Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pentas Puber Ketiga  

image-gnews
Teater Ruang dalam
Teater Ruang dalam "Manusia Sayur".(TEMPO/ANDRY PRASETYO)
Iklan

TEMPO Interaktif,  Di atas pentas, seorang perempuan tampil melakukan gerakan-gerakan yang menarik. Didukung tata cahaya yang diatur sedemikian rupa, gerakan-gerakan itu menghasilkan visual yang memukau. Ery Aryani--perempuan itu, yang juga sebagai sutradara pementasan--tampil membuka pertunjukan.

Ery tampak mengeksplorasi properti yang dibawanya, seperti empat alat pemarut kelapa berukuran kecil--dua buah di tangan kiri dan dua buah lainnya di tangan kanannya. Ia membuat pelbagai gerakan, dari melompat-lompat hingga menepuk-nepukkan keempat alat pemarut kelapa itu.

Setelah itu, Ery meninggalkan pentas. Adegan berikutnya, dua pria bermain-main di atas panggung. Mereka berjalan, melompat, dan berguling bersama-sama. Meski begitu, hampir tak ada suara yang ditimbulkan dari gerakan itu. Interaksi keduanya terlihat intim, meskipun tak ada dialog dalam adegan tersebut.

Namun interaksi keduanya ditutup oleh pertengkaran yang terjadi di antara mereka. Pertengkaran itu digambarkan melalui suara menggeram, seperti layaknya orang yang memendam amarah. Mereka juga saling kejar dan mencakar.

Pertengkaran itu dipisahkan oleh Ery, yang masuk kembali dan membawa papan pemarut kelapa berukuran raksasa. Paku yang memenuhi permukaan papan pemarut dengan panjang sekitar 2 meter itu terlihat sangat tajam. Hal itu terbukti ketika sayur-mayur yang dilemparkan oleh salah satu pemain menancap sempurna di papan tersebut. Pertunjukan ala debus diperagakan ketika salah seorang pemain beratraksi berguling di atas papan tersebut.

Begitulah pementasan drama bertajuk Mayur yang disuguhkan Teater Ruang pada Jumat malam lalu. Pementasan guna menyambut ulang tahun ke-16 teater tersebut pada Juni nanti digelar di panggung Kentut Roejito, Surakarta, Jawa Tengah.

Mayur, yang dipentaskan di panggung yang tak begitu luas itu, tergolong miskin dialog. Sepanjang pementasan sekitar satu jam, ketiga pemain itu tak pernah bercakap-cakap secara intens. Hanya sesekali mereka menyanyikan lagu keroncong tanpa iringan musik, serta mendendangkan suluk, seperti layaknya dalang wayang kulit.

Pementasan Mayur terinspirasi oleh perjalanan pada awal berdirinya Teater Ruang. Saat itu, teater yang bersanggar di Pereng Tanggul Danusuman, Surakarta, tersebut membutuhkan banyak biaya untuk operasional. "Kami berjualan sayur-mayur selama satu bulan," kata Ery.
Mereka membeli sayur-mayur dari para petani di Cepogo, Boyolali, Jawa Tengah, dan dijual lagi kepada para pedagang di Pasar Legi, Surakarta. Mereka malah rugi sebesar Rp 4 juta dalam perniagaan yang dilakukan tiga tahun lalu itu.

Meski merugi, toh usaha tersebut berhasil menginspirasi kelompok itu untuk membuat pertunjukan Mayur. Mereka mencoba menghadirkan sifat petani, pedagang, dan pembeli dalam pertunjukan tersebut.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penggunaan properti papan pemarut kelapa boleh dikatakan hanya kebetulan belaka. "Peralatan itu sangat dekat dengan sayur," ujar Ery. Mereka mencoba memberi makna terhadap peralatan dapur yang terkadang dianggap sepele, bahwa untuk mendapatkan sebuah santan, kelapa perlu untuk dikoyak dan diperas.

Boleh dibilang, pementasan drama yang disuguhkan oleh Teater Ruang pada malam itu cukup menarik. Menurut Ery, untuk pementasan tersebut, mereka berlatih cukup singkat: hanya sekitar satu bulan. Selain para pemain dari kelompok teater itu, pementasan tersebut melibatkan warga kampung di sekitar sanggar. Para warga itu tergabung dalam Teater Warung, sebuah kelompok teater binaan Teater Ruang.

Pemimpin Teater Ruang, Joko Bibit Santoso, menyatakan, pementasan Mayur merupakan salah satu dari empat pementasan yang akan digelar untuk menyambut ulang tahun Teater Ruang yang ke-16. "Kami tengah memasuki masa puber ketiga," katanya.

Puber ketiga tersebut ditandai dengan nafsu yang berkobar untuk melakukan pementasan. Semula mereka berencana melakukan pementasan sekali dalam sebulan. "Namun yang terjadi, kami justru akan pentas empat kali dalam dua bulan ini," ujar Bibit.

Adapun puber kedua, Bibit menambahkan, telah mereka alami 12 tahun lalu. Puber kedua tersebut ditandai dengan usaha mereka untuk menggelar pementasan dari kampung ke kampung. Pementasan tersebut digelar dengan harapan mampu memasyarakatkan teater kepada masyarakat di luar komunitas seni dan komunitas kampus.

Lalu puber pertama mereka alami sekitar 16 tahun lalu. "Puber pertama terjadi pada awal-awal kami melangkah, saat kami tengah berjuang membesarkan Teater Ruang," Bibit menjelaskan. | AHMAD RAFIQ

Kentut Roejito

Penamaan Kentut Roejito untuk panggung permanen yang dibangun di sanggar Teater Ruang mungkin cukup aneh. Namun nama tersebut merupakan sebuah penghormatan kepada dua tokoh seni yang banyak memberi pengaruh bagi Joko Bibit Santoso dalam mendalami teater.
Kentut merupakan nama panggilan dari Bambang Widoyo. Dia merupakan seniman dari Teater Gapit, sebuah teater tradisional dari Akademi Seni Karawitan Indonesia, yang saat ini berubah menjadi Institut Seni Indonesia Surakarta. Kentut adalah seorang sutradara dan penulis naskah yang cukup produktif. Falsafah Jawa yang acapkali menghiasi pementasan Teater Ruang tak lepas dari pengaruh seniman ini.
Adapun Roejito, atau dikenal dengan nama Mbah Jito, adalah seorang scenografer yang cukup terkenal. "Banyak sutradara yang berguru kepadanya untuk urusan artistik," kata Bibit.
Sebagai penghormatan kepada dua tokoh yang telah wafat tersebut, Teater Ruang menggabungkan kedua nama itu untuk menamai panggungnya. Pemberian nama tersebut baru dilakukan 8 tahun lalu.
Kebetulan dua nama itu jika digabung memang memiliki arti khusus. Kentut--seperti diketahui banyak orang--adalah pembuangan angin dari dalam perut. Adapun Roejito berarti hati yang tertusuk sembilu. "Mirip kehidupan teater yang harus berdarah-darah untuk membuatnya bertahan," kata Bibit. | AHMAD RAFIQ

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Sehari 4 Kali, Teater Bandoengmooi Gelar Pertunjukan Longser Kerajaan Tikus

16 Oktober 2023

Pertunjukan Longser Kerajaan Tikus di Gedung Kesenian Rumentang Siang Bandung, Sabtu 14 Oktober 2023. (Dok.Bandoengmooi)
Sehari 4 Kali, Teater Bandoengmooi Gelar Pertunjukan Longser Kerajaan Tikus

Pewarisan seni longser melalui pelatihan, residensi atau pemagangan, dan pertunjukan di ruang publik dilakukan setiap tahun.


Minat Anak Muda Berkurang, Bandoengmooi Gelar Seni Longser Pahlawan Kesiangan

4 September 2023

Pertunjukan seni longser gelaran Bandungmooi berjudul Pahlawan Kesiangan. Dok.Bandoengmooi
Minat Anak Muda Berkurang, Bandoengmooi Gelar Seni Longser Pahlawan Kesiangan

Longser termasuk seni pertunjukan dalam daftar warisan budaya tak benda dari Jawa Barat.


Marcella Zalianty Ungkap Perbedaan Menjadi Produser Teater dan Film

30 Agustus 2023

Marcella Zalianty. TEMPO/Charisma Adristy
Marcella Zalianty Ungkap Perbedaan Menjadi Produser Teater dan Film

Marcella Zalianty saat ini sedang mempersiapkan pertunjukan teater kolosal


Festival Teater Jakarta 2022, tak Sekadar Pertunjukan

4 Oktober 2022

Festival Teater Jakarta 2022, tak Sekadar Pertunjukan

Puncak apresiasi FTJ diniatkan sebagai etalase yang memperlihatkan capaian pembinaan teater Jakarta pada tahun berjalan.


Indonesia Kita Kembali Hibur Masyarakat Jakarta sebagai Ibadah Kebudayaan

18 Juni 2022

Sejumlah pemain melakukan pertunjukan seni teater yang digabungkan dengan seni musik dan seni tari dengan lakon
Indonesia Kita Kembali Hibur Masyarakat Jakarta sebagai Ibadah Kebudayaan

Direktur Kreatif Indonesia Kita, Agus Noor berharap pertunjukan Indonesia Kita ke-36 ini bisa memulihkan situasi pertunjukan seni di Indonesia.


Ngabuburit di Medan Sambil Nonton Teater Rumah Mata: Temukan Sahabat Sejatimu

15 April 2022

Pertujukan Shiraath oleh Teater Rumah Mata di Metrolink Street Market, Kota Medan, pada Ahad, 10 April 2022. Dok. Teater Rumah Mata
Ngabuburit di Medan Sambil Nonton Teater Rumah Mata: Temukan Sahabat Sejatimu

Teater Rumah Mata menggelar pertunjukan Shiraath untuk mengisi ngabuburit di sejumlah tempat di Kota Medan.


Hari Teater Sedunia, Indonesia Punya Wayang Orang, Longser, Lenong dan Ketoprak

27 Maret 2021

105 Tahun Gedung Wayang Orang Sriwedari
Hari Teater Sedunia, Indonesia Punya Wayang Orang, Longser, Lenong dan Ketoprak

27 Maret menjadi Hari Teater Sedunia. Indonesia pun punya beragam pertunjukan teater rakyat seperti wayang orang, lenong, longser, hingga ketoprak.


27 Maret Hari Teater Sedunia, 60 Tahun Sampaikan Pesan Perdamaian di Dunia

27 Maret 2021

Pertunjukan teater Sie Jin Kwie dari Teater Koma. (ANTARA)
27 Maret Hari Teater Sedunia, 60 Tahun Sampaikan Pesan Perdamaian di Dunia

Dulunya Teater merupakan hiburan paling populer di Yunani, pada 27 Maret, 60 tahun lalu Institut Teater Internasional menggagas Hari Teater Sedunia.


Festival Teater Tubuh Dimeriahkan Belasan Penampil Secara Daring

18 Maret 2021

Kelompok Teater Api Indonesia memainkan lakon berjudul Toean Markoen di Festival Teater Tubuh II, Selasa 16 Maret 2021. Dok. Festival
Festival Teater Tubuh Dimeriahkan Belasan Penampil Secara Daring

Festival Teater Tubuh berlangsung mulai Selasa sampai Sabtu, 16 - 20 Maret 2021. Festival ini merupakan silaturahmi tubuh kita dalam pandemi Covid-19.


Akhir Pekan Ini Pertunjukan Teater Sie Jin Kwie Tayang di YouTube

3 Juli 2020

Pertunjukan teater Sie Jin Kwie dari Teater Koma. (ANTARA)
Akhir Pekan Ini Pertunjukan Teater Sie Jin Kwie Tayang di YouTube

Pementasan Sie Jin Kwie pada 2010 lalu di Graha Bhakti Budaya, Jakarta, kini bisa disaksikan kembali pada 4 - 5 Juli di kanal YouTube Indonesia Kaya.