Dalam catatan kuratorialnya, Rifky Effendy, menulis Andy Dewantoro adalah seorang pelukis dengan kecenderungan citra yang foto-sinematis. Hampir selalu menggunakan fotografi sebagai cara untuk menangkap dan merekam obyek-obyeknya, mengolahnya melalui komputer kemudian memindahkannya ke atas kanvas. Adapun Davy Linggar, dikenal sebagai fotografer yang kadang melukis dan membuat obyek-obyek seni.
Keduanya menggunakan medium fotografi dalam menangkap realitas di balik lensa sebagai keberangkatan berkarya. Namun keduanya tak menggunakan fotografi sebagai idiom yang selesai begitu saja. Keduanya punya kecenderungan merekayasa ulang foto maupun obyek yang akan menjadi subyek karyanya. Sebagai tindak lanjut artistik visual maupun sebagai ungkapan kritis terhadap medium, baik fotografi maupun seni lukis.
Lewat lukisan terbarunya, Andy menyuguhkan pemandangan bangunan-bangunan yang seolah terabaikan oleh manusianya, hanya ditemani semak belukar dan pepohonan yang hampir menutupi keberadaannya. Sehingga bangunan itu nampak seperti monster-monster dalam legenda rakyat yang muncul dari dalam hutan yang tak terjamah.
Karya Andy Dewantoro mulai dikenali secara khas dengan menghadirkan rangkaian lukisan panorama sebuah lansekap kota pada senja hari hingga malam. Lampu-lampu temaram menjadi kumpulan cahaya yang tampak berupaya mengalahkan gelap. Andy memang selalu melakukan observasi langsung dengan mengunjungi dan mengamati kota-kota, baik di dalam maupun luar negeri, untuk kemudian dijadikan gagasan berkaryanya.
Adapun karya-karya Davy Linggar menghadirkan serangkaian lukisan dan foto polaroid yang dicetak kembali di atas kanvas. Kita bisa melihat bagaimana ia memainkan tanda-tanda dengan menampilkan citra makhluk, binatang dengan perilakunya yang aneh. Davy membuat lelucon, sinisme, sarkasme dan ironi lewat obyek mainan yang ditata sedemikian rupa: dinosaurus, babi, rusa, anak domba, lalu ia foto dengan polaroid.
Setelah itu, Davy memindahkannya ke atas kanvas sebagai lukisan atau dengan melakukan lelehan dan brush stroke cat di atas medium foto yang dicetak ke kanvas lebih besar setelah dipindai. Sehingga citranya menjadi agak kabur dan samar, tapi kita bisa melihat gambar berubah mood, menjadi tampak enigmatik, liar dan lucu.
Menurut Rifky Effendy, seperti tertuang dalam catatan kuratorialnya, watak karya-karya Davy memang selalu memainkan aspek-aspek ironi dan bahkan hal-hal yang dianggap tabu dalam masyarakat. Dalam karyanya kita bisa perhatikan ada perilaku dinosaurus sedang menyenggamai seekor babi. Seperti yang ia ungkapkan: “Di dalam masyarakat kita saat ini banyak sekali tuntutan sosial yang membuat orang menjadi munafik. Mengharamkan dan mencemooh hal-hal yang sebenarnya justru adalah penolakan dari hasrat mereka yang paling dalam. “
Davy Linggar adalah seorang fotografer dengan cara pandang yang tak lazim dan sekaligus pelukis yang seolah menghayati benar nilai kehidupan dalam masyarakat saat ini. Pengalamannya dalam dunia foto-komersial dan dunia gagasan seni setidaknya banyak berhubungan dengan beragam watak manusia dari berbagai lapisan masyarakat. Hal ini juga mempengaruhi penggunaan spektrum bahasa gambar yang lebih luas, walaupun hampir dipastikan tanda-tanda itu juga berkaitan dengan ungkapan personalnya. Di sini kepribadiannya diungkapkan selain dengan penyusunan obyek-obyek tapi juga dengan kuasan cat di atas citra foto.
KALIM/PELBAGAI SUMBER