Alkisah, di Kademangan Singgah Arta, Ki Demang Karo Belah bersama para lurah berembug ingin mengelola keuangan secara otonom. Namun keinginan mereka didengar oleh pihak Kerajaan Mataram. Raja Mataram mengutus Adipati Pengasih bersama para tumenggung untuk mengikis keinginan Ki Demang Karo Belah.
Hanya, para tumenggung kalah. Seorang pemuda desa bernama Wahyu mengajukan diri untuk mengalahkan Demang Karo Belah dan para lurah. Wahyu menang, maka ia diangkat menjadi prajurit Mataram.
Suatu ketika Wahyu dirayu oleh seorang janda, Nyi Tumenggung. Tapi Wahyu menolak. Karena menolak, ia kemudian difitnah telah memperkosa Nyi Tumenggung. Ia pun diusir dan pulang ke desanya. Sampai di rumah ia mendapati istrinya sudah mempuyai anak karena telah dinikahi Indra, adiknya.
Wahyu, yang diperankan oleh Marwoto Kawer, marah dan ingin mengajak Maryam, calon istrinya tadi pergi. Mereka semua merasa bersalah sampai berniat bunuh diri. Tapi, niat mereka dicegah oleh Ki Patih yang datang untuk meminta maaf karena telah mengusir Wahyu. Ki Patih mengajak Wahyu untuk kembali jadi prajurit. Wahyu justru memilih jadi pedagang angkringan.
Wali Kota Yogyakarta Herry Zudianto, yang berperan sebagai Kang Segosegawe, selalu menjadi bahan sindiran dengan nada lucu. Dialog soal pinjam uang ke rentenir menjadi salah satu topik dalam tema ketoprak itu.
"Pesan yang ingin kami sampaikan adalah bagaimana mengelola keuangan dan jangan sampai pinjam duit ke rentenir, pinjam ya di bank yang bunganya ringan," kata Nano Asmorodono, sang sutradara.
MUH. SYAIFULLAH