TEMPO Interaktif, Bantul - Apa yang terjadi ketika tiga orang perempuan sengaja menarik diri dari hiruk-pikuk kehidupan selama beberapa hari? Hasilnya ternyata adalah 28 karya drawing yang kini dipajang dalam pameran bertajuk Gloomy Alone di El Pueblo Cafe, di Jalan Patangpuluhan Gang Kesehatan 2A, Sonosewu, Bantul, 1-5 Mei 2010.
Ke-28 materi pameran tersebut masing-masing karya Maria Magdalena, 21 tahun, Nurify, 24 tahun dan Novie Elisa, 26 tahun. Ketiga perempuan ini tergabung dalam kelompok yang mereka sebut dengan Daki Tebal.
Nurify, lulusan STIE YKPN Yogyakarta tahun 2009, menemukan sebuah kebebasan personal dalam kesunyiannya. Kebebasan itu kemudian ia personifikasikan dalam sosok manusia setengah burung. Sosok itu berupa seorang gadis dengan mata sayu, namun memiliki mulut lancip seperti burung.
“Itu memang sosok evolusi antara burung dan manusia. Melalui sosok itulah saya kemudian mengeksplorasi kebebasan personal melalui karya-karya drawing,” jelas sarjana manajemen yang lebih suka berkesenian ini.
Ada sembilan karya Nurify pada pameran ini. Ia selalu menggunakan drawing pen dengan pewarna cat poster di atas kertas berukuran 18 X 18 cm. Salah satu karya yang menarik adalah sosok gadis berparuh yang sedang melahirkan sosok manusia setengah burung lainnya. Judulnya : menelor.
Sementara dua perupa lainnya, Maria Magdalena dan Novie Elisa, justru menemukan idiom yang sama. Keduanya, menampilkan sosok yang sedang menjahit dirinya, sebuah ekspresi atas capaian saat mereka dalam keheningan.
Novie Elisa, alumnus Universitas Negeri Jember, Jawa Timur, lebih suka menggunakan spidol sebagai medium gambar, bahkan melahirkan dua karya yang berjudul Jahit I berupa sosok gadis yang sedang menjahit tangannya sendiri, dan Jahit II berupa sosok perempuan yang sedang menjahit bibirnya sendiri.
Sedangkan Maria Magdalena, mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta angkatan 2007, dalam karyanya yang berjudul Menjahit menampilkan dua sosok manusia yang saling menjahit luka menganga di dada. Tubuh kedua sosok itupun terkesan tepotong oleh seutas benang yang ditarik oleh paruh burung gagak.
Burung gagak kembali muncul pada karya lainnya yang berjudul Pagi Hampir Mati. Menggunakan drawing pen, Maria Magdalena menampilkan sesosok gadis yang tengah tertidur dan dua ekor burung gagak yang hinggap di ranjang. Maria sengaja menghadirkan burung berbulu hitam itu untuk menegaskan tentang kematian.
Materi pameran ini, menurut kurator Isrol Triono, merupakan artikulasi Kelompok Daki Tebal tentang kemurungan saat dalam kesendirian melalui bahasa visual. “Dengan benda-benda di sekitarnya, mereka mengeksplorasi diri. Kadang menemukan kejadian yang mengejutkan,” tulisnya dalam katalog pameran.
Heru CN