Itulah penggalan film Alangkah Lucunya (Negeri Ini). Bagi Ratu Tika Bravani, pemeran Pipit, adegan itu merupakan yang tersulit. Pasalnya, "Adegan itu diambil pada hari yang berbeda, sulit menyambungkan emosinya," kata Tika kepada Tempo di kampusnya, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Selasa lalu.
Kesulitan itu dirasakan Tika karena sukar mendatangkan perasaan sedih. Alih-alih meneteskan air mata, pada pengambilan pertama Tika justru tersenyum karena grogi ditonton masyarakat yang berjubel di lokasi syuting. "Akhirnya adegan ini diambil empat kali," ujarnya.
Film garapan Deddy Mizwar ini merupakan debut Tika di layar lebar. Proses Tika ikut main film yang banyak diisi aktris senior itu berlangsung mendadak. Tika lolos audisi sepekan sebelum syuting.
Awalnya, Tika tidak tahu ada audisi. Saat menikmati liburan kuliah pada Januari lalu, putri Deddy, Senandung Nacita, meneleponnya. Tika dan Nacita merupakan rekan saat "dikarantina" dalam acara pemilihan Abang None Jakarta tahun lalu. Nacita meminta Tika ikut audisi karena peran Pipit dinilainya mirip Tika. "Sama-sama cuek, tomboi, petakilan," ujar Tika menirukan Nacita.
Tanpa memberi tahu orang tua, Tika datang ke kantor Deddy. Di sana dia diuji langsung oleh Deddy. Tika canggung karena baru kali itu bertemu dengan Deddy, yang dia idolakan lewat film Naga Bonar Jadi Dua. Keringat dinginnya mulai mengucur setelah menghadapi pemain-pemain film senior, seperti Slamet Rahardjo (Haji Rahmat) dan Tio Pakusadewo (Bang Jarot).
Kala itu Tika ditanya soal nama. Gadis cantik itu cepat menjawab, "Tika." Rupanya jawaban Tika keliru. "Seharusnya saya bilang Pipit dan mengenalkan diri sebagai Pipit," katanya. Dia semakin grogi. Beruntung Deddy memaklumi. Tika diminta membaca skenario ulang. Akhirnya Tika dipilih setelah belasan orang ditolak Deddy untuk peran Pipit. "Saya beruntung," ujarnya merendah.
Setelah lolos audisi, Tika mengabari ibu dan neneknya. Keduanya terperanjat dan menolak karena dinilai mengganggu pendidikan Tika. Pemenang lomba Abang None Jakarta Barat itu tak mau menyerah. Dia mencoba meluluhkan penolakan itu. Tika memberikan skenario film kepada ibunya. "Setelah tahu ceritanya bagus, ibuku mengizinkan," katanya.
Dapat restu keluarga, giliran Tika yang dilanda stres. Dia takut penampilannya mengecewakan. "Saya mengalami tekanan batin," katanya. Tika tidak cukup percaya diri berhadapan dengan para seniornya. Lambat laun, rasa percaya dirinya timbul setelah melihat anak-anak jalanan berperan sebagai pencopet.
"Saya kira mereka pemain teater, ternyata mereka baru main (film)," katanya. Ia akhirnya bisa menuntaskan tugasnya.
Sebenarnya, dunia seni peran tak asing bagi mahasiswa akuntansi Universitas Indonesia itu. Di SMP dan SMA, Tika aktif di teater. Beragam peran ia mainkan. Meski begitu, anak sulung dari dua bersaudara itu tetap merendah.
"Kemampuan saya sangat sedikit," kata Tika. Bagi pemain baru seperti Tika, sukar mendapatkan penampilan yang alami pada adegan yang diulang-ulang.
Selain kemampuan aktingnya meningkat, Tika tertarik dengan pesan moral yang disampaikan Deddy lewat film itu. Tema-tema nasionalisme dan religi, kata dia, lebih baik dibanding film-film yang dibumbui adegan porno atau horor yang dibuat-buat.
Tika mengakui ketagihan bermain film. Tapi dia telah diwanti-wanti oleh orang tuanya agar berfokus merampungkan kuliah. Ia menyadari, dengan bermain film, berarti masuk dunia hiburan. Tapi Tika bertekad tak mau masuk ke dunia itu terlalu dalam. Kalaupun harus masuk, "Saya ingin menjadi aktris bukan artis," ujarnya. Menurut Tika, menjadi aktris berarti memiliki kemampuan berakting yang bagus, sedangkan artis hanya mengandalkan popularitas.
l AKBAR TRI KURNIAWAN
Nama: Ratu Tika Bravani
Lahir: Denpasar, 17 Februari 1980
Orang tua: Tubagus Zubir Ramadhan dan Kemalia Dewi
Hobi: bela diri dan futsal
Pendidikan:
- SMA 70 Jakarta
- Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 2009
Penghargaan: juara pemilihan Abang-None Jakarta Barat 2009
Film: Alangkah Lucunya (Negeri Ini)