo adalah seorang ayah yang sakit hati karena anak satu-satunya meninggal akibat tak tertangani dengan baik saat dirawat di sebuah rumah sakit lantaran ia tak mampu membayar. Setelah kematian anaknya, Satin, Leo menaruh dendam kepada Terry, direktur rumah sakit yang tak lain suami baru Adara. Ia hendak membalas dendam dengan menculik Dewi, yang sebenarnya bukan anak kandung Terry.
Kasus tentang keangkuhan rumah sakit yang merugikan pasien memang kerap terjadi. Itulah isu yang diangkat oleh Charles dalam film ini. Meski niat itu patut didukung, film ini belum mampu memberikan hiburan maksimal untuk pencinta sinema domestik.
Plot cerita yang belum rapi serta sinematografi yang kurang manis membuat nilai film ini berkurang. “Saya mencoba bekerja maksimal untuk menghadirkan film yang menghibur,” ujar Charles.
AGUSLIA HIDAYAH