Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Lukisan yang Menyembuhkan  

image-gnews
pameran tunggal bertajuk Aura Dzikir Putih
pameran tunggal bertajuk Aura Dzikir Putih
Iklan
TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Jika Anda salah satu orang yang percaya terhadap lukisan yang punya daya penyembuhan, datanglah ke Jogja National Museum. Sebab, 28 lukisan bergaya abstrak karya K.H. Fuad Riyadi, 41 tahun, dalam pameran tunggal bertajuk “Aura Dzikir Putih” itu diklaim memiliki daya penyembuh bagi penikmatnya.

 

Dari 28 lukisan karya pengasuh pondok pesantren Roudlotul Fatihah, di daerah Plered, Bantul ini, tujuh di antaranya adalah karya lama (2009). Sisanya merupakan karya baru tahun 2010. Pameran yang dibuka oleh Bupati Bantul, Idham Samawi, ini berlangsung 23-30 April 2010.

 

“Saya termasuk orang yang percaya bahwa lukisan itu tidak netral. Bagi saya, estetika saja tidaklah cukup. Lukisan harus punya pengaruh positif bagi penikmatnya,” kata K.H. Fuad Riyadi, yang pernah menjadi sastrawan dan jurnalis sebelum akhirnya memimpin pondok pesantren ini.

 

Menurut KH Fuad Riyadi, sebuah karya lukisan bisa mengeluarkan aura positif atau negatif. Jika lukisan itu memiliki aura positif, maka akan membangkitkan hal-hal positif pula bagi penikmatnya. Demikian pula sebaliknya. “Saya jadi berpikir, jangan-jangan para koruptor itu mengoleksi lukisan yang beraura negatif,” ujarnya.

 

Alumnus Sastra Indonesia IKIP Negeri Yogyakarta tahun 1995 itu menjamin bahwa lukisan yang dipamerkannya itu memiliki aura positif. Lukisan karya Kiai Fuad diklaim bisa menyembuhkan penyakit mulai yang ringan seperti stress hingga kanker. “Saya hanya bertugas menjadi pelayan penjaga kehidupan dengan memberi aura positif bagi masyarakat Indonesia dan dunia tanpa pandang agama,” katanya.

 

Boleh dibilang, lukisan Kiai Fuad ini memang unik. Ketika melukis, ia harus dalam kondisi on meditation dalam iringan suara dzikir. Pada awal mulai melukis, 2009, Kiai Fuad selalu menggoreskan cat ke kanvas dengan jari-jarinya. Lalu, ia menuliskan sebuah doa di belakang lukisan yang sudah jadi.

 

Belakangan, gaya melukis Kiai Fuad agak berubah. Pada 2009, Kiai Fuad cenderung memilih warna-warna tegas seperti merah, hijau, kuning, biru, dan ungu. Menginjak 2010, ia cenderung memilih warna-warna lembut, seperti coklat muda, kuning, hijau muda dan putih.

 

Meski masih mempertahankan gaya abstraknya, ia mulai jarang melukis langsung dengan jari-jarinya. Ia mulai memilih teknik sapuan kuas untuk mendapatkan efek lelehan yang natural, dikombinasi dengan goresan-goresan dari benda keras.

 

Namun, perubahan paling mencolok terjadi pada cara Kiai Fuad memperlakukan teks. Dulu, teks berupa doa ditorehkan di belakang kanvas lukisan. Kini, teks itu justru menjadi elemen penting dan muncul hampir di setiap karyanya.

 

Pada lukisan berjudul Rajah Raja Rajah, misalnya, Kiai Fuad menyesaki kanvasnya dengan teks berupa penggalan kata-kata. Namun, pada lukisan bertajuk Solehah, ia bahkan tak ragu-ragu menuangkan sebaris kalimat “aku mau mencintai asal sudah dinikahi, meski cuma siri.”

 

“Saya juga enggak tahu mengapa teks itu perlu ada. Kadang-kadang teksnya sudah ada duluan, saya tulis duluan di kanvas sebelum ada lukisan,” ia menjelaskan.

 

Kurator Netok Sawiji Rusnoto Susanto menyatakan, kehadiran teks itu menjadi indikasi bahwa Kiai Fuad sedang tak percaya diri, sehingga pesan-pesan simboliknya perlu ditegaskan dalam bentuk teks. “Namun, bisa jadi kehadiran teks itu sebagai ledekan Kiai Fuad terhadap seni lukis kontemporer, di mana teks justru menjadi elemen yang dominan dalam sebuah lukisan,” katanya.

 

 

HERU CN

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

33 hari lalu

Pameran Voice Against Reason. Foto: Museum Macam.
Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.


Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

40 hari lalu

Pameran seni rupa Islami berjudul Bulan Terbit  sejak 15 Maret hingga 14 April 2024 di Grey Art Gallery Bandung. (Dok.Grey)
Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.


Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Karya instalasi buatan Michelle Jovita berjudul Massa Manusa. (Dok.pameran).
Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance


Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Pameran Lengan Terkembang: Ruas Lintas - Abilitas di Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space Bandung melibatkan belasan peserta seniman difabel.  Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.
Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.


Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Artsiafrica#2 di Galeri Pusat Kebudayaan Bandung berlangsung 16 - 30 September 2023. Foto: Dok.Galeri.
Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.


Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Pameran kelompok Ambari di Galeri Orbital Dago Bandung hingga 17 September 2023. (TEMPO/ANWAR SISWADI)
Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.


Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Lukisan karya Iwan Suastika berjudul Beauty in a Chaotic Rhythm. Dok. D Gallerie
Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.


Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Karya Dionisius Caraka berjudul Tumbukan Lato-lato di Galeri Ruang Dini Bandung. TEMPO/ANWAR SISWADI
Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.


Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Karya Isa Perkasa berjudul Masker 2024. (Dok.Pribadi)
Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.


Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

(kiri ke kanan) Hilmar Faris, Claire Siregar, Sylvia Siregar pada acara pembukaan Bianglala Seribu Imajinasi, di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, pada Rabu, 5 April 2023. Foto: TEMPO | Gabriella Amanda.
Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.