Seperti diketahui, festival tari dua tahunan yang digelar sejak 1992 itu menjadi ajang pertemuan para koreografer dan penari dari dalam serta luar negeri dengan orientasi artistik serta budaya yang berbeda.
Menurut Direktur IDF Maria Darmaningsih, perhelatan ini kerap menjadi gerbang pembuka bagi para penari Indonesia untuk go international. “Sebab, karya kontemporer bisa merefleksikan hubungan Indonesia dengan dunia, sebuah komunikasi antar negara tanpa kekerasan,” katanya dalam jumpa wartawan, Kamis siang ini di Grand Indonesia, Jakarta.
Perhelatan itu akan berlangsung sepanjang empat malam dengan menampilkan tarian dari tujuh negara, termasuk Indonesia. Dari Indonesia, ada delapan penari nasional yang akan tampil, yakni Gusmiati, Jacko Siompo, Muslimin Bagus Pranowo, Asri Mery Sidowati, Siti Ajeng, Andara Firman Moeis, Fitry Setyaningsih, dan Eko Supriyanto.
Adapun untuk peserta asing, mayoritas hanya membawa maksimal dua tim atau perorangan. Seperti Taiwan memboyong Taipeh Cross Over Dance Company dan Taipeh National of The Arts, Korea Selatan mengutus Kim Jae Duk, serta Jerman yang membawa Meg Stuart dan Philipp Gehmacher.
Lalu, Afrika Selatan yang mengikutsertakan Vincent Mantsoe dan Jepang yang diwakili oleh Contact Gonzo dengan tari moderen yang dikombinasikan dengan permainan drum. “Tahun ini, untuk pertama kalinya Afrika Selatan bersedia memenuhi undangan kami,” ujar Nungky Kusumastuti, Supervisi IDF.
Semua pertunjukan tari akan diadakan pada malam hari dengan harga tiket sebesar Rp. 75-50 ribu. “Untuk mahasiswa, ada harga khusus hanya Rp. 15 ribu dan semua tiket bisa dibeli langsung,” kata Nungky
AGUSLIA HIDAYAH